Pada Maret 2015, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UAE) melancarkan operasi militer “Decisive Storm” melawan militan Houthi. Yang menarik adalah bahwa dibanding dengan militan Houthi, koalisi pimpinan Saudi memiliki keunggulan mutlak dalam peralatan alutsista dan intelijen, namun di medan perang, mereka tetap tidak dapat secara efektif menekan militan Houthi, Arab Saudi dan negara-negara lainnya percaya ini gara-gara (kesalahan) Iran.
Di mata AS dan Barat, satu-satunya alasan mengapa militan Houthi di Yaman mempunyai kemampuan ini, terutama karena didukung Iran. Karena seperti diketahui Houthi Yaman juga Muslim Syiah, dan selama ini Iran bisa dikatakan sebagai kepala dari aliansi Syiah. Dalam pandangan AS, jika bukan karena dukungan Iran, militan Houthi di Yaman tidak akan dapat bertahan selama ini.
Sekitar Oktober 2016, sebuah kapal pengangkut cepat HSV-2 UAE yang asalnya milik AS dihantam dengan salah satu rudal anti-kapal Houthi, kemudian Iran diduga yang telah memasok/memberikan rudal tersebut kepada Houthi.
Juga pada bulan Oktober tahun lalu, militer AS mengumumkan bahwa kapal perusak USS “Masson” mengalami dua serangan rudal dari militan Houthi di perairan dekat Yaman, tapi untungnya USS “Masson” tidak kena.
Setelah kejadian ini, AS mengatakan bahwa rudal yang digunakan oleh militan Houthi dipasok oleh Iran. Jelas, pengaruh Iran dalam situasi Yaman telah menyebabkan kekhawatiran AS.
Pada 19 April 2017, Menlu AS Tillerson mengatakan: “Iran menyediakan militan Houthi di Yaman dengan dana, senjata dan pelatihan, dan menciptakan kekacauan di Yaman.” Tillerson mengatakan bahwa berdasarkan “provokasi” Iran yang terus berlanjut dan gangguan stabilitas di Timteng , Trump telah memerintahkan pemerintah federal untuk secara konprehensif menilai kembali kebijakan AS terhadap Iran.
AS yang menuduh Iran menimbulkan masalah di Timteng dengan mengacu pada satu bahkan setengah hal sekalipun, apapun untuk masalah Yaman tidak perlu dibicarakan atau dicari alasan lain lagi, pokoknya itu dikarenakan Iran yang mengekspor beberapa perlatatannya sendiri dan menyuarakan dengan memberi dukungan politik, serta memberi dukungan ekonomi.
Militan Houthi di Yaman telah tumbuh lebih berani pada setiap pertempuan, itu yang dibicarakan oleh AS. Setelah mereka membicarakannya, orang Arab merasa yakin, tapi ada satu hal yang tidak ingin dibicarakan atau tidak dibicarakan oleh AS—yaitu terkait dengan Syria.
Kita dapat melihat di Syria bahwa pemerintahan Bashar al-Assad, yang didukung Iran, memiliki hubungan dekat dengan Iran dan Hizbullah di Lebanon, yang menerima perintah dari Iran. Dan telah membuat “ISIS” dan Al Qaeda menjadi target utama serangan mereka. Tapi jika dikatakan bahwa Iran melawan “ISIS” dan Al Qaeda di Syria “menimbulkan masalah” itu jelas tidak benar, tidak perduli dari sudut pandang manapun.
Tapi ketika AS, dunia Arab atau Israel melihat pengaruh Iran memainkan peran utama di Syria, kita bisa melihat mereka akan tidak nyaman dengan itu. Itu pandangan dari sebagian besar analis dunia luar.
Pada pagi hari 7 April lalu, waktu setempat, militer AS melancurkan 59 rudal jelajah “Tomahawk” ke Pangkalan Udara Shayat dekat Homs, Syria. AS mengatakan ini merupakan pembalasan atas serangan senjata kimia yang terjadi di wilayah yang dikuasai oleh oposisi Syria beberapa hari sebelumnya.