Menurut Obama kesepakatan nuklir Iran adalah “metode cerdas” untuk mencegah AS terjebak dalam lumpur perang di Timteng.
Obama mengatakan: Jika kita tidak memilih dengan bijak, saya yakin generasi masa depan akan menilai kita dengan kasar karena membiarkan kesempatan saat ini berlalu begitu saja. Kita punya kesempatan bersejarah untuk mengejar dunia yang telah aman untuk lebih aman, sebuah kesempatan yang mungkin tidak akan terjadi lagi dalam masa hidup kita. Saya sebagai Presiden dan Panglima Tertinggi bertekad untuk memanfaatkan kesempatan ini.
Namun, dimata Trump, kesempatan yang dinilai Obama sangat tinggi sebenarnya adalah salah satu “transaksi terburuk.” Selama dalam kampanye, dia mengeritik perjanjian nuklir Iran beberapa kali, dan mengatakan bahwa dia akan menyingkirkan atau menegosiasikan kembali.
Trump mengatakan: Itu adalah kesepakatan yang terbodoh. Saya pikir itu bisa menurun dan akan berakhir mengerikan sebagai salah satu kesepakatan terbodoh dalam sejarah dunia.
Untuk masalah kesepakatan nuklir Iran, mengapa evaluasi kedua Presiden AS ini bisa benar-benar berbeda? Mereka juga menggunakan suluruh strategi yang berbeda untuk meresponnya.
Beberapa analis melihatnya karena apa adanya perubahan di pemerintahan AS. Kita tahu Obama dari Demokrat dan Trump dari Republik. Di AS, Demokrat dan Republik memiliki gagasan yang berbeda dalam menangani masalah diplomatik. Dengan kata lain kaum Republikan lebih cendrung menggunakan metode militer, sehingga kita bisa melihat saat Partai Republikan berkuasa anggaran militer meningkat, ketika kampanye militer mendukung mereka. Bagi Demokrat jelas metode militer sangat penting, namun Demokrat lebih cendrung ke nilai-nilai hukum internasional.
Ambil contoh pemerintahan Obama misalnya, ia percaya bahwa kesepakatan nuklir Iran semacam ini bisa menekan ambisi Iran untuk memiliki senjata nuklir. Dengan kata lain ini akan membawa stabilitas di kawasan ini. Sedangkan bagi Partai Republik mereka tidak mempercayainya. Mereka percaya bahwa mereka bisa memaksa lawan dengan mengirim dengan metode militer, oleh karena itu Trump selama kampanye, dia membentuk opini mengenai kesepakatan nuklir Iran.
Pada 1 Desember 2016, setelah Trump sudah terpilih sebagai Presiden terpilih AS, hal-hal untuk Partai Republik berkembang dengan baik, Kongres Amerika yang dikendalikan Republik memaksa sebuah resolusi yang segera akan berakhir “RUU tentang Sanksi Terhadap Iran” walaupun Presiden Obama beroposisi, tapi tetap diperpanjang 10 tahun. Jelas tindakan ini ditentang keras Iran.
Segera setelah itu, tidak lama setelah Trump resmi menjabat Presiden, dia menandatangani perintah kontraoversial yang membatasi warga dari tujuh negara memasuki AS, dan salah satu dari negara-negara itu adalah Iran.
Pada 29 Juanri 2017, Iran melakukan uji coba rudal balistik. Setelah itu, penjabat senior AS dan Iran terjadi perang kata-kata, dan kemudian mengeluarkan sanksi baru satu sama lain.
Komentar Iran menyatakan bahwa AS sekali lagi mengangkat “gada/petungan besar” kepada Iran, dan percaya bahwa Trump bermain api. Api yang membakar perjanjian nuklir Iran.