Pada saat yang sama, itu akan menyebabkan ketegangan regional antara negara-negara yang terlibat dalam isu Laut Tiongkok Selatan, jika terjadi demikian maka yang akan paling dikorbankan adalah negara-negara dan rakyat yang berada di kawasan tersebut.
Semua ini berasal dari sepak terjang AS untuk “menyeimbangkan kembali Asia-Pasifik.” AS juga menggunakan strategi ini untuk mempertahankan kehadiran militernya yang paling kuat di kawasan Asia-Pasifik.
Bagi AS “Menyeimbangkan” hanyalah sebuah rencana strategis AS yang dimilikinya untuk Asia-Pasifik, tapi apa efek dari keamanan dan stabilitas kawasan masa depan dari strategi AS untuk “menyeimbangkan kembali Asia-Pasifik”?
Upaya Obama Untuk Masuk Asia-Pasifik
Pada saat Barack Obama duduk mejadi presiden ke-44 AS pada 4 Nopember 2008, segera dia menghadapi masalah sulit. Karena strategi kontraterorisme selama pemerintahan George W. Bush sangat berlebihan dan dengan adanya tekanan depresi ekonomi yang meningkat sejak 2008, selama tahun pertama Obama menjabat, aksi pertama Obama terutama unutk menyesuaikan strategi diplomatik AS, yang melibatkan bagaimana untuk menghidupkan kembali ekonomi dan bagaimana untuk menarik pasukannya dari dua pertempuran “perang melawan teror” di Afganistan dan Irak.
Pada bulan Juli 2009, mantan Menlu AS, Hillary Clinton pernah mengumumkan di panggung Forum Regioanal ASEAN (ARF) dengan lantang menyatakan “Kami kembali/We are back!” dan juga menandatangani “Perjanjian Persahabatan dan Kerjasama di Asia Tenggara”(Treaty of Amity and Cooperation in the Southeast Asia,) menandai pejabat AS siap “kembali ke Asia.”
Segera setelah itu, pada 14 Nopember 2009, Presiden Barack Obama yang sedang mengunjungi Jepang, memberi pidato di Tokyo mengenai kebijakan pemerintah AS untuk Asia mengatakan “ AS juga negara Pasifik dan kita sangat erat terhubung di laut ini.” Dengan mengumumkan AS akan memperkuat hubungannya dengan negara-negara Asia dan akan memainkan peran utama.
Analis ada yang melihat dengan PDB Tiongkok melampaui Jepang pada 2010 yang dikonfirmasi oleh IMF dan World Bank, maka Tiongkok dinyatakan menjadi kedua tertinggi di dunia. Dengan keadaan ini elite AS menjadi nervous, karena sejak 1968 Japang selalu nomor dua. Tapi AS tidak khawatir dengan Jepang, namun setelah Tiongkok menggantikan Jepang, itu dianggap suatu peringatan bagi AS, dan sejak tahun itu index-index lain telah terjadi.
Sebagian besar populasi umum tidak memperhatikan demkian juga media, namun kaum strategis sangat memperhatikan, yaitu ketika total agregat industri manufaktur Tiongkok melampaui AS dan menjadi nomor satu di dunia.
Pada tahun 2010, Tiongkok juga menghasilkan daya saing yang melebihi AS. Hal ini sesuatu yang sebelumnya tidak pernah dialami AS atas tiga pesaingnya untuk masa lalu. Seperti kita ketahui pada abad ke-20, AS memiliki tiga pesaing : Jerman, Uni Soviet dan Jepang.
Pada saat-saat di masa kondisi paling tinggi mereka, industri manufaktur mereka hanya bisa mencapai 70% dari AS dan mereka tidak pernah mengalami peningkatan lebih tinggi dari AS. Dan sperti kita mengetahui peradaban modern sekarang disebut peradaban industri manufaktur.