AS dan Rusia Melakukan Penyesuaian
Putin mengatakan, “Pada akhirnya, kita akan mengakui bahwa militer al-Assad dan militan Kurdi adalah satu-satunya yang benar-benar memerangi kelompok ekstrimis dan kelompok teroris lainnya di Syria.”
Pidato Obama di PBB mengatakan : “Dengan logika ini, kita harus mendukung tiran seperti Bashar al-Assad, yang menjatuhkan bom barel untuk membantai anak-anak yang tidak bersalah.”

Kita dapat melihat perbedaan terbesar antara AS dan Rusia terdapat pada masalah apakah al-Assad harus tetap berkuasa atau tidak. Sikap Rusia al-Assad harus tetap berkuasa, tetapi apakah pemerintahannya tetap ada itu harus diputuskan oleh rakyat Syria.
Pesan yang tersirat adalah setelah terroris dapat diberantas, setelah Syria dalam keadaan damai, maka kita dapat berbicara tentang pengaturan politik Syria setelah perang, termasuk apakah al-Assad harus tetap berkuasa atau mundur, itu urusan kemudian.
Sedang sikap AS yang pertama al-Assad harus dihapus dari kekuasaan, setelah dihapus anda tidak perlu lagi melawan terorisme, karena al-Assad mundur, maka isu terorisme secara alami akan terpecahkan sendiri.

Selama kurun waktu itu, AS mengadopsi sikap yang sama sekali ofensif, agresif dan ingin menyerang pemerintah al-Assad langsung, tetapi intervensi Rusia sangatlah tepat dan diplomatis, dengan menggunakan smart power atau kekuatan cerdas untuk membentuk hubungan dekat dengan pemerintah al-Assad, dan meyakinkan pemerintah al-Assad untuk menyerahkan senjata kimia, yang setara dengan meniadakan alasan AS yang harus memobilisasi kekuatan di Syria.
Dalam hal masalah ini, Putin memenangkan banyak poin. Dan poin terpenting pada 2015, ketika Putin langsung menggunakan intervensi militer di Syria. Dalam hal ini Rusia mengadalkan sepenuhnya pada kekuatan militer.
AS dan Rusia masing-masing memiliki rencana mereka sendiri untuk masalah apakah al-Assaad harus tetap berkuasa atau tidak. Bagi Rusia al-Assad adalah sebagai maintainer dan operator untuk kepentingan Rusia, sebelum menemukan pengganti yang cocok Rusia pasti akan tetap mempertahankan al-Assad. Mempertahankan pemerintahan yang pro-Rusia merupakan salah satu yang terpenting dan inti bagi Rusia. Jika tidak maka upaya Rusia dalam beberapa tahun terakhir ini akan semua sia-sia.
Bagi AS menggunakan kesempatan ini untuk mendorong kekuatan oposisi pro-AS untuk berkuasa, menjadi rencana yang diunggulkan untuk menggantikan al-Assad tanpa harus memobilisasi pasukan.
Siapakah yang menjadi tantangan terbesar bagi keamanan dalam situasi Syria? Untuk Rusia teroris, dan untuk AS pemerintah al-Assad. Perbedaan yang tajam ini yang tidak dapat dicapai konsensus dalam waktu pendek, dalam diplomatik dan negosiasi.
Saat ini, yang dimaksud “konsensus” hanya perubahan sikap yang sangat dasar, tidak bisa dikatakan AS dan Rusia telah menyesuaikan posisi mereka.
Serangan Teroris California Menjadi Titik Penyesuaian AS
Namun, terjadinya penembakan California belum lama ini telah memaksa Obama untuk menyesuaikan kebijakannya dalam hal isu Syria.
Pada pagi hari 3 Desember 2015, di San Bernardino, California, AS, terjadi penembakan massal, yang menewaskan 14 orang. Setelah itu menurut Reuters melaporkan, sebuah kelompok ekstrimis melaporkan bahwa dua pengikut kelompoknya melakukan penembakan di California. Dan jajak pendapat publik terbaru menunjukkan semakin banyak warga Amerika khawatir tentang gaya serangan tunggal dari perorangan (lone-wolf style), dan meragukan kemampuan pemerintah Obama untuk memerangi teroris.

Obama mengatakan : “Dalam beberapa pekan terakhir ini, kami telah melancarkan gelombang serangan pada garis hidup mereka --- infrastruktur minyak—menghancurkan ratusan truk tangki mereka, sumur dan kilang minyak, dan kami akan terus menghantam mereka.”
Pertumbuhan kelompok-kelompok ekstrimis sudah mulai “retak” akibat kontraterorisme dari negara-negara utama, maka itu telah mengancam untuk melakukan serangan teroris di AS. Pernyataan ini sungguh luar biasa untuk orang Amerika. Mereka pikir bagaimana ‘ISIS’ datang dan sudah berada dalam rumahnya? Bagaimana memerangi mereka? Dan AS mempunyai banyak uang! Jadi Obama harus melakukannya sesuatu sendiri dan bersungguh-sungguh melawan ‘ISIS’.
John J. Mearsheimer seorang hubungan internasional AS terkenal, mengatakan dalam wawancara, bahwa tidak mungkin bagi AS untuk mengalahkan kelompok-kelompok eksrtrimis sendiri saja!
Sebuah situs Jerman memuat sebuah artikel pada 18 Desember 2015 yang berjudul “Tanpa Putin. Mengalahkan Kelompok Ekstrimis Mustahil” . ini semacam laporan yang menunjukkan bagaimana opini Barat telah bergeser. Dalam loporan ini disebutkan pada tahun2014, Putin diabaikan Barat pada Konferensi G20, dan sekarang Barat dan Rusia telah bersatu bersama-sama sekali untuk melawan kelompok-kelompok ekstrimis bersama, semua dikarenakan serangkaian serangan teroris yang baru-baru ini melanda Eropa dan AS, yang telah meninggalkan perasaan tak berdayanya Barat.
Presiden Prancis Francois Hollande mengesampingkan perbedaan, untuk berdiri bersama Putin. Baru-baru ini Barack Obama sudah tidak bisa membantu tetapi memuji Rusia untuk “kemitraan yang konstruktif” dalam memerangi kelompok ekstrimis di Sryia. Dan bekerjasama dalam tingkat teknis, jika AS ingin memperoleh hasil yang nyata dalam memerangi kelompok-kelompok ekstrimis, bergabung dengan Rusia adalah pilihan yang layak.
Secara teknis, Rusia adalah satu-satunya dari semua negara-negara utama yang benar-benar dapat melawan “ISIS”. Dari perspektif regional, Iran juga yang benar-benar dapat melawan “ISIS.” Obama dihadapkan dengan dilema politik yang sulit, dia harus mendapatkan beberapa hasil dalam pertempuran dengan “ISIS”, tapi apa yang sudah berada ditangan dia—oposisi moderat yang didukung AS, mereka itu seperti bayi yang baru lahir. Bisanya hanya memaki dan menghina orang online, tapi melarikan diri dalam pertempuran, mereka tidak berguna bagi Obama.
Upaya Obama Sebelum Masa Jabatan Habis
Dan sekarang Obama tidak bisa membiarkan saudara-saudara sisi Eropa merapat ke Rusia, karena jika itu terjadi, akan menyebabkan masalah bagi strategi hegemoni AS. Itu yang menjadi jenis tekanan pertama. Kemudian ada tekanan domestik bahwa Obama perlu memiliki sesuatu untuk menunjukkan suatu hasil dalam pertempurannya dengan “ISIS” sebelum masa jabatannya habis.
Dia harus melakukan sesuatu dengan baik, harus memiliki dukungan pisik, Rusia dan teman-teman Rusia saat ini merupakan satu-satunya yang dapat diandalkan untuk itu, jadi mau tidak mau harus membuat kompromi sementara.
Tekanan dari kekhawatiran domestik dan masalah eksternal telah mendorong Obama untuk berkoordinasi dengan Rusia untuk secara bertahap membentuk dasar bagi kerjasama dalam memerangi kelompok ekstrimis bersama-sama. Tapi sebelumnya sudah ada tanda-tanda untuk itu.

Terakhir kali kedua pemimpin ini telah berbicara di PBB pada akhir September 2015. “Finacial Times” memberi komentar hanya dalam satu setengah bulan yang lalu, mereka kaku, bahasa tubuh dingin tidak lagi terlihat di antara mereka, dan mereka tampak lebih seperti rekan kerja.
Dalam pertemuan Para Menlu untuk masalah Syria mungkin telah menyadari bahwa itu dimulai setelah Rusia mengirim pasukan ke Syria. Sejak akhir September dan awal Oktober (2015) dimana Rusia telah mengirim pasukan ke Syria, AS sudah meningkatkan koordinasi tertentu.
Pada 30 Nopember 2015, dalam Konferensi Perubahan Iklim Paris, Presiden AS dan Rusia telah berkesempatan yang lebih sempurna untuk bertatap muka berbicara selama 30 menit. Peran dalam sikap koordinasi antara AS dan Rusia telah dibicarakan oleh Kerry dan Putin ketika mereka bertemu di Moskow.
Putin mengatakan : “Saya tahu setelah konferensi di Paris kami memiliki banyak masalah untuk diselesaikan, termasuk isu Syria.” Kerry : “Anda punya kesempatan untuk berbicara dengan Presiden Obama di New York, dan kemudian dilanjutkan di Paris. Dan berdua, Anda dan Presiden Obama telah berkomitmen diri untuk mencoba mengembangkan sebanyak mungkin—melalui Menlu Lavrov dan saya—melakukan pendekatan yang mencoba untuk menangani kedua masalah Ukraina dan Sryia.”
Dihadapkan dengan kepentingan umum dari ancaman kelompok ekstrimis, AS dan Rusia yang terus menerus beradu kepala sebelumnya, akhirnya menemukan “titik keseimbangan.”
Setelah terjadi gejolak di Syria, AS tidak seperti dibayangkan banyak orang, bahwa ia ingin mengendalikan situasi Syria, dan mau memainkan peran utama dalam isu Sryia, dimana apa yang dikatakan harus dijalankan. Itu tidak terjadi. Ada dua poin yang perlu kita perhatikan tentang kinerja AS di Timteng. Yang pertama adalah mengakui kepentingan Iran, dan Iran harus berperan.
Yang kedua, mengakui kepentingan Rusia, dan mengakui bahwa Rusia berperan. Alasannya adalah AS “membimbing” dan tidak “memimpin.” Mengkoordinasi berbagai pihak, pada saat yang sama partai-partai ini juga perlu koordinasi dengan Amerika.
Namun, beberapa ahli khawatir bahwa AS dan Rusia yang sekarang yang suaranya lantang untuk bekerjasama dalam kontraterorisme ini hanya fenomena yang berumur pendek. Sikap AS telah berubah berdasarkan situasi. Misalnya dengan AS akan ada penggantian Presiden baru tahun depan, kemungkinan ini bisa berubah.
AS merupakan contoh klasik dengan masing-masing pemimpin baru. Mereka tidak perduli dengan penampilan, karena ketika begitu pemimpin mereka mengubah kebijakan mereka, mereka mengatakan bahwa itu tidak “melanggar kata-kata mereka.” Jadi ini “masih berpacu dengan waktu” masih banyak variabel di masa depan.
Kontes antara AS dan Rusia di Syria tidak membawa kedamaian bagi Bashar al-Assad dan negaranya, juga al-Assad tidak bisa memimpin rakyat Syria untuk mengubah nasib bangsanya sendiri.
Maka, bisakah perubahan sikap AS dan hasil kontes antara berbagai pihak ini bisa mengantar era baru bagi Syria? Jadi masa depan Syria berada dimana? Sikap AS “Demi untuk rakyat Syria, sudah saatnya untuk Presiden al-Assad harus pergi.”
Pada 18 Agustus 2011, Presiden Barack Obama mengeluarkan pernyataan tertulis, untuk pertama kali dia dengan jelas menyerukan pengunduran diri Presiden Syria.
Al-Assad mengatakan: “Saya orang Sryia, saya diciptakan di Syria dan saya harus hidup dan mati di Syria.” Sudah beberapa kali diramalkan bahwa pemerintah al-Assad tidak akan bertahan lebih dari tiga bulan, tetapi dalam sekejap mata. Perang ini yang yang telah diisi dengan intervensi asing dan konflik keagamaan serta dendam telah memasuki tahun kelima.
( Bersambung ....... )
Sumber : Media TV dan Tulisan Dalam dan Luar Negeri
http://nypost.com/2015/11/15/g20s-most-important-meeting-may-have-happened-in-a-hotel-lobby/
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI