Pangkalan Udara Clark memiliki satu-satunya landasan pacu yang berkualitas tinggi yang mampu didarati pesawat ruang angkasa ulang-alik bagi AS di luar negara AS sendiri, landasan pacunya terbuat dari beton berkwalitas tinggi.
Pada akhir April 2014, selama tur Obama ke empat negara di Asia, AS dan Filipina menandatangani “Perjanjian Kerjasama Peningkatan Pertahanan (EDCA)” perjanjian kerangka kerja, yang memungkinkan AS untuk mengarnisunkan sekali lagi di Pangkalan AU & AL di Filipina.
Setelah latihan militer bersama Filipina-AS berakhir, AS meninggalkan sekitar 300 tentara bersama dengan militer Filipina untuk melanjutkan mengambil bagian dalam aktivitas terbang-lintas dan patroli maritim di Laut Tiongkok Selatan.
Ini termasuk sebuah gugus tugas AU yang akan dimarkaskan di Pangkalan Udara Clark untuk mengaambil bagian aktivitas terbang-lintas di Laut Tiongkok Selatan.
AS juga akan secara teratur akan mengirim satuan tugas ke Filipina. Kelompok personil militer lain terkait akan menginap di markas Angkatan Bersenjata Filipina, untuk mengambil bagian dalam meningkatkan komando dan kemampuan perang Filipina.
Menhan AS, Ashton Carter menyatakan tindakan ini akan lebih memperkuat aliansi AS-Filipina.
Memang untuk isu Luat Tiongkok Selatan, pemerintahan Benigno Aquino III dan pemerintah AS telah terlihat ingin mengeroyok untuk menekan Tiongkok. Filipina bersedia untuk membiarkan AS menggunakan pangkalan militernya, pada saat yang sama mempunyai renana dibalik itu untuk melihat apakah akan mendapat dukungan ekonomi dari AS.
Tetapi AS sedang mengalami masalah keuangan, sehingga memilih lima dari delapan pangkalan di Filipina yang tersedia. Dan itupun tidak bersedia untuk menggunakan beberapa pangkalan yang lebih tua yang sudah bobrok. Lebih ingin menggunakan pangkalan, dan orang-orangnya, dan bahkan untuk negara-negara miskin seperti Filipina sekalipun, AS tidak mau memberi jumlah besar kekayaannya seperti sebelumnya, atau memberi ratusan kapal perangnya.
Sekarang, jika Filipina ingin membeli kapal perang bekas, AS masih akan menjualnya, karena sedang membutuhkan uang. Jadi pengamat melihat bahwa AS kembali ke Asia-Pasifik pertama tidak lain secara politik dan strategis untuk menekan kebangkitan Tiongkok, dan untuk memastikan AS masih tetap dalam posisi dominan. Kedua, secara ekonomi ingin berbagi keuntungan ekonomi dengan cepatnya pembangunan ekonomi di Asia-Pasifik dalam rangka menciptakan beberapa peluang kegiatan untuk AS. Ketiga, secara historis kenyataan tidak dapat diabaikan, AS menyukai mendapat keuntungan dari perang.
Selain itu, pada tahun-tahun terakhir iniAS telah membuat Pangkalan AL Changi di Singapura terlihat lebih posisinya semakin strategis. Setelah militer AS ditarik dari Filipina, AS mulai mencari basis baru dalam rangka untuk menebus hilangnya link dalam mata rantai pulau pertama, dan untuk mengembalikan keseimbangan di kawasan Pasifik Barat.