Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menguak Penyebab Serangan Terroris Paris “Friday The 13th” (3)

29 November 2015   17:15 Diperbarui: 29 November 2015   18:35 1220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analis melihat akar permasalah Syria, meskipun musuh bersama mereka adalah ISIS, tapi jika berbicara tentang tujuan akhir negara-negara Barat adalah menggulingkan pemerintahan Bashar al-Assad, dan untuk melindungi dan mempertahankan oposisi moderat di Syria. Sedang tujuan sebenarnya Rusia adalah untuk mempertahankan pemerintahan Syria saat ini.

Jadi meskipun mereka memiliki target bersama yaitu ISIS, tapi tujuan politik dibalik melawan musuh ini secara fundamental berbeda. Karena tujuan politik yang berbeda maka sebenarnya mereka tidak bisa bekerjasama sama sekali.

Pada 5 Nopember, “Charlie Hebdo” yang telah mengalami serangan teroris, menerbitkan dua komik yang mengejek bencana pesawat Rusia, yang menyebabkan kegemparan publik. Para pejabat Rusia mengatakan bahwa perilaku majalah ini “penghujat” almarhum (korban kecelakaan pesawat Metrojet) dan beberapa netizens mengatakan “Charlie Hebdo Memalukan Prancis.”

Namun dihadapkan dengan tuduhan tersebut, “Charlie Hebdo” tidak mengeluarkan permintaan maaf, tampaknya mereka tidak mempunyai rencana untuk mengengkang dirinya dari dalam. Di Barat ada standar yang berbeda mengangani masalah terorisme. 

Dalam kegiatan kontra-terorisme ini melibatkan perilaku beberapa pemerintah negara. Ketika negara dan pemerintah terlibat, maka harus mempertimbangkan masalah kepentingan nasional sendiri. Dan mungkin menggunakan ideologi dasar dan nilai-nilainya sendiri, maka kemungkinan akan terjadi masalah yang bergantian atau standar ganda ketika memerangi kegiatan teroris. Dalam situasi seperti ini, maka sulit untuk menyalahkan situasi seperti ini. Karena mereka sedang mempertimbangkan keamanan nasional dan kepentingan nasional mereka sendiri.

Namun ini menyebabkan situasi dimana semua orang berpikir hanya mementingkan diri sendiri, tetapi hasilnya tidak baik, tidak memperdulikan kepentingan orang lain. Jadi hal demikian sebenarnya adalah sebuah paradoks dimana semua orang tahu sendiri, tetapi dalam kenyataannya pada akhirnya, itu mungkin berarti merusak kepentingan semua orang.

Pada 15 Nopember, jet Prancis melakukan serangan udara terhadap target ISIS di Syria, menghancurkan pusat komando dan sebuah kamp latihan. Pada hari yang sama, Kantor Kepresidenan Prancis mengatakan bahwa kapal induk Charles de Gaulle akan berangkat dari pangkalan laut Prancis di Toulon ke Teluk Persia pada 18 Nopember (kini sudah berlayar) untuk mengambil bagian dalam operasi melawan organisasi ekstrimis.

Kapal induk diharapkan akan tiba pada pertengah Desember tahun ini ke tujuan. Menurut laporan media Eropa, begitu perilaku peperangan didirikan, berdasarkan hukum internasional, negara itu berhak untuk melakukan usaha untuk “balas dendam” pada negara yang memulai agresi. Masalahnya sekarang jika Kapal Induk ini memasuki Laut Mediterania, bisakah meningkat hingga mengirim pasukan darat ke Syria? Kiranya perlu dicermati.

Apakah peristiwa ini akan menyebabkan Prancis juga mengirim pasukan darat ke Syria sambil meningkatkan kekuatan serangan militernya? Jika hal ini terjadi akan menjadi masalah yang rumit. Kita tahu saat ini, kini yang memerangi ISIS di Syria, selain Prancis, AS dan Rusia yang telah menjadi kontributor penting. Jika Prancis mengirim pasukan darat, pada kenyataanya itu akan menghadapi  banyak masalah. Karena selama ini pengalaman menunjukkan mudah untuk mengirim pasukan masuk, tapi tidak mudah untuk menarik keluar. Dan ini yang mungkin harus menjadi pertimbangan Prancis sekarang. Banyak analis yang berpendapat demikian.

Maka banyak analis yang masih meragukan bahwa Prancis akan mengirim pasukan darat  masuk Sryia untuk memerangi ISIS.

Analis percaya untuk membangun kembali negara-negara Timteng tertentu yang sudah runtuh ketertiban nasionalnya, dan untuk mengobati terorisme, proses ini akan memakan waktu terlalu panjang. Bahan yang diperlukan kebanyakan akan tidak praktis dan terlalu banyak faktor yang tidak terkendalikan, maka sebagai contoh mengapa 10 tahun membangun kembali Afganistan tetap saja efek dan hasilnya kecil dalam kontribusinya untuk kontra-terorisme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun