Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Latar Belakang Penembakan Jet Tempur Russia Oleh Turki (4)

20 Desember 2015   17:58 Diperbarui: 20 Desember 2015   19:40 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanggapan Dunia Atas Jet Tempur Rusia Ditembak Jatuh Turki

Stephane Dujarri, juru bicara dari Sekjend PBB Ban Kin-moon mengatakan: “Masyarakat internasional harus bekerjasama dan karena ada kebutuhan mendesak untuk menemukan resolusi politik untuk konflik Syria.

Presiden Dewan Eropa, Donald Tusk menyerukan : “Selama masa krisis dimana jet tempur Rusia ditembak jatuh, semua pihak harus tenang.”

Kanselir Jerman, Angela Merkel mengatakan : “Saya berbicara dengan PM Turki kemarin, dan menuntut ia melakukan segala upaya untuk mejaga konflik tidak eksalasi.”

Menlu Inggris, Philip Hammond mengatakan: “jet tempur Rusia ditembak jatuh oleh Turki adalah ‘insiden serius’.”

Presiden Ceko Miloz Zeman berkomentar: “Rusia saat melawan “ISIS” Perilaku Turki adalah radikal. Ini pasti akan meningkatkan ketegangan.”

Dalam kontes antara Rusia dan Turki, Rusia telah mengambil keuntungan. Jelas hal ini membuat Rusia memiliki moral yang tinggi.

Pada 24 Nopember, Presiden Prancis Francois Hollande bertemu dengan Barack Obama di AS. Pada konferesi pers, Obama memeluk Hollande dan bersumpah untuk meningkatkan operasi militer terhadap ekstrimis dan militan bersenjata di Syria dan Irak.

Hollande mengatakan: “Kita harus menghentikan hal-hal yang bisa menyebabkan ekskalasi meningkat, atau lainnya yang bisa membuat sangat berbahaya.”

Pejabat militer AS dengan jelas menyatakan militer AS tidak terlibat dalam insiden Turki menembak jatuh sebuah pesawat Rusia. 

Tapi Obama menyatakan bentuk dukungan untuk Turki. Obama mengatakan: “Saya berpikir ini menunjuk ke masalah yang sedang berlangsung dengan operasi Rusia dalam arti mereka beroperasi sangat dekat dengan perbatasan Turki. Jika Rusia mengarahkan energi ke Daesh dan ISIL, akan menyebabkan beberapa konflik atau potensi untuk kesalahan, atau kalau tidak ekskalasi tidak akan terjadi.”

Sejak serangan teroris Paris, Presiden Prancis Hollanade terus melakukan perjalanan diplomatik untuk “membangun koalisi kontra terorisme internasional.” Dan bertemu dengan kepala negara dari Inggris, AS Rusia, Tiongkok, Jerman, dan Italia. Dia telah meminta koalisi yang dipimpin AS memperkuat kerjsama dengan Rusia untuk melawan kelompok-kelompok ekstrimis.

Prancis mengatakan bahwa hal itu tidak ingin mengecualikan negara manapun, Presiden Rusia Putin juga mengatakan sambutannya yang hangat. Obama, disisi lain, jelas menjawab bahwa Rusia tidak harus bergabung dalam koalisi saat ini.

Daniel Wagner, CEO of Country Risk memposting artikel di “The World Post”, AS dengan judul: “The US Should Join Hands with Russia to Fight ISIS” antara lain menuliskan: Setiap orang yang rasional akan setuju dunia akan mempunyai kesempatan yang lebih baik untuk secara efektif memerangi “ISIS” bersama, daripada terpisah-pisah.

Dengan mereka memerangi “ISIS” sekarang, Rusia telah mengirim pasukan, dan koalisi kontra terorisme internasional bekerjasama dengan AS dan NATO, dan semua negara, kerjasama ini mengurangi tekanan pada masalah Ukraina, dan membuat sulit bagi AS menerima.

Kerena AS tidak mau Rusia merasa berkurang atas tekanannya pada masalah Ukraina. Pada bulan Maret tahun lalu, Rusia mencaplok Crimea, yang ditentang oleh kubu Barat. Dengan dipimpin AS, negara-negara Barat terus meningkatkan sanksi, dan ekonomi Rusia terlihat penurunan tajam.

Dengan harga minyak internasional jatuh dari US$ 100 menjadi US$ 40, masalah ekonomi Rusia yang mengandalkan ekspor energi menjadi masalah yang menumpuk.

Krisis pengungsi Syria telah menciptakan masalah besar bagi Eropa, Putin berharap untuk menggunakan kesempatan ini untuk melakukan serangan yang gencar pada kelompok-kelompok ekstrimis, dan mencapai terobosan dalam efek pertempuran.

Setelah peristiwa serangan teroris Paris, negara-negara Eropa menyadari melakukan pertempuran melawan ekstrimis akan lebih penting daripada yang lain.

Dengan perspekstif ini, Rusia telah mencapai tujuannya untuk tingkat tertentu. Mereka telah mencapai tujuan dalam edisi “ISIS”, tapi itu bukan tujuan utama Rusia. Tujuan utama Rusia memaksa perdamaian dengan Eropa dan AS. Rusia berharap untuk membentuk koalisi anti-terorisme atau sejenis dengan mereka, kemudian mengurangi sanksi terhadap Rusia, AS tidak mau melakukan itu pada saat ini.

Sejauh untuk memerangi “ISIS”, Rusia dan Syria berjuang bersama-sama, tetapi AS telah menggunakan oposisi pemerintah Bashar al-Assad sebagai alasan untuk menolak kerjasama lebih lanjut dengan Rusia.

Gerakan “Arab Spring” menyebabkan kekacauan di Syria, AS pecaya bahwa Bashar al-Assad harus diganti dengan kekuasaan demokratis, Turki juga berpendapat bahwa harus ada kekuatan yang menggantikan Bashar al-Assad. Untuk hal yang menyangkut masalah perkembangan Syria, Turki dan AS ada dalam perjanjian. AS yang dipimpin kelompok militer NATO juga secara terbuka mempertahankan sikap konsisten ini dengan AS.

Jane Stoltenberg, Sekjend NATO mengatakan : “Sepeti yang telah berulang kali kita tegaskan, kita berdiri dalam solidarits dengan Turki, dan mendukung integeritas wilayah sekutu NATO kita, Turki.”

Dia juga menekankan, saat ini penguatan kemampuan pertahanan udara NATO tidak berhubungan dengan insiden yang baru-baru ini terjadi dengan Turki menembak jatuh sebuah pesawat Rusia.

Yang lebih mencengangkan bahwa pada bulan Oktober, AS mulai menarik sistem pertahanan Rudal Patriot keluar dari Turki, dan pada awal tahun depan---Jerman akan memindahkan dua sistem pertahanan Rudal Patriot dari Turki. Ini tampaknya untuuk mencegah perilaku radikal Turki.

Analis ada melihat dengan terjadinya konflik Turki dan Rusia, membuat posisi Turki di NATO dan pandangan AS sedikit menurun, karena tindakan Turki membuat orang Eropa dan AS sedikit mengkhawatirkan.

Pada 2003, saat akan menginvasi Irak, AS mengerahkan pasukan besar-besaran di pangkalan NATO dan direncanakan untuk masuk ke Irak dari utara. Dan saat itu partai Recep Tayyip Erdogan berada dalam mayoritas di Parlemen Turki, justru mereka yang tidak menyetujui militer AS lewat Turki.

Menurut informasi yang diterbitkan 27 Nopember “Sputbik News” di Rusia. Seorang komentator di majalah “American Thinker” mengungkapkan NATO merasa beberapa kali menyesal memberi Turki kualifikasi untuk menjadi anggota NATO pada tahun 1952. Turki sepertinya hanya ingin menggunakan NATO untuk mencapai tujuan politiknya sendiri, tapi kepentingan-kepentingannya tidak sesuai dengan kepentingan NATO.

Menurut pandangan AS berpikir bahwa Turki masih memiliki potensi, dan dipandang sebagai salah satu “demokrat di Timur Tengah” dimana reformasi di Turki bisa memicu proses demokratis di seluruh Timteng, dan mengubah situasi dari “Benturan Perabdaban”. Tapi saat ini tampaknya Turki mungkin tidak bisa lagi melakukan kebijakan yang sejalan dengan AS 100% untuk kepentingan AS di Timteng. 

Satu hal lagi apa yang disebut “kediktoran” di negeri ini, dan di Timteng Turki masih bermain mata dengan “ISIS” , dimana kepentingannya tidak sesuai sama sekali dengan kepentingan strategis AS.

Saat ini, Putin terus mengungkapkan bukti penyelundupan minyak, sehingga hampir tidak ada negara yang bersedia untuk membela Recep Tayyip Erdogan, dan AS mulai memberi tekanan pada pemerintah Erdogan.

Pada 1 Desember, AS mengumumkan mereka akan mengirim Pasukan Khusus untuk melawan “ISIS” , kata Obama, ia telah banyak melakukan pembicaraan dengan Recep Tayyip Erdogan, dengan mendesak Turki untuk menuntup perbatasan bagi kelompok-kelompok ekstrimis.

Menurut salah satu pejabat senior AS mengatakan, negosiasi dengan Turki mengenai daerah perbatasan adalah “pekerjaan yang sulit.”

AS tidak senang dengan kediktatoran Erdogan, namun AS tidak bisa mengirim militernya bermusuhan dengan sekutunya. Jadi AS tahu bagaimana bermanuver. Pada kenyataannya, adalah dengan menggunakan Rusia untuk menekan Erdogan, Rusia mengatakan akan memberikan bukti, jika benar-benar AS menyudutkan Erdogan, itu bisa saja Rusia berbicara atas nama AS.

Tetapi tidak melakukan hal itu. Jadi hubungan ini sangat rumit. Meskipun Putin terus menempati moral yang tinggi berada diatas dalam sengketa Rusia-Turki, tapi Rusia terus memupuk dendam dengan Turki yang sebagai kekuatan utama di Timteng. Jadi sulit sengketa Rusia-Truki ini untuk bisa berubah.

Langkah berikutnya adalah melihat apa yang akan dilakukan Turki. Jika Turki terus bertindak keras, terutama dengan seorang kemauan keras seperti Recep Tayyip Erdogan saat ini, analis melihat Rusia akan terus begini.

Erdogan mengundurkan diri akan menjadi hasilnya, atau Turki minta maaf. Sebelum hasil resmi ini terwujud, Putin akan terus melakukan hal ini. Yang perlu diamati langkah apakah yang akan Turki lakukan selanjutnya.

Pada 2 Desember, Obama mengeluarkan peringatan, mengatakan : “Saya percaya Pak Putin harus jelas masih ingat peristiwa 1980-1989, ketika Uni Soviet menginvasi Afganistan. Dia tahu bahwa perang itu tidak akan membawa hasil, dan kekenduran, kekacauan yang disebabkan perang sipil bukanlah hasil yang dia inginkan.”

Pada abad terakhir lalu, bekas Uni Soviet terlibat perang 10 tahunan di Afganistan, yang dipandang sebagai titik dimana kemakmuran bangsa Rusia mulai turun. Mantan penasehatan keamanan nasional AS, Zbigniew Brzezinki mengatakan, ini adalah “Perangkap Afganistan” yang AS telah dirikan.

Dilemma Rusia Dalam Memerangi “ISIS”

Rusia tidak sanggup menangani perang dengan pemborosan yang tinggi dan teknologi tinggi, karena memiliki kemampuan terbatas secara ekonomi, untuk mengerahkan begitu banyak pesawat dan meluncurkan begitu banyak rudal.

Keadaan Timteng yang ada sekarang yang menjadi masalah, adanya berbagai agama dan dendam antara sekte keagamaan yang saling terjalin. Di balik itu adanya persimpangan yang saling menyilang dari negara-negara utama, dimana mereka juga memiliki sikap yang berbeda dalam memerangi “ISIS”.

Di Turki 99% penduduknya adalah Muslim, dan 85% Muslim Sunni. Tapi “ISIS” berkembang atas nama Islam Sunni. Ini yang membuat masalah sulit bagi negara-negara Timteng, Turki dan juga Rusia.

Secara umum, Syiah hanya 15% dari Muslim menjadi minoritas mutlak. Juga bagi Rusia, resiko utama adalah Muslim Rusia semuanya Sunni, Jika pemerintahnya mendukung Muslim Syiah melawan Sunni, Muslim Sunni di negara mereka akan dengan keras memprotes.

Melihat keadaan demikian, AS hanya menonton pertarungan, menunggu saat tepat, melihat bagaimana perkelahian mereka dengan “ISIS”. AS ingin melihat Eropa dan Rusia keduanya terjebak disana. Banyak pengamat dan analis melihat dengan makin berpengalamannya AS, Obama akan cuek saja, dan bersembunyi dibalik Rusia dan Eropa yang akan menyeret mereka berdua dalam perangkap.

Serangan udara besar-besaran yang dilakukan Rusia terhadap kelompok-kelompok ekstrimis di Syria, mendapat pujian luas di dunia. Tetapi jet tempur Rusia yang ditembak jatuh Turki menciptakan variabel baru dalam perang melawan teror.

Akankah sengketa antara Rusia dan Turki akan berubah menjadi perang proxi (proxi war)? Bagaimana ini akan berakhir? Dan pengaruh apa yang akan terjadi terhadap Timteng? Dunia luar sedang menunggu dan melihat.

Kemudian pasca Turki menembak jatuh jet Rusia, bagaimana sikap negara-negara sekutu Turki--- negara-negara Barat yang dipimpin AS? Akan dibahas dalam tulisan berikutnya.

( Habis )

Sumber: Media TV dan Tulisan Dalam Dan Luar Negeri.

http://www.bbc.com/news/world-middle-east-34912581

https://syrianfreepress.wordpress.com/2015/12/02/russian-army-briefing/

http://www.wsj.com/articles/americas-marxist-allies-against-isis-1437747949

http://www.washingtoninstitute.org/policy-analysis/view/syrias-war-could-inflame-turkeys-hatay-province

http://www.todayszaman.com/anasayfa_border-province-hatay-bears-brunt-of-syrian-crisis_350365.html

https://www.rt.com/news/323033-russia-us-terrorism-summit/

http://www.cnbc.com/2015/11/16/russia-us-may-find-common-ground-in-fight-against-isis.html

https://www.rt.com/usa/322956-russia-isis-coalition-washington/

http://www.usnews.com/news/world/articles/2015/11/26/putin-criticizes-turkey-for-not-apologizing-for-jet-downing

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun