Pada tanggal 9 Mei lalu, Departemen Pertahanan AS mengumumkan bahwa Presiden Trump telah menyetujui pemberian senjata yang lebih kuat kepada "Pasukan Demokratik Suriah" untuk memastikan bahwa Raqqa dapat direbut kembali. Beberapa pejabat AS yang ingin tetap anonim mengatakan kepada Pers Amerika bahwa senjata baru tersebut bisa mencakup mortir kaliber 120 mm, senapan mesin, amunisi, dan kendaraan lapis baja ringan. Peluru artileri dan rudal darat-ke-udara tidak akan disertakan dalam daftar.
Juru bicara koalisi internasional melawan "ISIS," John Dorian, mengatakan sebelum ini senjata-senjata ini akan dikirimkan ke "Pasukan Demokratik Suriah" dalam beberapa hari ke depan dan AS akan memantau secara ketat penggunaan senjata tersebut, Untuk memastikan senjata-senjata ini hanya digunakan untuk melawan "ISIS."
Saat-saat terakhir untuk benar-benar mengalahkan kelompok ekstremis "ISIS" sudah mendekat. Pada saat itu, mungkin ada banyak kekuatan yang muncul dalam pertempuran untuk menyerang kamp utama "ISIS" Raqqa. Ini akan menjadi saat untuk menguji apakah semua pihak bisa berkoordinasi dan bekerja sama untuk mendapatkan kemenangan akhir.
Turki, Rusia, dan Amerika Serikat, serta proxy yang mereka kendalikan harus berkoordinasi dalam situasi ini untuk merebut Raqqa, dan akhirnya menghilangkan "ISIS," setidaknya dalam bentuk, dalam bentuk atau pengorganisasian ini - setelah Pertempuran selesai, apapun yang terjadi. Karena Raqqa adalah basis terakhir dari "ISIS," benteng simbolis terakhir dari "ISIS," mereka harus mengkoordinasikan dengan semua kekuatan. Nampaknya satu kekuatan saja tidak akan bisa lakukannya sendiri. Jadi ini  akan menjadi titik uji penting untuk menguji kerjasama dan kontraterorisme negara-negara regional yang terlibat.
Beberapa media mempertanyakan AS melangkah masuk lagi ke Timur Tengah, apakah AS terlalu percaya diri atau tidak memiliki kesadaran akan kompleksnya masalah Timur Tengah. Selama beberapa dekade, banyak presiden AS telah memutuskan untuk melakukan langkah ini pada periode pertama, namun akhirnya terpaksa menyerah.
Saat ini, Presiden Trump telah datang ke Timur Tengah. Sebagai presiden dengan berbagai kebijaksanaan bisnis, dan akan membawa kebijaksanaan dan semangat baru untuk memecahkan masalah sulit Timur Tengah? Akankah Timur Tengah, yang telah mengalami beberapa kali kontes kekuatan besar untuk waktu yang lama, dapat menyambut cahaya perdamaian? Hal ini tergantung pada apakah pihak-pihak yang terlibat dalam konflik Timur Tengah dapat menerobos pemikiran tetap mereka dan mengambil langkah praktis dalam strategi mereka.
Mudah-mudahan semua kekuatan yang bermain di Timur Tengah ini benar-benar bisa sadar akan kepentingan perdamaian di kawasan ini, agar melepaskan penderitaan rakyat di kawasan ini dan memberi kesempatan mereka hidup damai dan membangun kesejahteraannya....
Sumber: Media TV dan Tulisan Dalam dan Luar Negeri.
https://www.nytimes.com/2017/05/23/world/middleeast/trump-trip-saudi-arabia-palestinians.html?_r=0