Yang jelas tidak mungkin meninggalkan warisan sejarah dan politik aliansi AS-Filipina, karena ini semua telah ditetapkan oleh pemerintah sepanjang sejarah. Tapi ada satu point bahwa aliansi AS-Filipina diharuskan melayani kepentingan nasional Filipina, dan tidak hanya untuk kepentingan AS sementara merugikan kepentingan Filipina sendiri.
Maka pemerintahan Duterte akan mempertahankan aliansi AS-Filipina, tetapi tidak ingin aliansi untuk menjadi alat bagi AS. Dia ingin aliansi yang melayani Filipina yang untuk kepentingan nasional. Dia ingin menyesuaikan aspek ini, tidak ada yang lain.
Memang benar Filipina bisa membuang aliansi AS-Filipina, tapi perlu diperhitungkan dari setiap sisi, aliansi ini telah merasuk ke semua sisi selama bertahun-tahun, dan mudah terlihat keseimbangan manfaatnya selalu sangat condong ke arah AS. Tapi kerugiannya sudah pasti ada di pihak Filipina seperti yang telah terjadi dimana warga sipil dibunuh oleh tentara AS yang bermarkas disana.
Menurut data dari Stockholm International Peace Reseach Institue, sejak tahun 1950 AS telah menguasai 75% dari impor senjata Filipina.
Namun 50 tahun kemudian, Filipina masih mejadi salah satu militer terlemah di seluruh Asia. Jadi “Eviction Notice” Duterte 20 September, merupakan “tembakan lurus” Presiden yang sengaja atau tidak sengaja mengungkapkan beberapa keluhan Filipina.
Duterte mengatakan, meskipun Filipina memiliki sejumlah jet tempur, tapi karena AS telah menolak menjual peralatan dan rudal yang cocok untuk jet kepada negara kita, jet ini tidak bisa untuk bertempur. Saya tidak mengerti cara berpikir orang Amerika. Di mata mereka sepertinya kita berkepala lebih pendek dari mereka.
Trick Duterte Membalikkan Hubungan AS-Filipina Demi Kepentingan Nasional
Pengamat melihat, jika memang begitu berharga mengapa AS tidak memberi banyak materi atau bantuan keuangan seperti yang diharapkan? Ini mungkin dikarenakan AS memahami terlalu banyak. Karena budaya dan politik Filipina sangat mengindentifikasikan diri dengan model AS, banyak dari orang Filipina bahkan berpikir sebagai negara bagian AS ke-51.
Dalam hal semangat, mereka telah tercandui oleh budaya Amerika. Jadi jika AS memberi mereka banyak bantuan, sehingga mereka menjadi maju, itu akan menumbuhkan kesadaran dan kebanggaan nasional mereka. Yang kemudian setelah mereka terlepas dari aliansi dengan AS, mereka akan memiliki tekad yang lebih besar untuk mengembangkan kebijakan luar negeri yang bebas.
Ketakutan demikian sangat kuat bagi AS, dengan kata lain, Filipina memang memiliki benih sentimen anti-Amerika. Jika benih ini ter-stimulasi, akan sangat tidak menguntungkan Amerika.