Turki dan Rusia meningkatkan hubungan mereka, karena secara historis, mereka selalu berperang satu sama lain. Misalnya, dalam dua tahun terakhir, mereka telah berjuang banyak untuk Crimea. Tapi akhirnya Rusia telah mengambil Crimea. Jadi mereka itu sebenarnya sudah ratusan tahun bermusuhan dan memiliki akar konflik.
Sudah dalam waktu yang lama, Rusia menghadapi situasi maritim yang serius dan sulit. Di sebelah utara pantai terbuka panjang adalah Samudra Atartik yang selalu ditutup es. Satu-satunya pelabuhan yang hangat di wilayahnya di sepanjang pantai Laut Hitam. Selat Bosphirus yang menghubungkan Laut Hitam dan Laut Mediterania ada ditangan Turki.
Hubungan Rusia-Turki ini dibayangi dengan latar belakang 300 tahunan dendam antar dua negara ini. Ilustrasi diatas menggambarkan bagaimana hubungan Rusia-Turki ini adalah mutli-directional, tapi tidak ada perubahan fundamental, itu terjadi karena satu peristiwa terjadi pada waktu tertentu saja.
Jadi kita bisa melihat bahwa meskipun hubungan Rusia-Turki saat ini telah mengalami beberapa berubahan halus, mereka sekali lagi meningkat dan mencair. Tapi berhubung perbedaan geopolitik jangka panjang, termasuk Turki bergabung dengan NATO, ini hanya semacam pembatasan strategis. Hal ini hanya terbatas dengan adanya perbaikan hubungan Rusia-Turki.
Saat ini tampaknya Turki akan menajuhkan diri dari Barat, dan melihat Rusia sebagai mitra yang menguntungkan. Tetapi jika melihat sejarah panjang konflik geopolitik antar kedua negara ini, meskipun hubungan Rusia-Turki menghangat, tapi tingkat persahabatan mereka masih dibayangi keragu-raguan antara “setengah musuh dan setengah kawan.”
Jadi, bagaimana Turki akan memainkan peran antara barat dan Rusia? Efek apa yang akan terjadi dengan meningkatnya hubungan Rusia-Turki terhadap situasi di Timur Tengah?
Sebagai negara utama di Timteng, Turki memainkan peran penting dalam situasi geopolitik di Timteng. Dalam hal memerangi “ISIS” apakah dengan Turki berkabung dalam peperangan ini akan langsung mempengaruhi pertempuran ini?
Setelah terjadi makin dekatnya dengan Rusia, apakah Turki dapat mengambil keuntungan dari situasi memperbaiki hubungan dengan permintahan Bashar al-Assad di Syria dan membantu memulihkan stabilitas di Syria secepat mungkin akan sangat mempengaruhi arah masa depan situasi di Timur Tengah.
Dengan pendulum berayun kembali ke Rusia, untuk batas tertentu pada saat yang sama, mungkin akan menyebabkan reaksi berantai dan memaksa Turki untuk menyesuaikan kebijakan untuk Syria. Misalnya selama beberapa tahun terakhir, Turki telah bersikeras untuk menggulingkan pemerintah al-Assad. Mungkin kini akan fleksibel, sehingga kebijakan tersebut akan membawa efek yang berkelanjutan dalam mempengaruhi situasi di Timur Tengah.