Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ada Apa Dibalik “Konspirasi” Perang Harga Minyak Dunia Sekarang? (1)

13 Februari 2016   11:29 Diperbarui: 13 Februari 2016   13:33 827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada saat yang sama, nilai tukar rubel Rusia terhadao USD terus turun. 11 Januari 2016 nilai tukar USD jatuh menjadi 1USD = 76 rubel (RUB), yang sempat mempunyai nilai tertinggi pada Desember 2014, 1USD = 56.61 RUB.


Harga minyak internasional terus jatuh, dan nilai tukar RUB terus merosot juga. Dengan sanksi Barat terhadap Rusia yang terus berlanjut pada awal 2016, situasi ekonomi Rusia terlihat terus merosot.

Dengan keadaan demikian, Presiden Rusia Putin dipaksa untuk mengakui bahwa penurunan harga minyak telah memberi pukulan telak pada perekonomian Rusia. Putin mengatakan: “ketika harga minyak tinggi, kita jelas menggunakan pendapatan minyak untuk mempertahankan pengeluaran keuangan kita. Ketika harga minyak rendah, defisit keuangan kita meningkat ketingkat yang berbahaya.”

Menurut data baru dari Kementerian Pembanguan Ekonomi Rusia, pada tahun 2015 PDB Rusia berhenti berkembang pada 3,7% sedang inflasi naik 12%. In merupakan atropia (berhenti tumbuh) terbesar bagi ekonomi Rusia yang dialami sejak 2009.

Analis pasar Rusia masih mengkhawatirkan babak baru penurunan harga minyak akan mengancam bagi ekonomi Rusia, mereka merasa mengalami resesi untuk tahun kedua, sehingga menjadi periode resesi terpanjang bagi Rusia dalam 20 tahun ini.

Menghadapi rendahnya harga minyak internasional, mengurangi produksi untuk meningkatkan harga minyak dan menstabilkan situasi keuangan domestik sebenarnya sudah menjadi rencana yang sangat  mendesak untuk Rusia.

Pada 13 Januari, para pejabat dari Kementerian Keuangan Rusia mengatakan, Rusia mungkin mengurangi produksi minyak. Ini merupakan yang pertama kali bagi Rusia membuat pernyataan resmi untuk mengurangi produksi.

Pada 28 janauri, menurut informasi dari RIA Novosti. Menteri Energi Rusia, Alexander Novak mengatakan bahwa OPEC dan negara-negara penghasil minyak lainnya akan mengadakan pertemuan tingkat menteri di Arab Saudi tentang menteri di Arab Saudi tentang kemungkinan menerapkan usulan Arab Saudi untuk mengurangi produksi 5% untuk semua negara.

Rusia mengkonfirmasi hal itu akan menghadiri pertemuan ini. Terpengaruh dengan berita ini, harga minyak mentah Brent tiba-tiba meningkat sebesar 5% ke harga 35,67 USD per barel, menjadi titik tertinggi dalam tiga minggu.

Tapi informasi ini segera dibantah oleh perwakilan OPEC, kabar ini segera direspon dengan harga minyak internasional turun pada penutupan sampai harga 3% lebih rendah. 

Pada 28 Januari ketika Rusia mengeluarkan pernyataan bahwa Arab Saudi setuju mengurangi produkasi 5%, keesokan harinya harga minyak melonjak. Setelah Arab Saudi membantah, harga minyak jatuh lagi. Hal ini membuat Rusia menjadi risau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun