Perhatian seluruh dunia telah coba mengembalikan peradaban jalur darat dan laut kuno di Eurasia. Dan kisah peradaban berbasis daratan ini juga telah menyebabkan banyak memberi inspirasi dan refleksi bagi Tiongkok dan dunia modern.
Berkilas balik pada 139 SM, Kaisar Wu dari Han Dinasti (汉武帝) mengirim seorang utusan—Zhang Qian (张骞) untuk memimpin sebuah delegasi dari Chang’an ke Kawasan Barat untuk menghubungi Yuezi Agung (大月氏国). Dalam perjalanan dia ditangkap dan ditawan oleh Xiongnu (匈奴 yang konon kini menjadi salah satu enek moyang orang Hungaria?). Supuluh tahun kemudian Zhang Qian berhasil meloloskan diri, tapi dia tidak melupakan misinya. Akhirnya pada 129 SM dia sampai di tempat baru, karena Yueshi Agung telah bermigrasi ketempat yang sekarang disebut Afganistan. Setelah itu Jalur Sutra Darat terus tumbuh ke barat dan melewati Asia Tengah hingga mencapai Kekaisaran Romawi.
Demikian juga mengapa sekarang kita masih ingat Marco Polo? Itu karena Marco Polo adalah satu dari sedikit orang yang melakukan perjalanan di sepajang Jalur Sutra untuk sampai ke Tiongkok. Mengapa dia menajdi salah satu orang dari sedikit orang yang datang ke Tiongkok, namun sejumlah Produk Tiongkok ada di sepanjang Jalur Sutra ke Eropa?
Dengan kata lain, sebagian besar kafilah dagang hanya pergi ke pemberhentian berikutnya sepanjang perjalanan sebelum kembali ke tempat asalnya. Dan saat mereka kembali, tentu saja mereka akan membeli banyak produk lokal dan menjualnya kembalik ke titik mereka beasal. Transpotasi terdistribusi semacam ini yang menyebabkan kota sepanjang pantai menjadi berkembang, seperti Kabul dan Samarkand. Kota-kota tersebut terkait langsung dengan kemakmuran Jalur Sutra kuno.
Selama lebih dari 2.000 tahun, Jalur Sutra mengalami transisi sejarah yang tak terhitung jumlahnya. Hingga sekarangpun, masih menceritakan kisah pertukaran antara peradaban Timur dan Barat.
Pelajaran terbesar yang diberikan oleh Jalur Sutra kepada kita adalah hal itu merupakan produk umum yang dimiliki semua negara. Dalam proses mempertahankan produk bersama ini, semua orang menginvestasikan berbagai upaya, namun tak seorangpun yang ingin merusak.
Itu tidak semata-mata dimiliki oleh satu negara. Tiongkok bukanlah titik awal dari Jalur Sutra, juga dinasti Han dan Tang yang kuat di Tiongkok atau Kekaisaran Romawi kuno, hasil akhir dari Jalur Sutra adalah semua mengambil keuntungan. Semua negara di sepanjang jalur itu membagi keuntungan secara merata.
Setelah pada pertengahan Ming Dinasti, karena kebijakan birokrasinya yang tertutup, Kekaisaran Ottoman memonopoli Jalur Sutra. Pada saat yang bersamaan, dengan berkembangannya teknik pembuatan kapal dan navigasi transportasi maritim menggantikannya, yang menyebabkan perdagangan Jalur Sutra darat menurun.
Jalur Sutra Maritim, yang juga dimulai pada Diansti Han Barat, mencapai puncaknya dari tahun 1405 sampai 1433 pada zaman Ming Dinasti. Zheng He memimpin lebih dari 27.000 personil dengan 240 kapal besar berlayar ke “Laut Barat” sebanyak tujuh kali, pergi ke 39 negara di kawasan Asia dan Afrika.
Dalam kitab “Sejarah Ming Dinasti” mengagambarkan bahwa mereka itu berusaha untuk menampilkan atau menunjukan pasukan mereka ke luar negeri dan memamerkan kekayaan dan kekuasaan Tiongkok.” Dengan cara demikian ingin menunjukkan kekuatan Dinasti Ming.
Zheng He memberikan gambaran satu perdagangan damai. Beliau benar-benar meninggalkan karma baik kepada orang Tiongkok. Dia tidak bertindak seperti orang Barat yang melakukannya kemudian. Seorang peneliti pernah ke Mauritius dan Kenya, dan mereka membicarakan tentang Zheng He di sana. Jika orang sedang transit dengan penerbangan ke Timur Tengah dan melewati Dubai, ada patung Zheng He di pusat perbelanjaaan.