Tampaknya dalam menghadapi serial tindakan ekonomi AS, Tiongkok memilih untuk menghadapinya dengan sikap terbuka dan menerima.
Shen Danyang dari Departemen Pers Kementerian Perdagangan Tiongkok mengatakan, dalam kaitannya dengan semua pengaturan yang bermanfaat bagi kebebasan perdagangan global dan integrasi ekonomi regional FTA (Free Trade Agreement), Tiongkok mempertahankan sikap terbuka selama pengaturan ini memang telah terbuka, dan menganut prinsip-prinsip transparan.
AS berusaha untuk menarik negara-negara ASEAN untuk lebih dekat padanya, namun jarak antara sekutu-sekutu tradisonalnya belum diperpanjang. Selain itu terus memperkuat aliansi AS-Jepang dan AS-Korsel dalam beberapa tahun terakhir ini, selain itu AS juga berupaya untuk menarik India berada pada sisinya.
Laksamana Harry Harris, Kepala Staf USPACOM, Komando Pasifik AS. Dai baru-baru ini mengusulkan pada 2 maret 2016 di ibukota India, New Delhi untuk memulai kembali aliansi informal antara AL Jepang, Australia, India dan AS.
AS telah beberpa kali membuat proposal untuk India yang berharap India akan bekerjasama dengan AL dari beberapa negara besar lainnya untuk menekan ekspansi maritim Tiongkok. Proposal ini merupakan yang terbaru yang dibuat Harris.
Namun, Menhan India, Manohar Parrikar menolak ajakan Harris untuk mengambil bagian dalam “patroli gabungan di Laut Tiongkok Selatan.” Dia mengatakan: “Pada saat ini, India tidak mempertimbangkan masalah patroli bersama.” Ketika ditanya oleh wartawan.
Menurut penglihatan analis sejauh ini strategi AS dibagi beberapa fase. Dengan kata lain, selama dua atau tiga tahun pertama dari strategi untuk menyeimbangkan kembali Asia-Pasifik, fokus kerjanya masih di Asia Timur Laut, terutama mencoba untuk menarik Jepang untuk mau lebih melawan (menghantam) Tiongkok.
Kita bisa amati ketika strategi untuk menyeimbangkan kembali Asia-Pasifik diusulkan pada tahun 2010, Jepang terlihat mulai dengan menahan beberapa kapten kapal nelayan Tiongkok, melakukan beberapa hal-hal lain seperti berkoordinasi hubungan Jepang-Korsel, kemudian mengganjal hubungan Korsel-Tiongkok. Itu adalah fase yang diset sekitar setelah 2013, tapi AS tidak berhasil menarik mereka pada pihaknya.
Maka mereka beralih ke Asia Tenggara, ini mungkin adalah fase kedua. Pertama ke Aisia Timur Laut kemudian ke Asia Tenggara. Berikutnya ada fase lain, dimana berharap mungkin bisa mendapatkan negara-negara regional ekstra yang bisa berada pada sisinya, seperti Jepang, Australia, dan India, dan menciptakan versi NATO - Asia yang lebih kecil, dan ini mungkin fase dari proses ini sekarang.
Sebagai satu-satunya “superpower” dunia, strategi internasional AS selalu menjadi fokus perhatian dari akademik internasional.
Penyesuaian strategi internasional AS biasanya memiliki makna global. Investasi dari militer AS dan sumber daya strategis memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keamanan dan ketertiban dari berbagai daerah di seluruh dunia.