Pada saat yang sama, nilai tukar rubel Rusia terhadao USD terus turun. 11 Januari 2016 nilai tukar USD jatuh menjadi 1USD = 76 rubel (RUB), yang sempat mempunyai nilai tertinggi pada Desember 2014, 1USD = 56.61 RUB.
Dengan keadaan demikian, Presiden Rusia Putin dipaksa untuk mengakui bahwa penurunan harga minyak telah memberi pukulan telak pada perekonomian Rusia. Putin mengatakan: “ketika harga minyak tinggi, kita jelas menggunakan pendapatan minyak untuk mempertahankan pengeluaran keuangan kita. Ketika harga minyak rendah, defisit keuangan kita meningkat ketingkat yang berbahaya.”
Menurut data baru dari Kementerian Pembanguan Ekonomi Rusia, pada tahun 2015 PDB Rusia berhenti berkembang pada 3,7% sedang inflasi naik 12%. In merupakan atropia (berhenti tumbuh) terbesar bagi ekonomi Rusia yang dialami sejak 2009.
Analis pasar Rusia masih mengkhawatirkan babak baru penurunan harga minyak akan mengancam bagi ekonomi Rusia, mereka merasa mengalami resesi untuk tahun kedua, sehingga menjadi periode resesi terpanjang bagi Rusia dalam 20 tahun ini.
Menghadapi rendahnya harga minyak internasional, mengurangi produksi untuk meningkatkan harga minyak dan menstabilkan situasi keuangan domestik sebenarnya sudah menjadi rencana yang sangat mendesak untuk Rusia.
Pada 13 Januari, para pejabat dari Kementerian Keuangan Rusia mengatakan, Rusia mungkin mengurangi produksi minyak. Ini merupakan yang pertama kali bagi Rusia membuat pernyataan resmi untuk mengurangi produksi.
Pada 28 janauri, menurut informasi dari RIA Novosti. Menteri Energi Rusia, Alexander Novak mengatakan bahwa OPEC dan negara-negara penghasil minyak lainnya akan mengadakan pertemuan tingkat menteri di Arab Saudi tentang menteri di Arab Saudi tentang kemungkinan menerapkan usulan Arab Saudi untuk mengurangi produksi 5% untuk semua negara.
Rusia mengkonfirmasi hal itu akan menghadiri pertemuan ini. Terpengaruh dengan berita ini, harga minyak mentah Brent tiba-tiba meningkat sebesar 5% ke harga 35,67 USD per barel, menjadi titik tertinggi dalam tiga minggu.
Tapi informasi ini segera dibantah oleh perwakilan OPEC, kabar ini segera direspon dengan harga minyak internasional turun pada penutupan sampai harga 3% lebih rendah.
Pada 28 Januari ketika Rusia mengeluarkan pernyataan bahwa Arab Saudi setuju mengurangi produkasi 5%, keesokan harinya harga minyak melonjak. Setelah Arab Saudi membantah, harga minyak jatuh lagi. Hal ini membuat Rusia menjadi risau.