Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Putin vs Erdogan, Keras vs Keras dan Permainan Geopolitik Kekuatan Utama (4)

4 Januari 2016   19:22 Diperbarui: 4 Januari 2016   20:11 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Eropa Mendekati Rusia

Pada 26 Nopember 2015, dua hari setelah jet tempur Rusia ditembak jatuh, Presiden Prancis  Francois Hollande mengunjungi Rusia, dimana dibahas tentang membentukan koalisi kontraterrorisme internasional dengan Putin.

Putin meyatakan harapan untuk membangun koalisi kontraterrorisme yang bersatu, tetapi juga menyatakan keraguan tentang peran AS yang telah bermain dalam insiden pesawat Rusia. Putin mengatakan : “AS adalah pemimpin koalisi anti-terorisme yang mana Turki dan negra-negara lain adalah bagian darinya. AS pasti tahu waktu dan lokasi dimana jet tempur Rusia akan muncul, tapi justru saat itu kita diserang. Jadi kenapa harus kita memberi informasi kita kepada Amerika?”

Pada kenyataan, sejak 30 September 2015, ketika Rusia mulai melakukan serangan udara terhadap Syria, untuk menghindari tabrakan antara pesawat mereka, baik AS dan Rusia telah terlibat dalam kerjasama informasi lengkap dan koordinasi militer.

Analis melihat dengan keterlibatan Rusia di Syria, telah memaksa AS untuk bekerjasama demikian. AS memiliki pesawat terbang yang terbang disana setiap hari dan Rusia juga, untuk mencegah terjadi pertempuran satu sama lain. Rusia sedikitnya telah merekomendasikan untuk melakukan pembicaraan  tentang aturan kerjasama untuk hal ini.

Tapi kemudian, setelah Turki menembak jatuh Su-24 Rusia, situasinya menjadi canggung, Rusia mengatakan kepada AS; “Anda semestinya tidak harus menembak jatuh, karena kami telah bertukar informasi dengan NATO, sebagai anggota NATO, Turki kemungkinan besar sudah tahu. Dan kemudian Turki melakukannya, ini sedikitnya menunjukkan masalah kominikasi.”  

Kecurigaan Putin bukan tidak berdasar. Pada bulan Oktober 2014, koalisi internasional pimpinan AS mulai melakukan serangan udara terhadap kelompok-kelompok ekstrimis. Tapi meskipun sudah lebih setahun operasi, tapi efektifnya masih minim. Di sisi lain, oeprasi kontra terorisme Rusia berefek sangat besar . Hal ini membuat AS merasa banyak tertekan.

AS membentuk koalisi anti-“ISIS” dengan anggota 65 negara, tetapi secara obyektif, sejak mulai melakukan penyerangan pada 2014, sudah lebih dari setahun tapi belum efektif. “ISIS” tampaknya tumbuh terus lebih besar.

Tapi ketika Rusia mulai terlibat, yang juga menciptakan koalisi kontraterorisme “4+1” : Iran, Irak, Syria dan Hizbullah di Lebanon, ditambah Rusia. Mereka sangat efektif. Realitasnya bisa dilihat semua pihak.

Situasi yang demikian , Rusia tampaknya telah menjadi sorotan AS. Kita tidak bisa menghilangkan kemungkinan bagi beberapa komandan  di medan perang menjadi merasa cemburu.

Jadi dalam situasi demikian, mungkin saja AS memberi angin Turki untuk melakukan sesuatu terhadap Rusia, hanya dilakukan secara diam-diam. Tidak secara eksplisit diperintahkan untuk melakukan hal itu, dengan tidak perduli bagaimana mencapainya, tapi mungkin AS tidak mengira Turki bertindak begitu dramatis, sehingga membuat situasi menjadi lebih rumit.

Beberapa analis percaya, meskipun Turki menyebabkan adanya insiden menembak jatuh jet tempur Rusia, tapi AS akan terus berdiri dengan Turki. Turki adalah anggota NATO dan AS “pemimpin” NATO, jadi  hal ini juga cukup menyentuh saraf Rusia.

Ada analis yang memperkirakan kemungkinan ada pemimpin Turki yang bermain dengan pihak tertentu di AS, tapi tidak tahu apakah AS membutuhkan mereka untuk melakukan itu. Putin sambil tetap marah menyambar kesempatan ini. Dan menggelar rudal anti-udara yang paling canggih S-400 yang bisa menghadapi ancaman serangan udara dari pesawat tempur, AEW rudal taktis, dan intersep (mencegat) lainnya serta menghancurkan target udara dalam jarak lebih dari 400 km.

Dengan sistem pertahanan ini, maka jangkauannya hampir mencakup semua kota-kota pesisir di sepanjang Laut Mediterania di Israel, Turki Selatan dan Siprus.

Secara teoritis, S-400 merupakan senjata kontraterorisme yang paling canggih saat ini. Di kawasan ini tidak hanya pesawat Turki yang terancam, juga AS dan Eropa. Jadi apa yang Turki lakukan telah membuat suatu hal yang sangat aneh bagi AS.

AS “Robah” Pikiran

Setelah itu pada waktu yang sama, pada 2 Desembar 2015, AS mengalami serangan teroris di California selatan yang menyebabkan 14 orang tewas.

Dengan adanya tekanan baik domestik maupun internasioanl telah memaksa AS untuk mengendorkan sikapnya terhadap isu Syria dan memberlakukan kebijakan Syria mirip dengan Rusia. Bisa dikatakan tindakan Putin menekan Turki  untuk memaksa AS untuk bekerjasama.

Putin ingin menggunakan kesempatan ini untuk bekerjasama dengan AS, dengan menunjukkan dia adalah korban, dan sekutu AS yang merugikan dia. Jadi apa yang harus dilakukan AS? Dia memaksa AS untuk bekerjasama dan tampaknya itu ada hasilnya. (akan di bahas di tulisan yang akan datang).

John Kerry mengatakan : “AS dan mitra kita tidak mencari yang disebut “perubahan rezim” seperti yang sudah dikenal selama ini, di Syria. Sekarang, kita tidak berusaha untuk mengisolasi Rusia sebagai masalah kebijakan, sudah tidak ada lagi. Tapi, kita telah terus-menerus mengatakan dunia ini lebih baik ketika Rusia dan AS menemukan landasan bersama dan kemampuan untuk dapat bekerjasama.”

Pada 15 desember 2015, John Kerry mengunjungi Rusia, AS dan Rusia dengan mengejutkan mencapai konsensus smentara pada masalah apakah Basahar al-Assad harus di hapus dari kekuasaan atau tidak.

Kedua negara menyatakan bahwa mereka akan memperkuat komunikasi dan kerjasama dalam masalah Syria dan memerangi kelompok eksrimis “ISIS.”

Ini merupakan konsesi terbesar yang dibuat AS untuk masalah ini sejak krisis Syria terjadi pada 2011, dan banyak pemimpin Barat menuntut Bashar al-Assad harus mundur.

Secara politik, untuk masalah ini Rusia telah meraih kemenangan besar. Meskipun dalam pertemuannya dengan Putin, sikap terbaru Kerry tetap tidak melepaskan gagasan memundurkan al-Assad, tapi tidak menuntut al-Assad mundur sebagai prasyarat untuk penyelesaian politik isu Syria dan kontraterorisme. Perkembangan AS ini berbeda, tidak lagi memaksa mundurnya al-Assad sebagai prasyarat untuk resolusi politik untuk masalah Syria.

Pada hari yang sama John Kerry mengunjungi Moskow. Arab Saudi mengumumkan pembentukan koalisi militer Islam terdiri dari 34 negara untuk memerangi terorisme. Ini adalah koalisi multinasional ketiga untuk memerangi ekstrimisme setelah koalisi Barat pimpinan AS dan koalisi empat negara : Rusia, Syria, Irak dan Iran (+Hezbullah Lebanon).

Mohhammad bin Salman Al Saud mengatakan: “Ada banyak negara dan daerah yang menghadapi ancaman terorisme saat ini, seperti Syria, Irak, Yaman, Libya dan lain-lain. Atas tuntutan ini kita membentuk pasukan bersatu untuk memerangi hal itu. Hal ini tanpa keraguan diperlukan koordinasi dan kerjasama antara kita. Kita akan tidak mau lagi ada organisasi teroris yang masih berdiri, dan akan melaksanakan operasi militer terhadap mereka.”

Beberapa analis percaya Arab Saudi menciptakan koalisi kontraterorisme lain ini untuk melawan koalisi yang dibentuk Rusia yang menyatukan beberapa kekuatan Syiah : Syria, Irak dan Iran.

Koalisi kontraterorisme bentukan Arab Saudi ini hanya terdiri dari negara-negara Islam Sunni. Koalisi ini jelas terutama menunjukkan tidak hanya kontraterorisme dan tidak bekerjasama dengan Rusia, bahkan akan menentangnya.

Memang pada kenyataannya, koalisi kontraterorisme Rusia adalah sebuah aliansi antara Rusia dan kekuatan Syiah di Timteng. Dan koalisi kontraterorisme Arab Saudi benar-benar sebuah aliansi kekuatan Sunni di kawasan tersebut.

Turki yang mendapat undangan untuk aliansi ini, yang telah terisolasi karena insiden penembak jatuh jet tempur Rusia, serta-merta menerima “kemauan baik” Arab Saudi dan mengatakan: “Bagi orang-orang yang akan perang melawan terorisme, respon terbaik bagi negara-negara Islam untuk memiliki satu suara melawan terorisme.” 

Jika sikap serius ini berkembang ke tindakan militer yang nyata dan dapat dukungan, maka pasukan koalisi yang dipimpin terutama oleh Arab Saudi dan Turki ini, niscaya akan lebih memperburuk gejolak di Syria, Irak dan menyebabkan kontes lebih lanjut politik dan militer antara semua pihak. Demikian pendapat analis.

Analis melihat, dengan adanya pertemuan AS dan Rusia berkompromi di PBB menjadi berita yang positif bagi dunia, tapi dengan adanya berita koalisi ketiga yang sangat aneh ini. Kita tidak tahu apakah ini akan menjadi kekuatan positif terhadap terorisme, atau justru hanya akan membuat hal-hal yang lebih kacau.

Jadi kita hanya bisa mengatakan sekali ada resolusi damai antara AS dan Rusia, maka akan ada kemungkinan meningkatnya atas resolusi politik untuk masalah Syria. Tapi itu masih tidak jelas apakah resolusi politik tersebut bisa tercapai.

Tapi berdasarkan berita-berita terakhir ini ada tanda-tanda AS akan melepaskan masalah Bashar al-Assad Syria, dan membiarkan rakyat Syria sendiri yang menentukan nasib al-Assad dengan resolusi politik. Ini akan dibahas pada tulisan berikutnya.

( Habis)

Sumber ; Media TV dan Tulisan Luar Negeri dan Dalam Negeri

http://edition.cnn.com/2015/11/25/middleeast/syria-turkey-russia-warplane-shot-down/

http://www.nytimes.com/2015/11/25/world/europe/turkey-syria-russia-military-plane.html?_r=0

http://learningenglish.voanews.com/content/tension-increases-between-turkey-russia-over-syria/3084485.html

http://www.durangoherald.com/article/20151125/NEWS03/151129743

http://www.foxnews.com/world/2015/11/25/russia-rescues-pilot-downed-warplane-from-rebel-territory.html

http://www.mirror.co.uk/news/world-news/russia-turkey-crisis-tensions-increase-6902205

http://www.aljazeera.com/news/2015/11/nato-turkey-russian-jet-syria-151124181649801.html

http://mashable.com/2015/11/30/obama-putin-climate-talks-syria-ukraine/#it0uaaSOzaq8

http://www.theguardian.com/world/2015/nov/17/russian-us-forces-exchange-military-information-airstrikes-against-isis-syria

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun