"Gulf News" berkomentar, "Ketika untuk urusan kontraterorisme, tidak seperti pendekatan 'low-key' Obama, Trump telah dengan terang-terangan mencantumkan kontraterorisme sebagai misi terpenting dalam kebijakan Timur Tengah AS."
Namun selama itu pemerintahan Trump tidak menetapkan kebijakan Timtengnya untuk waktu yang lama, dan mediasi dilakukan dengan gencar.
Pada bulan Maret, Trump bertemu dengan anggota penting pemerintah Saudi di Washington --- Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Seorang penasihat senior Saudi mengatakan kunjungan ini yang merupakan "titik balik historis" dalam hubungan Saudi-AS. Selama pertemuan ini, Trump mengatakan bahwa dia mendesak sekutu-sekutu Teluk untuk bergabung terlebih dahulu melawan teroris "ISIS."
Pada awal April, Trump menunjuk menantunya Jared Kushner sebagai utusan khusus dan mengirimnya ke Irak, dan juga menjadikannya sebagai seorang duta besar dalam negosiasi Israel-Palestina.
Sejak 23 April Menhan AS James Mattis mengunjungi Arab Saudi, Mesir, Israel, Qatar, dan negara-negara lainnya dalam waktu satu minggu, dan selanjutnya mengkoordinasikan isu-isu menyerangan kelompok ekstremis dengan semua negara ini.
Pada tanggal 5 Mei, Reuters mengungkapkan sebuah draft baru strategi kontraterorisme pemerintah AS. Draft ini ditulis dalam 11 halaman, yang antaranya dituliskan, "Kita perlu mengintensifkan operasi melawan kelompok jihad global sekaligus mengurangi ‘darah dan harta’ Amerika dalam mengejar sasaran kontraterorisme kita. Kita akan berusaha untuk menghindari intervensi militer AS skala besar yang mahal untuk mencapai tujuan kontraterorisme dan akan semakin mengandalkan kepada mitra untuk berbagi tanggung jawab untuk melawan kelompok teroris.” Dalam draft tersebut juga menunjukkan bahwa terorisme tidak dapat sepenuhnya dimusnahkan.
Dalam laporan ini dikatakan bahwa dalam beberapa bulan mendatang, pemerintah AS akan merumuskan strategi kontraterorisme baru. Ini akan menjadi yang pertama kalinya dalam enam tahun bahwa AS telah menerbitkan sebuah cetak biru kontraterorisme yang mencantumkan strateginya untuk mengalahkan "ISIS."
Sejak itulah kebijakan untuk Timteng pemerintah AS era Trump barulah mulai muncul kepermukaan.
Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley, secara terbuka menunjukkan tiga hal dalam kebijakan Timur Tengah Trump saat ini. Poin pertama adalah kontraterorisme, poin kedua adalah menggulingkan pemerintahan Bashar al-Assad --- menggulingkan pemerintah Suriah, dan poin ketiga adalah melakukan kontes geopolitik dengan Rusia, Iran dan Turki, jadi dia telah kembali ke jalur lama AS dari persaingan geopolitik di Timur Tengah.
Jadi memerangi kelompok ekstremis "ISIS" bukan lagi satu-satunya topik dalam kebijakan Timur Tengah Trump.
Dari dua sasaran yang telah diumumkan Trump, yang satu adalah Iran, dan yang satunya lagi adalah untuk membasmi "ISIS".