Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Obama vs Duterte dan Nasib Sekutu AS-Filipina

5 Oktober 2016   16:34 Diperbarui: 5 Oktober 2016   17:32 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang kedua berurusan dengan dengan narkoba sudah menjadi begitu umum, karena orang yang berususan dengan narkoba telah termasuk link dengan domestik dan internasional di Filipina, yang melibatkan beberapa pejabat, polisi, senator dan pejabat setempat. Bahkan beberapa kartel narkoba besar telah ikut mendukung kandidat selama pemilu dan pemilukada.

Ketiak Duterte menjadi pejabat lokal, dia benar-benar merasakan kerusakan dari narkoba terhadap Filipina, jadi tidak heran dia menjadi keras dalam perang terhadap narkoba dan menjadi perioritas utama dari masa jabatannya. Dia berpikir jika masalah ini tidak diselesaikan, pekerjaan lain tidak mungkin akan sangat berarti.

Masalah narkoba adalah masalah yang telah melanda Filipina selama bertahun-tahun. Beberapa Presiden masa lalu belum mampu untuk mengatasinya. Mereka melihat isu ini maslah penting, tapi tampaknya semuanya telah melakukan beberapa kesalahan sama, hanya mengatakan akan melakukan ini-itu saja.

Tapi tidak dengan Duterte, dia tidak akan mendengarkan kedua belah pihak. Dia langsung melakukan itu, bahkan sebelum sesuatu terjadi di Filipina, dan Amerika tidak senang dengan tindakan itu. Ini jelas akan menjadi gangguan bagi pemerintahan dalam negeri Filipina.

Jadi menurut pandangan analis, Duterte sebenarnya tidak anti-AS. Beberapa komentar telah menjadi serangan balik atas kekerasan AS, intervensi minyak mentah AS di Filipina.

Sebenarnya, dalam kehidupan politik internasional, tidak jarang untuk melihat sekutu AS yang disebut AS menggunakan “metode yang tepat” untuk menangani isu-isu domestik, ini bahkan telah mejadi suatu yang normal.

Tapi Duterte yang telah terblibat dalam politik lokal bertahun-tahun dan memiliki jam terbang tinggi, jelas tidak seperti presiden-presiden sebelumnya yang berasal dari keluarga politisi. Duterte tampaknya memiliki toleransi nol untuk setiap kata-kata dan tindakan dari AS yang melakukan intervensi di internal pemerintahan Filipina.

Di balik gelombang cercaan vulgar ini ada pesan tambahan yang tersembunyi. Hanya demi gelombang  cercaan ini berakhir, pada 15 September lalu, Menlu Filipina, Perfecto Yasay memberi pidato di think tank terkenal US-CSIS (Center for Startegic and International Studies, AS), dia sekali lagi secara halus kembali mengulangi sikap nol toleransi ini.

Dalam pidatonya Perfecto Yasay mengatakan: “ Saya minta teman-teman Amerika, para pemimpin Amerika untuk melihat aspirasi kami, kami tidak bisa selamanya menjadi saudara coklat kecil dari Amerika. pada satu titik waktu, kita harus dewasa, kita harus berkembang, kita harus tumbuh dan menjadi kakak dari orang-orang kita sendiri.”

Memang sebenar untuk hubungan AS-Filipina, sikap nol toleransi Duterte telah lama tumbuh pada dirinya.

Awal Sentimen “Anti-Amerika” Duterte 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun