Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Apa yang Terjadi Pasca Keputusan Tribunal Sementara Arbitrase Laut Tiongkok Selatan

26 Agustus 2016   19:28 Diperbarui: 27 Agustus 2016   08:02 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teng Jianquan peneliti dari Tiongkok mengemukakan pendapatnya: “Komunikasi niat startegis dan keputusan utama, saya pikir sangat diperlukan, karena mungkin itu memberitahu Anda apa niatnya, karena kita bicara tentang transparansi. Salah satu dari niat transparansi itu---apa strategi Anda—apakah sudah memiliki niat strategis transparan.  Yang kedua, adalah transpanransi kemampuan Anda, saling bercerita seperti apa kemampuan yang Anda miliki. Jadi transparansi kemampuan dan niat adalah dua komponen penting dari transparansi militer. Ketika kami mencapai kesepakatan dengan AS, ketika kami memberitahu AS bahwa tidak hanya Tiongkok bersedia untuk membuat niatnya transpanran, kami bersedia untuk membuat kemampuan kami transparan. Ini akan menjadi tanda saling percaya.”

Dai Bingguo mantan Penasehat Negara Tiongkok di Washington mengatakan: “Kami (Tiongkok) tidak memiliki niat atau kemampuan untuk melaksanakan “persaingan strategis” dengan orang lain. Kami juga tidak memilki ambisi untuk menguasai Asia, dan kami pasti tidak memiliki ambisi untuk menguasai dunia. Kami tidak pernah mengatakan bahwa seluruh Laut Tiongkok Selatan milik kami, dan sebagai kompetitor.”

Tampaknya Tiongkok dan AS tidak memiliki kepercayaan di banyak bidang. Itu suatu kenyataan dan tidak terbantahkan. Kuncinya adalah bagaimana kedua belah pihak bisa menunjukkan saling rasa hormat terbesar bagi kedua belah pihak. Itu yang bisa membawa saling menguntungkan, saling menghormati dan kerjasama yang saling menguntungkan bukan hanya slogan-slogan saja, itu satu-satunya untuk bisa kelyuar dari situasi saat ini.

Terbitan AS, “The National Interest” menerbitkan sebuah artikel dengan judul “South China Sea Danger Zone: Why Pushing China into a Corner is Dangerous,” (Laut Tiongkok Selatan Zona Bahaya: Mengapa Memojokan Tiongkok Itu Adalah Berbahaya). Yang menuliskan bahwa meskipun putusan Tribunal telah merusak “keseimbangan ambiguitas” di Laut Tiongkok Selatan, dan mulai fase baru dari sengketa, tapi tidak akan mengubah sifat dari politik dunia. Sudah saatnya semua pihak, terutama Tiongkok dan Amerika Serikat untuk mendinginkan emosi dan ambisi. Menyimpan perselihan dan mencari kemungkinan kerjasama untuk dijadikan pilihan yang lebih baik daripada mencoba untuk mengatasinya.

Yang satu (Tiongkok) adalah kekuatan yang baru muncul dan meningkat dengan damai, yang lainnya (AS) adalah satu-satunya negara adidaya saat ini. Jika AS dan Tiongkok membangun bentuk baru hubungan kekuatan utama, saling mengelola perbedaan mereka, dan menghindari perang yang disebabkan Perangkap Thucydides seperti dalam sejarah Yunani kuno. Hal ini tidak saja bermanfaat bagi kepentingan kedua negara ini bersama, juga akan bermanfaat bagi keamanan dan stabilitas Laut Tiongkok Selatan, serta perdamaian dan kemakmuran di seluruh dunia.

Sucahya Tjoa

26 Agustus 2016

Sumeber: Media TV & Tulisan Dalam Negeri & Luar Negeri

web 1| 2| 3|

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun