Lain dari AS rencananya tidak sekecil itu. Tentara AS ditempatkan di Filipina tidak hanya untuk melindungi Filipina, tapi itu untuk memainkan pean regional. Dan ketika ini terjadi, saat itulah konflik terjadi di Filipina.
Filipina percaya sengketa Laut Tiongkok Selatan dengan Tiongkok, hanya perselisihan kepentingan maritim, tetapi jika kapal perang dan pesawat AS yang kuat berada disana dan melakukan patroli bersama, maka itu bukan hanya perselisihan kepentingan maritim, itu sudah menjadi sengketa geostrategis.
Filipina, negara kecil ini tidak mampu untuk terlibat dalam sengketa geostrategis ini, dan merasa tidak perlu terlibat dalam sengketa geostrategis ini.
Filipina tidak seperti Jepang. Jepang ingin bisa pergi keluar dan terlibat, mereka ingin menjadi menjadi kekuatan poltik utama, sedang Filipina tidak mempunyai ambisi ini.
Jadi skala dan fungsi aliansi AS-Filipina memiliki inkonsisten struktural semacam ini, yang tidak dapat didamaikan, tapi itu sengaja disembunyikan selama bertahun-tahun.
Sebenarnya dua tahun yang lalu, sebuah editorial “Daily Tribune” di Filipina berusaha untuk mengungkapkan ini. Pada 12 Mei 2014, sebuah editorial di koran ini secara bercanda menyebutkan mantan Presiden Aquino III “wakil AS untuk ASEAN”. Editorial itu menuliskan bahwa Aquino III akan membawakan formula AS dan akan menjadi saksi kebijakan AS untuk kembali ke Asia-Pasifik. Dia akan menempatkan konflik dengan Tiongkok sebagai slot pertama dalam agenda ASEAN, yang berarti akan mengorbankan kepentingan nasional Filipina di pasar bebas regional yang sedang disambut. Filipina merupakan negara ASEAN dengan daya tarik terendah bagi penanaman modal asing.
Dua tahun kemudian Duterte dengan berani menyatakan bahwa dia tidak pro-Amerika dan tidak pro-Tiongkok, tapi hanya pro-Filipina. Yang membuat konflik permanen antara AS dan Filipina dipindahkan ke atas meja (perundingan).
Dua tahun yang lalu, seorang ahli dari think tank Filipina pernah mengangkat isu bahwa pemerintah Filipina harus benar-benar meninggalkan kebijakan pro-AS dan kebijakan pemerintah yang sepenuhnya condong kepada AS, dan jangan menjadi pion bagi kebijakan AS di Asia-Pasifik, sebaliknya harus menerapkan keseimbangan baru.
Inti dari keseimbangan baru ini dimaksud menyimbangkan terhadap kekuatan utama. Jadi kita bisa melihat dari sudut pandang yang lebih luas, Duterte saat ini memiliki sikap terbuka terhadap kesimbangan baru ini.
Untuk masalah hubungan AS-Filipina, dia ingin mencapai hasil dengan menunjukkan gambar independen kepada AS dan berharap untuk menukar balik kepentingan dengan AS, dengan menggunakan kata-kata politisi. Dia ingin berdiri tegak (tidak menunduk-nunduk) dengan mengadakan serangkaian dialog dan diskusi dengan AS.
Selain itu untuk hubungan luar negeri dengan Tiongkok, terutama yang menyangkut Laut Tiongkok Selatan, Filipina menekankan dialog dan aspek yang lebih penting berharap untuk mendapatkan beberapa kepentingan tertentu. Salah satunya untuk kerjasama ekonomi dan meningkatkan kehidupan masyarakat, mereka juga ingin menumpang kereta cepat Tiongkok ekonomi dalam pertumbuhan ekonominya.