Pada 15 Desember 2015, pemerintah Arab Saudi mengeluarkan pernyataan melalui Saudi Press Agency, bahwa kaolisi kontraterorisme yang dipimpin Arab Saudi dari 34 negara Islam sudah terbentuk. Tapi, diantara negara-negar Islam, Iran dan Irak yang mayoritas Syiah tidak termasuk.
Semua orang tahu bahwa ada tiga koalisi yang memerangi “ISIS” sekarang. Salah satunya adalah koalisi internasional yang dipimpin AS yang memiliki paling banyak peserta lebih dari 60 negara seperti apa yang mereka katakan. Satu lagi yang dipimpin Rusia, tetapi pihaknya tidak banyak hanya Iran, Irak, Syria dan Hizbullah, terakhir koalisi yang dipimpin Arab Saudi yang dikatakan memiliki 30an negara.
Banyak negara merasa heran, seperti Pakistan dan Malaysia mengatakan, bahwa mereka bahkan tidak tahu mereka sebagai anggotanya sampai setelah mereka melihat ada dalam pernyataannya. Jadi koalisi yang ketiga ini menjadi yang paling substansial kekosongannya.
Pada kenyataannya, baik itu koalisi kontraterorisme yang diciptakan Arab Saudi atau latihan militer besar-besaran, negara ini telah mengorganisir negara-negara Sunni, yang tampaknya semua tindakan ini diarahkan ke Iran.
Pada 2 Januari 2016, Arab Saudi mengeksekusi ulama Syiah Nimr al-Nimr dengan tuduhan terkait terorisme, dengan sengaja memprovokasi Iran, dan kemudian mengumumkan putusnya hubungan diplomatik dengan Iran. Tapi Obama tidak bediri di sisi Arab Saudi.
Arab Saudi percaya bahwa dirinya pemimpin Sunni. Awalnya merasa percaya diri AS dan Barat pasti akan berdiri disisinya dengan itu. Tapi sekarang tidak yakin dan mengkhwatirkan masa depan akan tidak pasti, karena AS sudah membangun dinding pemisah antara dua faksi, berbaikan dengan dua faksi Arab Saudi dan Iran, sehingga Arab Saudi tidak suka dengan sikap AS ini. Mereka sangat frustasi, dan karena itu mereka melakukan segala macam tindakan untuk menghentikan AS dari rekonsialiasi dengan Iran.
Kekuatan Militer Iran
Walaupun agregat ekonomi Iran dan pengeluaran militer jauh lebih kecil dari Arab Saudi, tapi dari 1980 hingga 1988 pernah mengalami perang skala besar dalam Perang Iran-Irak, sehingga militer Iran dengan terus menerus mempertahankan kapsitas tempur yang sangat kuat.
Di Syria, Iran dan Rusia telah melakukan serangan yang keras, dan mereka sudah mulai memainkan peran yang lebih penting dalam proses konflik dalam masa depan Syria.
Rusia berharap untuk memulai proses rekonsiliasi secdepat mungkin., tapi beberapa analis melihat bahwa dikarenakan Iran telah melakukan investasi militer dan ekonomi di Syria, bagi mereka melakukan gencatan senjata pada saat dimana perang sedang berlangsung dengan baik bagi keuntungan mereka tidak tepat, sebenarnya Iran dan al-Assad tidak menginginkan gencatan senjata pada saat ini.
Pada bulan Januari 2016, AS mengakhiri sanksi yang berkaitan dengan masalah nikulir Iran, bagi Arab Saudi hal ini seperti membebaskan binatang buas.