Jika mendengar komandan senior AS mengklaim “perang mulai malam ini.” Berkenaan dengan hal ini, pada bulan Juli dalam dialog tentang LTS antara think tank Tiongkok-AS yang diadakan di Washington, mantan Penasehat Negara Tiongkok—Dai Bingguo menunjukkan dengan berkata: “Teman-teman Amerika, bagaimana perasaan Anda jika Anda sebagai anggota penduduk Tiongkok? Seorang anggota penduduk Tiongkok? Tentu saja, orang Tiongkok belum ketakutan. Saya yakin orang Tiongkok tidak ketakutan. Saya ragu mereka akan ketakutan bahkan jika 10 kapal induk berlayar ke LTS sekalipun.”
Dihadapkan dengan deterrent militer besar-besaran AS yang tidak pernah terjadi sebelumnya. AL-PLA (Tiongkok) membuat respon aktif. Pada 8 Juli, AL-PLA menyelenggarakan latihan militer dengan mengerahkan 100 kapal perang dan puluhan pesawat dari Armada Laut Utara, Laut Timur, dan Laut Selatan (LTS) serta bagian peluncuran rudal dari unit darat dan melakukan latihan dengan peluncuran rudal konfrontasi dengan rudal hidup ke perairan antara Hainan dan Kepulauan Xisha.
Dalam latihan tersebut telah dimunculkan Kapal Perusak Pembawa Rudal 052B, Frigat Pembawa Rudal 054A, Pesawat Pembom Xian H-6K, Jet tempur J-10, J-11B, Xian JH-7, rudal permukaan-ke-udara HQ-9, rudal anti kapal penjelajah YJ-83, dan banyak senjata baru lainnya.
Dalam Pernyataan Rapat Pertemuan para Menlu ASEAN bahkan tidak menyebutkan kasus arbitrase LTS, dan pernyataan yang dikeluarkan oleh Uni Eropa tidak dikatakan putusan arbitrase harus dipatuhi dan mengikat. Dari sini bisa dilihat bahwa upaya AS belum mendapat dukungan dari sebagian besar negara di dunia.
Pengamat melihat kekuatan Tiongkok pada momen demikian telah menekan AS. Tidak hanya tidak mempan ditakut-takui AS, juga berhasil tetap mempertahankan kedaulatan wilayahnya. Jadi apa langkah AS berikutnya pada batas-batas tertentu akan tergantung pada tindakan dan respon Tiongkok.
Kini meskipun AS untuk sementara waktu telah menarik kekuatan militernya, tapi tetap mempekuat sikap diplomatiknya.
Pad 12 Juli, Direktur Senior Gedung Putih AS, Kanda mengatakan dalam kuliah di sebuah think-tank AS di Washington DC, bahwa LTS merupakan “kepentingan tertinggi nasional AS” . IASni adalah yang pertama kali bagi AS yang secara terbuka menggunakannya istilah ini untuk menggambarkan sikap AS di LTS.
Menanggapi ini, pada 18 Jui 2016, anggota Komisi Militer Pusat PLA dan Komandan AL Tiongkok, Wu Shengli saat bertemu dengan Komandan Operasi AL-AS John Richardson di Beijing mengatakan: “Kami tidak akan mengorbankan hak-hak dan kepentingan kami di LTS, karena itu adalah inti kepentingan Tiongkok yang menyangkut fondasi politik, keamanan dan stabilitas negara, dan kepentingan fodamental dari negara kami.”