Setelah kapal induk Charles de Gaulle mencapai perairan pantai Syria, mereka akan mengatur operasi militer bersama. Apa yang menarik perhatian adalah Prancis dan Rusia berlaku “seperti sekutu” di garis depan. Dan kerjasama ini terbentuk hanya dalam beberapa hari saja.
Menurut RIA Novosti kantor berita Rusia memberitakan, menurut informasi dari Staf Utama AL-Rusia mengungkapkan, nantinya ketika kapal induk Charles de Gaulle, Prancis melakukan serangan udara terhadap sasaran ekstrimis, kapal AL-Rusia akan memberi perlindungan tempur untuk kapal induk ini, membentuk pertahanan yang komprehensif terhadap udara, kapal selam, mencegah gangguan (disruption), dan semua jenis tempur lainnya. Jika terjadi keadaan darurat, seperti kegagalan atau terkena serangan/tertembak dari daratan yang menyebabkan jet tempur Prancis dalam keadaan darurat, maka AL-Rusia akan mengambil bagian untuk melakukan operasi penyelematan untuk pilot Prancis.
Kerjasama antara Prancis dan Rusia ini adalah dalam medan perang. Putin telah memerintahkan satgas Moskva Rusia harus proaktif melakukan kontak dengan armada kapal induk Charles de Gaulle di Laut Mediterania.
Kontak semacam ini jelas merupakan suatu komunikasi taktis. Ada konsensus tingkat senior bahwa dua armada ini harus secara independen dapat melakukan komunikasi nirkabel, atau berkomunikasi informasi lainnya, kerjasama semacam ini harus dilakukan dengan baik, kemudian juga akan ada kerjasama di udara.
Kerjasama di udara maksudnya, dimanapun jet tempur Prancis Erurofighter Typhoon dan Dassault Mirage 2000, dan juga jet tempur Rusia Su-25, Su-30, Su-34, saat akan menyerang harus saling memberi informasi, dan mereka harus melaksanakan perintah standar yang sama jika akan menghantam target yang sama.
Apabila suatu saat, salah satu pihak tidak memiliki bom yang cukup, untuk menghancurkan sasaran, maka pihak lain bisa menindak lanjuti dengan menyerang target yang sama dengan senjata yang berbeda. Atau bisa juga sama-sama bareng menyerang pada waktu yang sama.
Saat ini, seharusnya tidak ada masalah menggabungkan kekuatan senjata yang berbeda bersama-sama. “Jika ini benar-benar terjadi merupakan kerjasama militer antara Prancis dan Rusia yang belum pernah terjadi sejak tahun 1945.”
“Le Parisien” Prancis yang juga di akui oleh AFP memberitakan, ini adalah “yang pertama kalinya sejak P.D. II negara kita (Prancis) telah bergandengan tangan melawan musuh bersama.”. Ini sinyal kerjasama Prancis dan Rusia yang makin kuat yang berkembang dalam waktu cepat yang tumbuh lebih dekat.
Juga pada 17 Nopember juga, para pejabat Rusia menegaskan bahwa jet penumpang Rusia yang jatuh di Semenanjung Sinai, Mesir merupakan korban serangan teroris dan pelakunya sebuah organisasi ekstrimis. Putin juga bersumpah berupaya akan menangkap pelakunya, dan juga sekali lagi menyatakan resolusi untuk bersatu dengan Prancis melawan musuh bersama.
Namun, apakah kerjasama Prancis dan Rusia tumbuh lebih dekat begitu cepat hanya karena serangan teroris baru-baru ini yang mereka alami?