Namun ini hanya selingan kecil dalam hubungan pemanasan yang cepat antara Prancis dan Rusia setelah serangan Paris.
Hollande dalam pidatonya mengatakan : “Saya sangat menyadari bahwa tidak semua negara mempunyai kepentingan yang sama dan konsep yang sama, dan kita dalam sekutu, tapi pada saat krisis kita harus bersatu bersama-sama untuk menghancurkan musuh yang mengancam seluruh dunia, dan tidak membatasi hanya beberapa negara saja.”
Pada 18 Nopember, pada hari keberangkatan Charles de Gaulle, Presiden Hollande dalam pidato di TV mengatakan, ia berharap untuk membangun aliasi kontra-teororisme yang termasuk AS, tapi juga Rusia untuk melawan “ISIS” bersama-sama.
Hanya sehari sebelum itu, Hollande mengadakan hubungan tilpon dengan Presiden Rusia Valdimir Putin, mereka membahas dan memutuskan bahwa militer dan badan-badan intelijen kedua negara akan melakuan kontak yang lebih intim dan terkoordinasi untuk melawan kelompok teroris.
Pada waktu yang sama, Kantor Kepresidenan Prancis merilis sebuah laporan mengatakan bahwa Hollande berencana mengunjungi Rusia pada 26 Nopember untuk membahas lebih lanjut dengan Putin untuk menyerang “ISIS” dan menyelesaikan krisis Syria.
Rusia dengan segera memberi respon positif terhadap uluran ‘cabang daun zaitun’ dari Prancis ini. Pada 17 Nopember, di Pusat Pertahan Nasional Rusia, Putin berbicara dengan Komandan rudal jelajah Moskva, Rusia, yang berada di pos Laut Mediterania. Putin dengan jelas menyatakan Komandan harus bekerjasama dengan AL-Prancis “seperti satu sekutu.”
Putin mengatakan, Apabila kapal induk Al-Prancis beroperasi dekat posisi Moskva, kita harus membangun jalur komunikasi langsung dengan militer Prancis, dan memandang mereka sebagai sekutu dalam pertempuran. KASTAF Umum dan Menhan Rusia telah menerima perintah ini juga.
Rusia dan Prancis akan mengusulkan rencana operasi maritim dan udara bersama terhadap “ISIS”.
Sesuai dengan instruksi Putin ini, KASTAF Umum Rusia sedang merumuskan proposal untuk memulai operasi kontra-terorisme bersama dengan AL-Prancis.