Arab Saudi, Yordania, Bahrain, Emirat Arab dan negara-negara Arab lainnya juga bergabung dalam operasi militer di Syria.
Sejak akhir September 2105, ketika Rusia mengirim pasukan, terlihat jelas semua negara dan kekuatan yang dapat memobilisasi kekuatannya untuk mengambil bagian dalam memerangi “ISIS” telah melakukannya.
Setelah serangan teroris Paris, Prancis dan Eropa dipaksa untuk meningkatkan pertahanan udaranya, terlepas dari apakah itu nyata atau tidak, atau akan seberapa efektifnya. Mereka harus memobilisasi lebih kekuatannya.
Dan Dewan Keamanan PBB secara berurutan meluluskan beberapa dokumen tentang memulihkan ketertiban setelah melawan “ISIS.” Kita sudah dapat mengatakan “ISIS” telah menghadapi serangan global yang belum pernah dialami sebelumnya, dan telah mengepung mereka.
Serangan semacam ini terus berlanjut, kini “ISIS” tidak bisa berekspansi dan memperkuat penguasaan wilayahnya sendiri seperti tahun lalu, dan terus mundur secara konstan. Kali ini benar-benar tidak bisa kembali.
Pada 15 Desemebr 2015, aliansi kontra terorisme internasional lain dibentuk lagi dipinpim Arab Saudi terdiri dari kekuatan 34 negara Islam, yang menyatakan untuk menentang semua bentuk terorisme internasional dan melawan “ISIS” dan “semua organisasi teroris.”
Ada yang mempertanyakan “ISIS” sudah mulai ambruk total. Mengapa Arab Saudi memilih waktu ini untuk membentuk aliansi kontra terorisme baru?
Dengan begitu banyak koalisi kontraterorisme apakah bisa benar-benar mempromosikan kontrateorisme? Atau justru akan mengacaukan atau mengganggu situasi kontraterorisme secara keseluruhan?
( Bersambung ...... )
Sumber : Media Tulisan dan TV Luar dan Dalam Negeri
http://valdaiclub.com/opinion/highlights/vladimir-putin-meets-with-members-of-the-valdai-discussion-club-transcript-of-the-final-plenary-sess/ : Vladimir Putin: How effective will our operations in Syria be?