Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menguak Penyebab Serangan Terroris Paris “Friday The 13th” (3)

29 November 2015   17:15 Diperbarui: 29 November 2015   18:35 1220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada kenyataannya, ISIS mengancam siapa saja yang menyerang dan memusuhinya. Tapi AS khususnya menjadi target teror nomor satu, tapi ketika Rusia bergabung dengan operasi militer terhadap mereka, ISIS juga mengancam Rusia. Tapi secara geografis, dan bila mereka akan melakukan tindakan terorisme, maka akan dihadapkan dengan kontra-terorisme dan kemampuan intelijen kedua negara ini yang lebih kuat dari negara-negara Eropa, maka akan sulit. Tapi mungkin saja bisa dilakukan oleh teroris “lone wolft”, tapi akan sulit untuk melakukan serangan teroris berskala besar.

Ada analis yang berpandangan, ketika Eropa menjadi target serangan teroris. Dari negara-negara Eropa, Prancis yang akan menjadi yang utama. Karena Prancis adalah negara terdepan dalam serangan militer terhadap ISIS. Jadi tidak heran jika Prancis menjadi target teroris, karena kedekatan dari segi geografis, dan kemudahan yang ditawarkan oleh Perjanjian Schengen Eropa. Selain itu juga kontra-terorisme negara-negara Eropa jauh lebih lemah dari negara-negara seperti AS, sehingga membuat mereka percaya bahwa jika mereka dapat melaksanakan serangan teroris di Prancis, itu tidak saja akan melukai Prancis, juga akan mengancam negara-negara lain di Eropa. Dan yang terpenting melalui serangan teroris di Eropa, mereka berpikir akan dapat mengrekrut lebih banyak orang yang bersimpati dengan atau mendukung ISIS di Eropa.

Pada 14 Nopember, ISIS mengklaim di Twitter target berikutnya adalah London, kemudian Roma dan Washington yang tidak akan lolos dari kerusakan. Dalam hal ini, tampaknya bahaya terhadap Prancis tidak hanya untuk Prancis saja. Isu-isu sosial bahwa serangan teroris Paris tampaknya sudah menjadi lazim di seluruh Eropa.

Pada 15 Nopember, menurut laporan Associated Press, Kejaksaan Paris menyatakan, mereka telah menangkap salah satu teroris dan setelah diinterogasi dan diselidiki, teroris ini seorang warga negara Prancis yang lahir di pinggiran kota Paris.

Saat ini ISIS telah mengrekrut warga Muslim domestik untuk mengambil bagian dalam “Jihad” dan Prancis meruapkan negara di Eropa yang telah menghasilkan sejumlah besar “Jihadis”.

Dalam video yang beredar di medsos ISIS menayangkan seorang jihadis, dia mengatakan : Nama saya Abdullah Rahman. Saya percaya dalam Islam, saya orang Prancis, orang tua saya juga Prancis. Anak ini telah menjadi juru bicara untuk kegiatan pengrekrutan ISIS.

Sebuah laporan yang dirilis oleh Parlemen Prancis pada bulan April 2015, menunjukkan bahwa ada lebih dari 3.000 “Jihadis” dari Eropa yang telah melakukan perjalanan ke Syria dan Irak untuk bergabung dengan ISIS, setidaknya 1.430 orang berasal dari Prancis.

Kali ini, Presiden Prancis menyatakan perang kepada ISIS, tapi tampaknya ancaman masa depan mungkin tidak dari ISIS, tapi mungkin dari warga negara sendiri atau keturunan kedua dan generasi ketiga imigran yang memiliki ideologi sama dengan ISIS.

Di masa depan, jika kita membayangkan ISIS telah dikalahkan, kegiatan teroris semacam ini terus berlangsung, lalu akan kepada siapa kita harus menyatakan perang?

Menurut statistik, saat ini terdapat 23 juta warga Muslim di Eropa, sebagian besar tinggal di Prancis sejumlah 4,7 juta atau 7,5% dari polulasi Prancis. Muslim membentuk 10% sampai 15% populasi Paris, sedang di beberapa kota dan kota-kota tertentu populasi Muslim lebih dari setengah.

Imigran ini awalnya “diundang”  oleh negara-negara Eropa karena saat itu kekurangan tenaga kerja. Pada awal tahun 1970an, pertumbuhan ekonomi Eropa melambat, negara-negara Eropa secara bertahap menutup saluran buruh imigran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun