[caption caption="Jalur Sutra Marfitim Ilustrasi dari www.youtube.com"]Pasca Dinasti Han
Setelah Dinasti Han Timur, Tiongkok masuk dalam Kerajaan Tiga Negara yang sangat dikenal perang antar Tiga Kerajaan atau SamKok : Wei(魏), Shu(蜀), Wu (吴) (tahun 220-265), Dinasti Jin Barat (西晋 tahun 265-317) dan Jin Timur (东晋 tahun 317-420), dan Dinasti Utara dan Selatan (南北朝 tahun 420-589). Utara dan Selatan telah terpisah dan rezim sering kali berganti. Dikarenakan kekacauan dan kerusuhan sosial dalam jangka panjang, Jalur Sutra Daratan mengalami interval buka dan tutup.
Orang Barat yang suka untuk mendapatkan barang-barang dari Timur memalui jalur darat beralih ke jalur maritim, sehingga kapal dagang lebih sering datang dan pergi melalui Jalur Sutra Maritim.
Pada tahun ke-5 di periode Huang Wu, dari negara Wu pada periode Tiga Kerajaan, yaitu tahun 226M, Qin Lun (秦论) seorang pedagang dari Daqin atau Kekaisaran Romawi kuno, datang ke Wu Timur dengan kapal. Peristiwa ini jelas tercatat dalam buku resmi “Kitab Liang” (梁书).
Sebelumnya pada awal abad kedua, orang-orang Romawi datang ke Tongkok melalui daratan. Mereka baru datang ke Kerajaan Wu Timur (东吴) melalui laut pada awal abad ke-3. Dimasa lalu kita mengatakan Jalur Sutra Daratan dibuka oleh Zhang Qian (张骞) setelah ekspedisinya ke Kawasan Barat.
Sebenarnya Wu Timur juga yang pertama yang menghubungkan Kekaisaran Romawi dan Tiongkok. Mereka mengirim misi resmi atau armada resmi yang dipimpin oleh Zhu Ying (朱应) dan Kang Tai (康泰) ke luar negeri. Armada ekspedisi kedua orang utusan ini berlayar selama setahun sebelum tiba di Sinhala atau Sri Lanka sekarang.
Setelah kembali mereka berdua menulis dua buku dengan judul “Catatan Tentang Hal-hal Asing di Kerajaan Funan” (扶南异物志) dan “Catatan Di Negara Asing Selama Masa Kerajaan Wu”(吴时外国传)dengan mencatat apa yang mereka lihat dan dengar. Kedua buku sempat beredar dan tersebar, tapi sayang sekarang hilang. Tetapi Eksiklopedi Leishu seperti “Koleksi Satra Yang Diatur Menurut Kategori” (艺文类聚) dan “Lembaga Institusi”(通典) ada beberapa catatan transkrip yang terkait catatan tersebut, yang memungkin orang sekarang mengetahui tentang aktivitas navigasi mereka.
Seperti kita ketahui, Kerajaan Wu Timur ini letaknya behadapan dengan Sungai Yangze dan terhubung dengan laut. Maka mereka memiliki pengalaman kegiatan navigasi dan teknologi pembuatan kapal. Mereka pergi ke luar negeri untuk memperluas dan membuka skala komunikasi mereka.
Pada zaman dinasti Song (宋) dan Qi(齐) dari awal Dinasti Selatan (南朝), ada utusan resmi lebih dari 10 negara luar yang datang melalui laut untuk berkomunikasi dengan Dinasti-dinasti ini, mereka datang di Jiankang (建康). Khususnya, raja Sinhala bahkan menulis surat resmi khusus yang puitis, dengan mengatakan “Dipisahkan oleh gunung dan lautan, namun kita sering menulis satu sama lain.”
Ketika zaman Dinasti Liang(萧梁 tahun 502-560)banyak negara-negara kecil menganggap Dinasti Liang sebagai negara metropolitan mereka. Ketika musim navigasi datang, akan lebih banyak kapal yang datang dari sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa pada saat itu, komunikasi dengan negara-negara di Asia Tenggara dan Asia Selatan melalui laut sudah lebih sering dan pertukaran hubungannya lebih akrab pada Dinasti Selatan.
Penemuan Arkeolog
Di Kepulauan Xisha (西沙群岛) yang indah, terdapat empat pulau besar utama, salah satu dari empat kelompok utama kepulauan di Laut Tiongkok Selatan yang lebar dan tertutup kabut. Dengan Pulau Yongxin (永兴岛) sebagai pusat, kira-kira 330 km dari ujung paling selatan dari Kota Sanya (三亚市) di selatan Pulau Hainan.
Pada tahun 1957, arkeolog dari Provinsi Guangdong berhasil mengumpulkan cangkir tembikar dengan enam pegangan yang terbuat pada Dinasti Selatan di Kepulauan Xhisha.
[caption caption="Ilustrasi dari www.youtube.com"]
Pada tahun 1970an dan 1980an, nelayan Tiongkok menemukan peninggalan budaya di bawah laut berupa tembikar, porselen, koin tembaga, dan patung-patung batu dari waktu ke waktu di North Reef, Pulau Koral dan di laut di daerah ini.
Dari tahun 1996 sampai 2012, arkeolog Tiongkok telah melakukan enam survei skala besar untuk peninggalan budaya ini, melakukan penggalian penyelematan, percobaan penyelematan atas peninggalan di daerah laut Kepulauan Xisha.
Dari Dinasti Han Timur, beberapa kapal dagang Tiongkok telah melakukan perjalanan ke Asia Tenggara, Kepulauan Xisha dan Laut Tiongkok Selatan, mereka bukannya berlayar menelusuri pantai. Dan jalur ini sudah mulai banyak dikenal orang.
Menurut “Kitab Han Kemudian/Book of Later Han” (后 汉书) upeti untuk tujuh prefektur termasuk Jiaozhi (交趾/Cochin /Vietnam Utara sekarang) semua diangkut melalui laut.
Kang Tai (康泰) seorang jenderal dari Wu Timur pada periode zaman Tiga Kerajaan (Sankok/三国), berlayar dari Luat Tiongkok Selatan saat ditugasi untuk mengunjungi negara-negara di luar negeri. dia menulis sebuah biografi “Funan Zhuang” (扶南传), di Laut Pasang (涨海) ada pulau karang dimana ada batu dan karang hidup di perairan pulau-pulau ini.
[caption caption="Ilustrasi dari www.youtube.com"]
Laut Tiongkok Selatan disebut Laut Pasang/Zhang Hai (涨海) dalam literatur saat itu, karena lautnya sangat bergelombang ketika laut pasang.
Faxian (法显) seorang Bhiksu pada Zaman Dinasti Jin (晋). Dia pergi ke India dengan perjalanan darat, ketika kembali pulang dari Sri Lanka dengan menumpang kapal. Sepanjang perjalanan telah mengalami banyak kecelakaan, terkahir dia menumpang kapal dagang besar yang berangkat ke Javadvipa, Sumatera terus menuju ke Pelabuhan Guangzhou dengan berbekal makanan padat untuk 50 hari.
Bagi seorang biarawan/bhiksu seperti Faxian yang tinggal di pedalaman Tiongkok utara dan mengalami beberapa pengalaman navigasi dan berlayar di laut akan sangat mengejutkan dia.
[caption caption="Ilustrasi dari www.youtube.com"]
Dalam catatan perjalanannya Faxian menuliskan: “Luat itu luas dan tanpa batas. Kita tidak bisa menunjukkan arah. Kita harus berlayar sesuai dengan psosisi matahari, bulan dan bintang.”
Rute menyeberangi Laut Tiongkok Selatan dari Guangzhaou sangat dipersingkat pelayarannnya. Ini juga membuat Jalur Sutra Maritim menjadi lebih panjang.
Pada saat itu tampaknya Tiongkok terus berhubungan dekat dengan negara-negara sahabat di Asia Tenggara dan Asia Selatan, beberapa orang juga telah memperhatikan Teluk Persia di Laut Arab.
Menurut kata pengatar dalam “Kitab Liang: Negara-negara di Asia Selatan,” (梁书海南诸国传序) negara-negara di luar negeri yang terletak di sebelah selatan dari Jiaozhou dan di laut di sebelah barat daya. Yang paling dekat 3.000 – 5.000 Li dan yang paling jauh 20.000 sampai 30.000 Li. Mereka berdekatan dengan negara-negara di Kawasan Barat. Pada waktu itu orang Tiongkok sudah lebih tahu banyak tentang negara di luar negeri.
Di zaman Dinasti Tang, rute Jalur Sutra Maritim dari Gaunzhou ke Laut Arab, Teluk Persia, Laut Merah dan pantai timur jauh Afrika, telah jelas tercatat dalam sejarah. Rute itu disebut rute laut dari Guangzhou ke Asia Barat dan Afrika Timur.
Menurut “Kitab Tang Baru :Pakta Geografi” ( 新唐书 地理 志) mencatat, berlayar dari Guanzhou ke tengggara 200 Li, akan bisa tiba di Tunmenshan (屯门山), dan terus berlayar ke barat bisa tiba di Jiuzhoushi (九州石). Dan berlayar empat hari akan bisa tiba di Sinhala (Sri Lanka).
[caption caption="Ilustrasi dari www.youtube.com"]
Jalur Sutra Maritim zaman Dinasti Qi dan Han (秦&汉). Utusan dari Dinasti Han kembali dari sana, rute diperpanjang ke barat melewati pantai utara Laut Arab dan memasuki Teluk Persia. Kemudian perlananan ke ujung utara tiba di Kerajaan Wula (乌剌) atau sekarang dinamai Teluk Persia sepanjang pantai timur dimana sungai Efrat bermuara.
Jika dilanjutkan dengan perjalanan darat 1.000 Li, akan tiba di kota Fuda (缚达), Kerajaan Maomen (茂门). Kota Fuda adalah ibukota Kekaisaran Arab saat itu. Kini disebut Bagdad, ibukota Irak. Yang merupakan kota metropoplis di jung barat Jalur Sutra Maritim kemudian.
[caption caption="Ilustrasi dari www.youtube.com"]
Jalur Sutra Maritim zaman Dinasti Qi dan Han (秦&汉). Utusan dari Dinasti Han kembali dari sana, rute diperpanjang ke barat melewati pantai utara Laut Arab dan memasuki Teluk Persia. Kemudian perlananan ke ujung utara tiba di Kerajaan Wula (乌剌) atau sekarang dinamai Teluk Persia sepanjang pantai timur dimana sungai Efrat bermuara.
Jika dilanjutkan dengan perjalanan darat 1.000 Li, akan tiba di kota Fuda (缚达), Kerajaan Maomen (茂门). Kota Fuda adalah ibukota Kekaisaran Arab saat itu. Kini disebut Bagdad, ibukota Irak. Yang merupakan kota metropoplis di jung barat Jalur Sutra Maritim kemudian.
Setelah rute memasuki Teluk Persia, ada rute lain yang diperpanjang ke utara dari perpanjangan ke utara dari Kerajaan Sanlan (三兰) yang terletak di daerah Dar-es-Salaam sekarang, Tanzania di Afrika. Berlayar dari Kerajaan Sanlan ke utara selama 20 hari yang akan melalui lebih dari 10 kerajaan kecil, maka akan tiba di Kerajaan She (设国 ), sekarang disebut Shihr, Yaman Selatan yang terletak di pintu masuk ke Teluk Aden. Diteruskan berlayar ke utara kan taba di Kerajaan Sayiquhejie (萨伊瞿和竭) di luar bagian barat. Itu adalah pintu masuk ke pantai barat Teluk Persia. Diteruskan berlayar satu hari akan tiba di Kerajaan Wula (乌剌) dan bertemu dengan rute timur. Dan kemudian seluruh perjalan perlayaran selesai.
[caption caption="Ilustrasi dari www.youtube.com"]
Literatur Geografi Kuno Tiongkok
Pada zaman Dinasti Tang, Jia Dan (贾 耽), Perdana Menteri ketika periode raja Zhenyuan (真 元), menulis sebuah buku geografis bernama “Catatan Geografis dari Tanah Imperial” (皇 华 四 达 记) dimana dicatat tujuh rute dari Tiongkok ke berbagai tempat yang berbeda. Lima dari rute itu dari jalur darat dan laut.
[caption caption="Ilustrasi dari www,youtube.com"]
Selain itu juga dicatat Rute Laut Barat yang diperpanjang ke Afrika timur seperti sekarang melewati Semenanjung Arabia di utara, menuju Teluk Persia dan akhirnya bergabung dengan Rute Laut Timur. Rute-rute ini dicatat dengan jelas dan rinci dalam “Kitab Tang Baru: Pakta Geografi.”
Dari sini kita bisa melihat bahwa komunikasi maritim ke Teluk Persia dan wilayah Afrika Timur telah sangat berkembang dibandingkan dengan yang berada di “Kitab Han: Pakta Geografi.”
Pada periode Kaiyuan (开元) Dinasti Tang (618M-907M) seorang astronom terkenal yang juga seorang Bhiksu Yi Xing (一行 / Zhang Sui) memrintahkan Nangong Shuo (南宫说) dan lain-lain untuk melaksanakan pengukuran teritori Dinasti Tang. Untuk tujuan ini, Bhiksu Yi Xing menciptakan alat sederhana yang disebut “Fuju” (复 矩). Dalam pengukuran ini, ia mengukur diagonal tinggi Polaris (bintang utara) dan garis cakrawala di Kutub Utara
[caption caption="Ilustrasi dari www.youtube.com"]
Dalam pengukuran ini, Bhiksu Yi Xing telah dapat mengumpulkan data penting, kira-kira panjang busur dari satu derajat adalah 351 Li dan 80 langkah (steps). Ini menjadi sebuah prestasi ilmiah yang penting saat itu yang segera dapat ditrapkan dalam navigasi.
Biasanya selama navigasi yang paling ditakutkan adalah badai, bintang-bintang yang tersembunyi, matahari dan bulan yang redup terhalang awan. Tiongkok negara pertama yang menemukan kompas. Kompas menjadi salah satu penemuan besar Tiongkok yang diciptakan untuk dunia.
Namun kompas tidak ditrapkan untuk navigasi hungga Dinasti Song (960M-1127/9M), atau dua setangah abad kemudian pada abad ke-11. Buku “Pingzhou Table Talks” (萍洲可谈) yang ditulis oleh Zhu Yu (朱 或 / 朱 彧) dari Dinasti Song Utara, yang pertama ada menuliskan situasi penggunaan Kompas selama navigasi.
Ketika navigator akan memberitahu arah, mereka mengamati bintang di malam hari dan matahari di siang hari, serta menggunakan kompas saat langit berawan. "Esai Bermimpi Berenang / Dream Pool Essays" ("梦溪笔谈) yang ditulis Shen Kuo (沈括) mencatat empat cara untuk menempatkan kompas.
[caption caption="Ilustrasi dari www.youtube.com"]
Pada tahun 1044, Zeng Gongliang (曾 公 亮 ) dari Quanzhou, Fujian (福建 泉州) mencatat alat berbentuk ikan yang menunjuk ke arah selatan pada buku “Catatan Lengkap Klasik Barang yang Perlu Dalam Militer/ Complete Essentials for the Military Classics” (武经总要). Dengan memberi petunjuk cara pembuatannya: potonglah lepengan besi dalam bentuk ikan dan apungkan di atas air setelah di-magnetisasi, maka lepengan ini akan hanya menunjuk arah selatan dan utara. Ini tampaknya seharusnya khusus untuk navigasi.
[caption caption="Ilustrasi dari www.youtube.com"]
Zhao Rushi (赵汝 适), seorang manager Kantor Urusan Pengiriman Untuk Perdagangan (ekspedisi) di Provinsi Fujian pada zaman Dinasti Selatan (tahun 420-589) mengatakan “Kapal-kapal harus mengikuti kompas. Kita harus hati-hati mengamati kompas ini siang dan malam. Karena sedikit kesalahan dapat menyebabkan konsekuensi serius.” Dengan demikian kompas menjadi alat navigasi untuk pelayaran kelautan untuk kapal.
Joseph Needham, seorang filosof dan ilmuwan Inggris terkenal, mengatakan penemuan dan penerapan kompas merupakan karya besar dalan “Ilmu Pengetahuan dan Peradaban Tiongkok”. Dengan ditrapkan kompas sebagai alat navigasi, maka kompas membawa perubahan besar dalam teknologi navigasi, yang menjadi akhir era navigasi dan awal yang baru. Selama manusia mengusai kompas, laut tidak akan lagi menjadi halangan untuk terjembati bagi manusia lagi.
Navigasi merupakan penyebab yang ber-resiko dalam berlayar di laut, kita pertama harus bisa memecahkan masalah lokasi dan navigasi. Jadi kita harus mengetahui lokasi kapal dan kapal harus berlayar di jalur yang benar.
( Bersambung ...... )
Sumber : Media TV Luar Negeri
http://baike.baidu.com/view/5549376.htm
http://baike.baidu.com/view/5493646.htm
https://zh.wikipedia.org/wiki/%E7%8F%A0%E5%B4%96%E9%83%A1
http://baike.baidu.com/view/458870.htm?fromtitle=%E8%90%A7%E6%A2%81&fromid=2001140&type=syn
http://en.unesco.org/silkroad/network-silk-road-cities-map-app/en
http://www.silkroutes.net/orient/mapssilkroutestrade.htm
http://www.ancient.eu/Silk_Road/
http://www.baike.com/wiki/%E6%B5%B7%E4%B8%8A%E4%B8%9D%E7%BB%B8%E4%B9%8B%E8%B7%AF
https://depts.washington.edu/silkroad/texts/hhshu/hou_han_shu.html
http://www.guoxue.com/shibu/24shi/hansu/hsu_039.htm
http://baike.baidu.com/view/251646.htm
http://pan.baidu.com/share/link?uk=137832388&shareid=1818865857&third=0&adapt=pc&fr=ftw
http://pan.baidu.com/share/link?uk=137832388&shareid=1818865857&third=0&adapt=pc&fr=ftw
http://www.duguoxue.com/ershisishi/5048.html
http://www.duguoxue.com/ershisishi/5048.html
http://www.whyandhow.org/cn/info/218347/index.shtml
https://sites.google.com/a/asiaa.sinica.edu.tw/iaaq-on-web/2012Q4
https://issuu.com/iaa-quarterly/docs/2012q4_all?e=4034723/1269474
1434 The Year A Magnificent Chinese Fleet Sailed To Italy And Ignited The Renaissance. By Gavin Menzies. Harper Collins Publishers, 2008
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H