Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Putin vs Erdogan- Keras vs Keras & Permainan Geopolitik Kekuatan Utama (3)

4 Januari 2016   09:47 Diperbarui: 4 Januari 2016   09:47 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan Turki yang telah berusaha all out, tampaknya kini menunjukkan tanda-tanda penurunan dalam kontes dengan Rusia.

“Pertama-tama, apa yang Erdogan tembak jatuh sebetulnya bukan jet tempur Rusia, tapi perekonomian negaranya sendiri.” Setelah insiden ini, Rusia selain meningkatkan kehadiran militernya di Syria, juga melakukan serangkaian sanksi ekonomi terhadap Turki.

Meskipun sanksi tidak komprehensif, dan semua effektif. Yang pertama terkena adalah industri pariwisata Turki. Dan Turki kehilangan US$ 4,4 juta wisatawan yang membawa kerugian langsung sekitar US$ 10 milyar. Selain larangan untuk berpergian ke Turki, sanksi yang paling penting melawan Turki akan di mulai tahun 2016, kecuali  untuk diplomat dan keluarga mereka, dan orang-orang dengan izin tinggal sementara,semua warga negara Turki akan dilarang memasuki Rusia.

Jika secara komprehensif diundangkan, sekitar 200.000 karyawan Turki yang bekerja di Rusia dan keluarga mereka akan menjadi pengangguran. Ini bukan angka kecil bagi Turki.

Sampai saat ini, Turki telah menderita kerugian. Setelah insiden menembak jatuh jet tempur, segera mengalami pembalasan langsung dari Rusia. Ini mengakibatkan kerugian ekonomi dan militer, dan juga telah menempatkan NATO dalam posisi canggung, AS sebagai pemimpin dari NATO sebenarnya sedang menjauhkan diri dari Turki.

Hal ini bisa dilihat seolah mendukung dan melindungi Turki, tetapi tidak mengambil tindakan yang nyata. Jadi dalam sudut pandang strategis, itu menekankan isolasi internasioanl. Berdasarkan kenyataan Turki akan kehilangan beberapa pihak, setidaknya di daerah sekitar Turkmen yang mengalami ratusan orang tewas, mereka diibaratkan seperti domba yang dibiarkan dipandang rumput dan kembali untuk dicukur bulunya untuk wol (umpan untuk dikorbankan).

Tindakan mereka sebenarnya bermasalah, tapi tampaknya tidak mengubah posisi Erdogan. Saat ini, dia masih berkeras, analis memperkirakan kebijakan luar negeri Turki akan terendam. Jika melihat pemerintah domestik dan kebijakan luar negeri Turki, khusus untuk kinerja kebijakan luar negeri untuk periode masa lalu, tidak ada yang menunjukkan Erdogan adalah seorang yang jenius/jago diplomatik.

Dalam kontes antara Rusia dan Turki, mereka tidak mendapatkan apa-apa bahkan kehilangan. Seperti mengangkat batu menimpahkan pada kaki sendiri. Turki mungkin berpikir sama dengan Rusia ingin sebagai pemain yang penting atau memainkan peran yang lebih penting di Timteng.

Dalam pikiran Rusia mungkin berpikir, AS bisa memainkan posisi mutlak sebagai kekuatan utama di Timteng, tapi jangan melupakan Rusia. Rusia memiliki kemampuan, dan bahkan dapat menggunakan kekuatan untuk intervensi dalam konflik semacam ini di Timteng. Sehingga dalam perspektif itu, Turki tidak cukup kuat untuk memperebutkan hal ini dengan Rsuia. Dan kedua negara ini belum membentuk kompetisi untuk dominasi di Timteng.

Dalam 12 tahun Erdogan menjabat, ekonomi Turki telah dengan cepat maju, dan kekuatan ekonominya telah menjadi yang terkuat ke-16 di dunia. Kekuatan tentaranya adalah yang  kedua setelah AS dalam NATO, dan dengan pimpinan NATO adalah AS yang ada dibelakangnya, Erdogan merasa cukup berani untuk memperjuangkan supremasi di Timur Tengah menyaingi Rusia.

Opini publik sementara ini memang percaya Turki adalah kekuatan regional yang terkuat, tapi di tingkat strategi global, sulit untuk membandingkan dengan Rusia. Apalagi dengan kekacauan di Timteng, seperti apa yang yang dikatakan oleh mantan Panglima Tertinggi Sekutu Eropa NATO, Wesley Clark, mungkin banyak negara-negara yang memperjuangkan hak-hak dan kepentingan Timteng, tetapi pada akhirnya hanya “kontes antara AS dan Rusia.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun