Jika kita memiliki industri manufaktur yang kuat dan kekuatan militer pada tingkat teertentu, maka kita diakui memiliki daya saing untuk memimpin dunia. Jadi dalam hal ini dengan menggabungkan PDB yang tertinggi kedua di dunia, dan salah satu agregat total industri manufaktur yang tertinggi di dunia, hal itu yang menyebabkan elite AS menjadi nervous di tahun 2010. Karena itu mereka membuat macam-macam respon.
Pada bulan Nopember 2011, Presiden Barack Obama mengatakan dalam pidatonya di Parlemen Australia, bahwa AS akan mengalihkan poros militernya dari Timur Tengah ke Asia, dan mengatur perluasan militer di kawasan Asia-Pasifik sebagai “agenda perioirtas tertinggi.”
Selama ARF (Asian Region Forum) tahunan di Hanoi, Vietnam, Hillary Clinton Menlu AS saat itu, telah menyebutkan strategi terkenal untuk kembali ke Asia. Dan ini merupakan asal dari strategi yang dilontarkan itu. Dan setelah benar-benar strategi ini digulirkan di AS terjadi polemik dan menuduhnya sebagai kontroversi, karena itu ex. pemerintahan Bush sebelumnya sangat marah. Mereka merasa strategi untuk “kembali ke Asia” adalah indikasi bahwa pemerintahan Bush meninggalkan Asia, sehinggga mereka menjadi sangat marah.
Pengamat menilai bahwa pemerintah AS telah membawa kebijakan luar negeri ke dalam kebijakan dalam negeri, dan menganggap itu tidak baik. Karena ketika mereka datang kembali menggunakan istilah lain yang berbeda, yaitu dengan ide seperti yang dilontarkan Hillary Clinton, Kurt Cambell yang merupakan “poros.” Mereka menyebutnya sebagai fokus poros strategi global AS, poros dari Eropa ke Asia, dari Samudra Atlantik ke Samudra Pasifik.
Setelah strategi ini digulirkan dan menjadi isu besar, memancing perlawanan dari sekutu Eropa, Eropa mengatakan “Kita sudah ikut Anda selama 70 tahun, dan sekarang Anda akan meninggalkan kita?” karena Eropa menganggap AS adalah suktu sejati. Dan AS merasa itu sepertinya agak pasif, dan ada sedikit masalah dengan strateginya, sehingga setelah itu isitlah ketiga untuk itu diganti dengan “menyeimbangkan kembali Asia-Pasifik” dan yang digunakan hingga kini.
Pada bulan Juni 2012, Menhan AS (saat itu) Leon Panetta memaparkan “strategi untuk menyeimbangkan kembali Asia-Pasifik” di Shangri-La Dialogue di Singapura, dan mengusulkan sebelum 2020, AL-AS akan mengubah distribusinya yang tadinya masing-masing 50% kapal perang di Atlantik dan di Pasifik, akan menjadi 60% di Pasifik dan 40% di Atlantik.
Setelah strategi Asia-pasifik pemerintahan Obama strategi ini telah mengalami penyesuaian dengan menyebutkan “kembali ke Asia-pasik,” dan kemudian “poros strategis untuk Asia-Pasifik” dan akhirnya menetapkan sebuah “strategi untuk menyeimbangkan kembali Asia-Pasifik.”
Ada analis yang percaya perubahan istilah ini diakui untuk menghindari kontroversi yang dapat memberikan kesan rencana untuk menekan Tiongkok, tapi dibandingkan dengan istilah sebelumnya “menyeimbangkan kembali/rebalancing” bisa lebih baik menggambarkan situasi hubungan internasional di Asia-Pasifik, serta niat strategi AS di kawasan ini.
Strategi untuk menyeimbangkan kembali Asia-pasifik, sejauh ini inti tujuannya ingin memastikan posisi penting AS di kawasan Asia-Pasifik, terutama untuk menghadapi kebangkitan Tiongkok, namun tidak hanya berurusan dengan kebangkitan Tiongkok saja, di mata AS juga melihat blok geografis yang luas di Asia, Samudra Hindia. Tiongkok juga adalah negara yang realistik merupakan ancaman besar untuk itu, karena kebangkitan Tiongkok adalah tercepat dan yang paling kuat.
Jadi dalam hal ini hanya ada satu hal bagi AS untuk dapat dilakukan, yaitu memperkuat kehadirannya diseluruh kawasan ini, dari Samudra Pasifik hingga ke daerah-daerah pedalaman Asia. Setelah memperkuat pasukannya di kawasan ini, pada tahun 2020 atau 2025, begitu mersa sudah kuat pasukannya, maka akan yakin bahwa itu dapat menggunakan kekuatan-kekuatan yang sama untuk menghadapi kebangkitan Tiongkok.