Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Masalah Pemakzulan Presiden Park Geun-hye dan Sistem Politik Republik Korea Selatan

16 Desember 2016   07:54 Diperbarui: 16 Desember 2016   09:11 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://www.mapsofworld.com & ansei treties

Skandal “confidante medddling in state affairs” atau “wanita kepercayaan untuk curhat dalam urusan negara” demikian skandal yang terjadi dengan Presiden Republik Korea (Korsel) Park Geun-hye oleh para analis dan pengamat di-istilahkan, selanjutnya kita sebut saja “Skandal Confidante.”

Skandal ini telah ditegaskan oleh Kejaksaan Korsel adanya kecurigaan Park Geun-hye sebagai co-konspirasi, dan selanjutnya dilakukan penyidikan sebagai tersangka. Park Geun-hye menjadi presiden Korsel pertama dalam sejarah Korsel  yang menjadi tersangka.

Begitu skandal ini muncul kepermukaan dan berkembang, Park Geun-hye jadi tersangka, gelombang protes terus menerus meningkat menuntut presiden Park Geun-hye untuk mundur dari jabatan.

Partai oposisi di Korsel dan bahkan dalam partai berkuasa New Frontier Party  pendukung presiden sendiri juga terjadi suara keras beroposisi dengan presiden Park Geun-hye.

Menghadapi gelombang protes di pemerintahan dan masyarakat yang menuntut Presiden Park untuk turun jabatan, banyak kalangan yang mempertanyakan kesalahan apa yang diperbuat Park Geun-hye?

Pada 26 November, masyarakat Korsel sekali lagi melakukan demo besar-besaran menuntut Park Geun-hye untuk bertanggung jawab atas skandal confidante dan dituntut untuk mundur. Ini merupakan demo dengan para demonstran membawa lilin menyala pada malam hari yang ke lima sejak 29 Oktober lalu.

Demo protes ini yang paling utama mendesak untuk memberantas dan menghilangkan segala macam korupsi dan meminta pemerintahan lebih transparan.

Dari sini kita bisa melihat kekuatan sejati dari people power, satu juta orang turun ke jalan yang tidak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Korsel, meskipun populasi total Korsel hanya 50 juta, dan ini bukanlah jumlah kecil.

Setelah skandal ini terekspos, suara-suara protes menuntut Park Gen-hye turun jabatan menjadi lebih meluas, tidak hanya dari partai oposisi, tapi dari 95% dari masyarakat Korsel.

Dengan adanya gelombang protes dari masyarakat, partai oposisi juga melakukan tekanan pada Park Geun-hye, partai oposisi terbesar Korsel--Partai Demokrat (Democratic Party) pada 21 Nopember akan segera mempersiapkan komentar dan menetapkan waktu untuk pemakzulan Park Geun-hye.

Ketua Partai Demokratik Korsel, Choo Mi-ae mengatakan Partai Demokratik akan membentuk pansus untuk memakzulkan presiden. Tapi dia menekankan agar Park Geun-hye memundurkan diri saja, hal itu akan menjadi metode yang terbaik.

Choo Mi-ae mengatakan: “Dia belum menyadari situasi saat ini, dan tidak perduli tentang ketidak-stabilan politik dan krisis di Korsel. Dia hanya terfokus untuk mempertahankan kekuasaannya.”

Menghadapi sikap dan perilaku presiden, masyarakat merasa putus asa dan depresi. Mereka menyerukan masyarakat dan partai untuk bergerak menuntut presiden mundur dari jabatan.

Kantor Kepresidenan atau “Blue House” sedang dilanda penuntutan Park Geun-hye untuk turun dari jabatan, dan mengalami krisis politik terbesarnya.  Banyak yang pertanyakan : Apa kesalahan Park Geun-hye? Mengapa “Skandal Confidante” ini bisa berkembang hingga situasi menjadi seperti saat ini?

Pada 20 November lalu, Kantor Kejaksaan Pusat Korsel di Seoul mengumumkan hasil pertengahan atas penyelidikan skandal confidante ini. Pihak yang dituduh terlibat adalah Choi Soon-sil, untuk kasus mantan sekretaris senior presiden untuk urusan koordinasi kebijakan, Ahn Chong-bum dan mantan sekeretaris pribadi Presiden Chung Ho-sung atas penyalahgunaan kekuasaan resmi, dengan meminta sumbangan paksa dan membocorkan informasi rahasia negara.

Pada 21 November, menurut laporan “Hankyoreh” (Harian Nasional) terbitan Korsel memberitakan, berdasarkan tuduhan publik terhadap Choi Soon-sil dan lainnya, Kejaksaan Korsel memutuskan untuk melanjutkan penyelidikan pada Park Geun-hye sebagai tersangka utama, namun karena konstitusi melarang mendakwa presiden yang sedang menjabat, Kejaksaan tidak dapat mendakwa Park Geun-hye.

Kejaksaan menjadi sangat marah sekarang. Pada awalnya masih memberi muka kepada presiden dengan menangani dengan kelonggaran. Tapi kemudian ketika terus dilakukan penyelidikan itu berarti ada masalah serius. Sekarang presiden bukan lagi menjadi saksi menurut kejaksaan, tapi sekarang bisa meningkatkan Park Geun-hye sebagai pesakitan berdasarkan keterangan dari orang-orang sebelumnya.

Pada 21 November, menurut hasil investigasi kejaksaan menegaskan bahwa Park Geun-hye adalah ketua dari penggalangan dana ilegal untuk MIR dan K-Sports Group.

Pada 25 Juli 2015, Park Geun-hye bertemu dengan CEO dari tujuh perusahaan yang dipimpin Samsung untuk membentuk group finansial sesuai dengan seruan kebijakan nasional, untuk mendukung keuangan negara, dan secara pribadi memutuskan nama Group MIR, lokasi kantor, dan anggota dewan.

Menurut investigasi juga menunjukkan bahwa Park Geun-hye menyuruh mantan sekretaris presiden Ahn Chong-bum untuk menangani iklan di stadion Choi Soon-sil, untuk secara aktif mendukung kepentingan dirinya. Berdasarkan  penyelidikan lebih mendalam dari kejaksaan atas skandal confidante ini terkuak adanya campur tangan dalam urusan politik dan penyalah-gunaan jabatan dan bahkan korupsi.

Pada 24 Oktober 2016 malam, media TV Korsel JTBC mengungkapkan informasi yang mengejutkan, yang mengatakan, wanita Choi Soon-sil telah ikut campur tangan dalam politik domestik dan internasional Blue House, dengan memanfaat hubungan dekatnya dengan presiden Park Geun-hye yang seperti kakak beradik.

Berita ini menyebabkan rumor “teman dekat mengintervensi dalam politik” yang sebelum ini telah beredar ke permukaan, dan masyarakat Korsel menjadi terkejut.

Ditambah lagi berita yang santer secara acak tentang putri Choi Soon-sil gadis umur 20 tahun, yang kuliah di Universitas Khusus Wanita,  Ewha Woman University (梨花女子大学), yang paling terkenal di Korsel, telah terjadi hal-hal yang buruk pada dirinya. Misalnya bagaimana gadis ini bisa diterima di University ini? Sedangkan yang lain ada yang seharusnya diterima tapi tidak diterima.

Selain itu dia juga pernah lulus satu mata pelajaran sedangkan dia hampir tidak pernah hadir dalam mata kuliah ini. Maka mahasiswa wanita dari Ewha Woman University yang pertama kali mulai protes, menuntut sekolah untuk menjeleaskan hal ini.

Tapi karena berita ini menjadi sensasi, akhirnya presiden atau rektor sekolah ini mengundurkan diri. Setelah itu, penyelidikan dilanjutkan dan menemukan bahwa ibunya (Choi Soon-sil) ternyata mempunyai reputasi yang lebih buruk lagi, sehingga mereka melakukan penyelidikan hubungan antara ibu ini dengan Park Geun-hye sang presiden, semakin mereka selidiki semakin mereka temukan hal kesalahan mereka yang akhirnya menjadi skandal confidante.

Menurut sebuah laporan dari “Joong Ang Montly” terbitan Korsel menceritakan, keluarga Choi pada tahun 1947 masih tinggal berdesak-sakan di Bulgawang-dong, kawasan miskin tanpa memiliki saluran tilpon di rumahnya, mereka hidup dalam kemiskinan. Tapi 11 tahun kemudian pada tahun 1985, Choi Soon-sil membeli villa “liburan” di Samseong-dong, dengan luas 950 meterpersegi dengan nilai pasar 29 milyar won (20 milyar USD).

Dengan menggunakan properti ini sebagai jaminan untuk mendapatka pinjaman kepada Bank, keluarga Choi melanjutkan kegiatan bisnis mereka, dan sebagai teman dekat Park Geun-hye terpilih menjadi presiden Korsel, industri dan usaha Choi Soon-sil tumbuh cepat menjadi makin besar.

Hari ini, Choi Soon-sil dan kakaknya Choi Soon-deuk dan adiknya Choi Soon-cheon memiliki aset sedikitnya 300 milyar won, sekitar 245 milyar USD. Choi Soon-sil juga diduga terlibat dalam pendirian dua kelompok keuangan Korsel MIR dan K-Sport dengan memprivatisasi mereka, dan memeras Samsung dan perusahaan besar lainnya untuk sumbangan.

Mereka melihat beberapa kelompok keuangan, di belakang kelompok-kelompok ini adalah Choi Soon-sil, serta beberapa orang kepercayaanya yang telah menuai manfaat besar. Jadi dalam proses ini beberapa kesaksian telah di temukan dari hasil investigasi tersebut, yang menunjukkan bahwa Park Geun-hye secara pribadi terlibat, dimana secara pribadi ia memerintahkan.

Pada saat yang sama, media Korsel mengungkapkan bahwa pada 28 Desember 2012, Park Geun-hye talah mengadakan pertemuan dengan mantan Presiden Lee Myun-bak saat setelah terpilih sebagai presiden selama empat jam. Dan Choi Soon-sil menerima “dokumen dialog” dari pertemuan apa yang dibicarakan antara Park Geun-hye dan Lee Myung-bak.

Selain itu juga dokumen-dokumen informasi rahasia yang melibatkan keamanan nasional Korsel seperti “apa jenis kontak antara Korut dan Korsel sekarang” dan “Tiga kali melakukan kontak rahasia dengan Korut.”

Menurut dugaan media Korsel mengatakan, kemungkinan Choi Soon-sil mungkin sudah mengetahui isi dialog yang sebenarnya yang terjadi antara Park Geun-hye dan Lee Myung-bak.

Park Geun-hye memberi sejumlah besar dokumen-dokumen yang klasifikasi ini kepada Choi Soon-sil, termasuk beberapa pidato penting, pembicaraan dengan tokoh-tokoh penting domestik, dan bahkan dokumen hubungan luar negeri, termasuk kebijakan untuk Korut.

Seorang wanita tengah umur Korsel berkomentar, mendengar presiden minta maaf, saya merasa tertekan dan sedih, saya dulunya sangat menghormati dan mencintai presiden perempuan kami yang pertama ini. Tapi dengan insiden ini menyakiti perasaan kebanggaan saya. Kebangga masyarakat telah hancur. Saya sungguh sedih....

Resiko Presiden Republik Korea

Ada analis yang berkomentar “Menjadi Presiden Korsel mungkin tidak menjadi yang paling sulit di dunia, tapi tentunya yang paling berisiko.”

Pada tahun 2009, setelah mantan Presiden Korsel, Roh Moo-hyun bunuh diri karena skandal dari anggota keluarganya yang menerima suap, namun rupanya putaran atau babak ini terjadi lagi. Memang benar hampir semua presiden Korsel telah terlibat skandal macam ini, dan kebanyakan dari mereka tidak berakhir dengan baik.

Bahkan meskipun jika presiden sendiri tidak bersalah, tapi sulit untuk menghindari nasibnya yang terseret oleh orang-orang sekitarnya atau kerabatnya.

Pada tahun 2013, Park Geun-hye menjabat sebagai presiden Korsel, rakyat Korsel awalnya berpikir dia tanpa keluarga atau memiliki anak, dia bisa membalikkan “nasib Presiden Korsel,”  tapi rupanya mereka tidak terbayangkan bahwa dia punya kawan dekat yang memanfaatkannya untuk menjadi skandal begini.

Jadi mengapa presiden tidak bisa lepas dari lumpur skandal demikian?

Apa yang menjadi akar penyebab berulang kali terjadi di balik skandal pemakzulan Blue House?

Empat tahun lalu, Park Geun-hye  terpilih sebagai Presiden Republik Korea (Korsel). Dia tanpa punya suami dan anak, dia mengaku telah “menikah dengan negara”, pernyataan yang menyentuh banyak warga Kosel, yang percaya bahwa dia akan mengubah politik Korsel yang kotor dengan style atau gaya yang baru.

Namun harapan mereka sekali lagi gagal dengan kenyataan yang pahit. Skandal Confidante atau orang kepercayaannya yang mencampuri urusan politik telah membuat shock dan marah rakyat Korsel. Presiden Korsel dengan kekuasaan yang besar, benar-benar memungkinkan warga swasta untuk ikut campur dalam politik. Hal ini menyebabkan rakyat jadi ragu terhadap Park Geun-hye apakah dia bisa memerintah, dan juga mereka merasa seolah-olah telah tertipu.

Lebih-lebih yang membuat rakyat tidak dapat menerima adalah dengan begitu banyaknya presiden, kenapa Park Geun-hye yang telah terpilih dengan pemilu mengikuti jalan keliru yang sama?

Banyak analis dan pengamat yang telah melihat titik ini, dimana hampir semua presiden Korsel berakhir dengan sangat menyedihkan. Peristiwa ini adalah sesuatu yang sangat jarang terjadi di negara-negara lain, termasuk negara-negara Barat.

Pada tahun 1993, Kim Young-sam adalah presiden Kosel pertama yang terpilih secara demokratis, mengakhiri seringnya pergolakan karena kudeta dari militer Korsel, dan menciptakan era baru untuk politik Korsel.

Setelah pemilu yang demokratis dan adil, tranpsparen, terpilihlah presiden baru. Sepertinya Korsel kala itu telah menempuhkan jalan seperti jalur Barat yang disebut “politik yang demokratis.”  Namun nampaknya jalur ini tidak menyebabkan Korsel memperoleh pemerintahan yang jujur, hal itu disebabkan dalam kenyataan presiden Korsel dari waktu ke waktu menderita konsekuensinya.

Kim Young-sam kemudian reputasinya ternoda karena masalah korupsi dari ulah anaknya, Kim Hyun-chul.

Selanjutnya Pahlawan atau warrior demokratis Kim Dae-jung yang memiliki 12 saudara yang diduga korupsi, dan tiga anaknya akhirnya dipenjara, ini merupakan tragedi terbesar bagi “Presiden anti-korupsi.”

Roh Moo-hyun presiden Korsel yang dikenal karena kejujuran dan dapat menahan diri oleh warga masyarakat Korsel, akhirnya bunuh diri dengan terjun ke jurang, karena istri dan saudaranya menerima suap. Lee Myung-bak presiden sebelum Park Geun-hye juga reputasinya ternoda karena saudaranya menerima suap.

Mengambil contoh misalnya Roh Moo-hyun atau Kim Dae-jung, mereka ini adalah pahlawan atau jagoan  pejuang demokrasi dalam seluruh hidupnya. Mereka tidak pernah meminta keluarga mereka untuk melakukan hal ini. Tapi dia tidak bisa menjaga ketat keluarganya dalam hal ini. Juga bagi keluarga dekat presiden ini mungkin ada pikiran bahwa mereka hanya memiliki kekuatan ini selama lima tahun, jadi jika mereka tidak menggunakanya itu akan sia-sia.

Hari ini, meskipun skandal confidane ini telah membuat rakyat tercengan, tapi bagaimanpun akarnya tetap sama. Hal ini terjadi berulang kali dari kerabat seorang presiden yang korup, sepanjang sejarah Korsel. Satu-satunya hal yang berbeda hanya idenditas mereka.

Sistem Politik dan Pemerintahan Korsel

Kita melihat kejadian seperti ini di Korsel telah terjadi berulang-ulang dan terus menerus, tidak mungkin dikarena hanya disebabkankan integritas individu belaka, jika terjadi terus-menerus berarti ada sistem yang memainkan faktor ini. Terjadinya skandal confidante dari Park Geun-hye berakar dari kelemahan dari sistem demokrasi yang dianut Korsel.

Seperti kita ketahui Korsel menganut pemerintahan presidensil, sehingga dalam kenyataannya dipercaya benar-benar tidak ada komando kedua. Bahkan jika ada Perdana Menteri, tapi kekuasaannya sama sebagai kepala departemen, termasuk kantor kejaksaan istilahnya adalah kantor independen, tapi dalam kenyataannya itu hanyalah sekedar seperti seorang kepala jaksa, dan pejabat terkait ini diperintah oleh presiden (orang sekitar presiden).

Jadi dalam hal ini pada kenyataanya, semua orang mungkin harus mendengarkan atau mempertimbangkan pendapat presiden sebelum bertindak, termasuk untuk masalah skandal Choi Soon-sil, kita bisa melihat ketika kasusnya baru mulai muncul, kejaksaan tidak begitu antusias untuk bersedia menyelidiki.

Setelah P.D.II usai, Korsel meniru AS dalam sistem kepemimpinannya, dengan pemerintahan presidensil, presiden sebagai pemimpin negara. Dalam konstitusi, Perdana Menteri hanya sebuah “asisten” dari Presiden, dan dalam hal politik mereka seringkali hanya bermain sebagai peran “kambing hitam” (yang dikorbankan).

“Nippon Keizal Shimbum” (Harian Ekonomi Jepang) percaya bahwa “tradisi otoriter disamakan dengan gaya presiden Amerika, yang memungkinkan Presiden Korsel untuk memiliki otoritas yang besar.” Ini merupakan alasan penting yang menyebabkan skandal confidante dan anggota keluarga presiden untuk bisa mengumpulkan kekayaan melalui cara-cara yang tidak benar dengan menggunakan hubungannya.

Skandal confidante ini dilakukan oleh para pembantu presiden Park Geun-hye, dan dari persepktif Blue House karena setiap presiden memiliki antara 200 hingga 400 skretaris. Seperti kita ketahui sebelum menjadi presiden orang-orang ini adalah asisten pribadinya. Maka dari itu, ketika orang-orang ini masuk ke Blue House, karena sudah mempunyai hubungan pribadi dengan presiden, dengan sendiri kekuasaan dalam pemerintahan berada ditangan mereka ini sangat besar.

Sepanjang sejarah presiden Republik Korea (korsel), skandal mereka sering kali dimulai dari sekretaris-sekretaris ini. Skandal Park Geun-hye juga terjadi dengan cara yang sama. Setelah kasus Choi Soon-sil muncul kepermukaan, namun pada kenyataannya itu pertama yang dikontak adalah pembantu Choi Soon-sil.

Pada 6 Nopember 2016, ketika mantan sekretaris senior presiden untuk urusan ekonomi Ahn Chong-bum dan mantan sekretaris pribadi presiden Chung ho-sung ditangkap. Ahn Chong-bum dituduh bekerjasama dengan Choi Soon-sil untuk memaksa 53 perusahaan besar Korsel untuk menyumbang dalam mendirikan dua perusahaan keuangan utama, dengan total 77,4 won ketika dia masih sebagai sekretaris presiden untuk urusan ekonomi.

Chong Ho-sung diduga memberikan dokumen pemerintah, termasuk pidato presiden dan dokumen keamanan asing yang diklasifikasi kepada ChoiSoon-sil.

Latar Belakang Sistem Politik Republik Korea

Seorang protester tua mengatakan kepada seorang wartawan yang meliput: Sebuah bangsa hanya akan bahagia jika negara stabil. Saya pikir ini hal yang paling penting. Yang  kedua, kini bukan Park Geun-hye yang jahat, tapi sistem politik Korsel ini penyebabnya. Saya selalu kritis tentang ini. Saya sudah berumur 71 tahun, ini adalah yang pertama kalinya bagi saya untuk ikut protes selama lebih dari 41 tahun terakhir. Saya pikir itu sangat berarti.

Analis percaya bahwa lebih dari 20 tahun evolusi politik, dan fermentasi dari skandal confidante ini mencerminkan bahwa Korsel belum bisa membebaskan diri dari penyakit kronis yang terbentuk dari sejarah Korsel dan kini telah diperpanjang lagi dengan “politik pilih kasih” dan “punggawa politik  (poltik nepotisme).”

Berdasarkan hubungan lama yang tahunan antara Choi Soon-sil dan Park Geun-hye, ini merupakan contoh klasik dari politih pilih kasih, Ahn Chong-bum dan pengikutnya Chung Ho-sung. Dilatar bekangi dengan struktur pilih kasih dan politik punggawa, ditambah kewenangan presiden yang berlebihan dan posisi yang menarik dan yang menimbulkan hasrat, juga terkait dengan kurangnya sistematisasi dari pemerintah Republik Korea. Maka terjadilah serangkaian skandal dalam sejarah Korsel ini.

Bila kita membicarakan tentang AS, semua tahu Pihak Demokrat dan Republik. Jika membicarakan Jepang semua tahun Partai Demokrat Liberal (LDP). Namun, jika membicarakan Republik Korea atau Korsel, partai politik yang berkuasa dan yang beroposisi akan menjadi sesuatu yang tidak mengesankan.

Selama beberapa dekade, partai politik di Korsel telah selalu dalam lingkaran reformasi, penggabungan, dan perpecahan. Saat ini pihak Park Geun-hye disebut Partai Frontier Baru (New Frontier Party), dan di era Lee Myung-bak, Partai itu disebut Grand National Party dan partai ini dibentuk dari New Korea Party dan United Democratic Party  yang bergabung pada tahun 1997.

Di Korsel, partai politik menjalankan politik hanya namanya saja, tetapi mereka sebenarnya hanya manipulasi pribadi dari politisi. Partai politik semcam ini yang ada, bukan partai yang terbentuk karena adanya kesamaan umum atas keyakinan politiknya. Tapi pada umumnya hanya berpegangan dari “politik punggawa.”

Karena jika seorang tokoh politik memenangkan pemilu dan menjabat, tidak dapat dihindari bahwa para pembantu mereka akan memperoleh posisi dan kewenangan khusus. Dan posisi khusus semacam ini yang telah menjadi landasan bagi hubungan antara politik dan bisnis.

Banyak analis yang meragukan untuk Korsel yang akan meghadapi ketiga puluh tahun ke depan untuk masuk transisi demokrasi, dengan terjadinya skandal confidante ini tidak diragukan akan menjadi ironi besar.

Yang mejadi suatu terasa heran dan lucu, presiden yang terpilih melalui “pemilihan demoratis” juga terjadi skandal demikian lagi, ini sesuatu yang terasa sangat aneh bagi dunia luar.

Perkembangan lebih lanjut dan dengan terkuaknya skandal confidante yang telah menyebar luas, sudah melampaui kemampuan Blue House untuk menangani, dan bahkan sudah diluar kemampuan maksimum pemerintahan Park Geun-hye untuk bertahan.

Coba mengalihkan Perhatian Publik

Pada 18 Nopember, Presiden Park Geun-hye mengabaikan utimatum Kejaksaan lebih dari seminggu dalam keheningan, penampilan resmi presiden pertama adalah untuk mereformasi pelaksanaan kewenangan presiden.

Yonghap News Agencyberkomentar, meskipun suara oposisi menyerukan Park Geun Hye untuk mengundurkan diri telah lebih keras, tapi dia tampaknya lebih ingin mempercepat pendekatan untuk mengembalikan situasi jadi “normal.”

Park Geun-hye dengan resmi mengeluarkan lima surat kepercayaan hari itu, dengan menunjuk 11 komisi kepada pejabat senior. Pada saat yang sama, kantor kepresidenan Korsel di Blue House mengumumkan bahwa Park Geun-hye akan menghadiri KTT trilateral Tiongkok-Japang-Korsel pada bulan Desember.

Park Geun-hye menunjuk dua wakil menteri dari tingkat kader beberapa waktu lalu. Park Geun-hye mengumumkan bahwa ia tidak akan menghadiri KTT APEC, tapi dia mengatakan akan menghadiri pertemuan KTT trilateral Tiongkok-Jepang-Korsel.

Kemudian setelah kabar Doald Trump resmi terpilih menjadi presiden AS, ia mengirim seorang wakil menteri luar negeri ke AS untuk membicarakan hal ini, sehingga apa yang bisa kita lihat bahwa Park Geun-hye tampaknya melakukan serangan balik, dan tidak bersedia turun tanpa pertarungan. Selain menunjuk pejabat baru, Park Geun-hye juga melakukan “tindakan besar” lainnya. 

Belum lama ini, Park Geun-hye menyerukan untuk mempercepat penandatanganan perjanjian Korsel-Jepang untuk “General Security of Military Information Agreement.” (Perjanjian Umum Keamanan Untuk Informasi Militer).  Apa yang patut dicatat disini bahwa perjanjian ini pada awalnya direncanakan akan ditandatangani pada bulan Juni 2012, tapi karena Korsel dan Jepang keduanya sedang memperebutkan/memperdebatkan masalah sejarah, perjanjian mendapat protes keras dari kelompok-kelompok dari publik Korsel, sehingga selalu tertunda.

Analis dan pengamat melihat Park Geun-hye pasti mencoba untuk mengalihkan perhatian publik melalui beberapa topik lain, karena kita semua tahu bahwa tradisi pemerintahan Korsel pada dasarnya topik hangat tidak akan melawati lebih dari sebulan, sebelum orang secara bertahap melupakannya. Karena itu dia berusaha untuk menundanya, dengan memperminkan dan mengulur waktu. Kita bisa melihat bahwa dia telah banyak membuat acara atau gerakan politik luar negeri baru-baru ini.

Pada 20 Nopember, Kejaksaan yang bertanggung jawab untuk menyelidikan insiden skandal confidante jelas menetapkan Park Geun-hye dalam dakwaan Choi Soon-sil dan dua lainnya sebagai ‘Co-konspirator.”

Istilah “co-konspirator” adalah kesimpulan yang dibuat setelah penyelidikan terhadap Choi Soon-sil dan dua lainnya. Pemerintah mengatakan ini tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak terbukti. Kenyataan hanya dapat diputuskan setelah kejaksaan telah melakukan interogasi langsung dengan Park Geun-hye.

Juga seperti apa yang dikatakan kejaksaan, karena menurut instutusi, presiden tidak bisa dikenakan tuduhan. Dengan pertimbangan bahwa dia hanya akan bisa dikenakan tuduhan jika dia mengundurkan diri dari presiden. Karena itu Park Geun-hye kemungkinan besar akan bertahan sampai saat jabatannya berakhir beberapa bulan lagi pada tahun depan.

Jung Youn-kuk, juru bicara Kantor Kepresidenan Korsel mengatakan: “Pada hari itu,  tim investigasi khusus Pengadilan Distrik Pusat Seoul mengumumkan hasil investigasi mereka, seolah-olah presiden telah melakukan kejahatan yang sangat mengerikan. Kami menyatakan penyesalan yang mendalam tentang pengumum untuk penuntutan ini.”

Sejak Park Geun-hye dinyatakan sebagai “co-konspirator” , maka resiko dimakzulkan oleh Majelis  Nasional Korsel menjadi lebih besar, waluapun jika dilihat dari komposisi perwakilan tidak mudah. Untuk pemakzulkan presiden diperlukan 2/3 suara, dari 300 kursi oposisi dan independen memgang 171 kursi, ini akan tidak cukup untuk mencapai 2/3 suara.

Tapi pada 9 Desember lalu, 28 dari anggota Majelis dari Partai Park menyeberang untuk membentuk mayoritas 2/3 dari legistalif yang 300 kursi. Akhirnya 234-56 mendukung pemakzulan (impeachment). Tapi pemakzulan ditangguhkan kerana suara perlu diratifkasi oleh Makahmah Institusi dalam waktu 180 hari untuk menjadi permanen.

Bahkan jika surat dakwaan diloloskan melalui Majelis Nasional, masih harus diberikan kepada Mahkamah Konstitusi untuk keputusan akhir yang prosesnya akan memakan waktu 180 hari paling lama, sedang mayoritas dari sembilan Hakim Makahmah Konstitusi adalah orang-orang yang pengangkatannya disetujui Partai Frontier Baru, jadi ini yang akan menjadi sulit untuk lolos.

Pada akhirnya Park Geun-hye memang berharap Majelis Nasional melewatkan surat dakwaan, dan dia telah menghitung ini, didakwa atau tidak, kesimpulan akan memerlukan delapan bulan, dan selama delapan bulan dia bisa tenang-tenang. Karena satu bulan berikutnya setelah dia didakwa sudah masuk pada masa pemilu berikutnya, dan dakwaan tidak akan efektif. Jadi ini menjadi saat pesta bagi Park Geun-hye, dia berinvestasi politik. Ini adalah perspektif politik.

Bagi Park Geun-hye sendiri, ada dua faktor penting yang tidak menguntungkan. Salah satunya adalah penyelidikan kejaksaan. Jika kejaskaan menegaskan bahwa Park Geun-hye bertanggung jawab setelah diadakan interogasi langsung, situasinya akan sangat pasif.

Aspek lain adalah masalah dalam Partai Frontier Baru dari Park Geun-hye. Pada bulan April tahun ini, setelah terjadi goncangan, dalam Partai Frontier Baru terjadi perpecahan kepemimpian partai, Kim Moo-sung salah satu pimpinan memundurkan diri.

Setelah terjadi gelombang skandal confidante, terjadi perpecahan suara dalam partai berkuasa. Sebagian tetap mendukung kuat Park Geun-hye, beberapa menyatakan konsesi harus dibuat, termasuk membentuk kabinet yang netral dan presiden memberi beberapa kekuasaan, dalam partai juga ada yang “faksi anti-Park” yang menuntut Park Geun-hye harus keluar dari partai dulu.

Kim Moo-sung juga mulai mendesak Park Geun-hye menyerahkan kekuasaan dan kempimpinan partai, tapi saat ini, arus utama dalam partai belum mau menerima metode atau usulan ini. Di masa depan Park Geun-hye, selain menunggu hasil tuntutan, persatuan negara dan berbagai partai oposisi juga harus diamati.

Dalam Majelis Nasionak Korsel terdapat tiga partai oposisi, dan dalam partai pemenang ada dua faksi utama, salah satunya adalah yang mendukung Park Geun-hye dan satu menentang dirinya. Tapi terlepas dari faksi, fokus mereka adalah pada pemilu tahun depan, jadi bagaimana jika dia disingkirkan dari jabatannya efek terhadap mereka untuk pemilu tahun depan perlu dipertimbangkan.

Media Korsel melaporkan, orang-orang di Partai Frontier Baru juga percaya bahwa meskipun wibawa Park Geun-hye jatuh dan otoritasnya telah melemah untuk pemilihan presiden tahun depan, dia tidak mudah untuk menyerahkan jabatan begitu mudah. Orang-orang ini percaya bahwa selama dia bisa menjabat sampai pertengah Januari tahun depan, potensi kuat kandidat Partai Frontier Baru berikutnya Ban KI-moon, akan kembali ke Korsel dari posisinya yang telah habis sebagai Sekretaris Jendral PBB. Dan Partai ini akan memiliki kesempatan untuk membalikkan keadaan.

Skandal Confidante yang disebabkan  pengalaman pribadi Park Geun-hye dan disposisi yang melekat dan karakter tidak bisa dengan akurat dikatakan hal itu disebabkan oleh ekosistem politik Korsel, terutama faktor yang mendalam dan berakar dari sebuah ekspresi yang belum matang dalam proses modernisasi.

Koran terbesar Korsel “The Chosun Iibo” menunjukkan bahwa dengan semakin banyak bermunculan orang-orang dalam pemerintahan, itu telah menunjukkah bahwa orang-orang dalam sistem pemerintahan ini hanya dekoratif. Ini adalah tragedi bagi Park Geun-hye sendiri, dan menjadi tragedi lebih besar bagi Korsel

Dalam hal ini, apakah Park Geun-hye akan terpicang-pincang untuk maju ke depan atau tidak, mungkin tidak menjadi hal yang paling penting, yang utama adalah apakah politik Korsel ke depan dapat berjalan dengan sistem lama atau melakukan inovasi baru,  mungkin itu akan lebih fondamental dan menjadi isu yang krusial.

Sucahya Tjoa

15 Desember 2016

Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri

Half A Million Korean Celebrate Impreaching of President Park Geun Hye

South Korea President Impreachment Park Geun Hye Corruption Choi Soon Sil Protest

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun