Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menguak Penyebab Serangan Terroris Paris “Friday The 13th” (2)

29 November 2015   09:49 Diperbarui: 29 November 2015   10:52 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tetapi dalam kenyataanya kerjasama antara kepolisian dan kontra-terorisme dari negara-negara Eropa tidak cair.

Suatu sore pada 21 Agustus 2015, kereta internasional sedang melakukan perjalanan dari Armsterdam di Belanda ke Paris, Prancis. Sementara saat melewati Belgia, beberapa teroris bersenjata AK-47 mencoba menembak penumpang, tetapi dapat dicegah dan dibekuk oleh 3 penumpang yang kebetulan tentara AS, sehingga tragedi terhindar.

Teroris bernama Ayoub El Khazzani sebelumnya memang pernah melakukan kejahatan, polisi Spanyol telah memiliki data intelijen bahwa dia pernah berjihad ke Syria sebelum kembali ke Prancis, untuk “melakukan sesuatu misi besar” tetapi tidak dapat memberi informasi kepada rekannya di Prancis pada waktu yang tepat.

Sejak Perjanjian Schengen negara-negara Eropa telah terintegrasikan, tapi tidak untuk masalah terorisme dan kontra-terorisme, khususnya untuk langkah-langkah intelijen kontra-terorisme.  Jika langkah-langkah ini tidak terintergrasikan, maka hubungan atau link terlemah dari wajah kontra-terorismenya akan sangat terlihat.

Jika hanya Eropa saja akan tidak cukup, negara lain harus terlibat juga. Sebagai contoh di masa lalu, Prancis mengatakan bahwa mereka tidak tahu apa yang telah dilakukan para jihadis di luar perbatasannya atas warganya. Alasannya sebenarnya dengan asumsi, jika mereka melakukan jihad di luar negeri, dan mereka telah punya reputasi buruk pada rekam jejak mereka, mereka seharusnya dilarang masuk kembali ke negara itu.

Tetapi karena Prancis telah memutuskan semua hubungan diplomatik dengan pemerintah Syria, sehingga Prancis tidak memiliki informasi apapun tentang apa yang warganya lakukan di Sryia, dan bahkan tidak tahu jika warganya telah melintasi perbatasan, Prancis tidak tahu apa yang warganya lakukan. Sehingga ketika mereka datang kembali ke Prancis masih mengizinkan mereka untuk masuk kembali ke negara itu.

Jadi dalam kenyataanya jika Anda tidak bekerjasama dengan orang lain, dan hanya mengandalkan diri sendiri, bagaimana Anda bisa menangani dan memperoleh informasi ini, bagaimana Anda bisa melakukan kontra-terorisme?

Pada 13 November, Prancis telah menjadi korban, tetapi seluruh Eropa menghadapi ancaman. Saat ini, sistem politik global modern antar-regional yang diwakili Eropa menghadapi resiko keamanan global utama.

Dengan adanya pengendoran atau releksasi kontrol perbatasan, frekuensi pergerakan personel, heterogenisasi domestik negara berdaulat, dan meningkatan diversifikasi, sistem keamanan asli dalam negara berdaulat telah terbebani.

Eropa telah mempercepat proses integrasi, ini yang menyebabkan sistem keamanan Eropa menghadapi tantangan yang sebelumnya tidak pernah terjadi: koordinasi dan kerjasama antara beberapa kedaulatan.

Kita bisa melihat adanya masalah ini dengan ada tiga dukungan utama untuk Eropa, selain Uni Ekonomi dan Moneter, masih ada dua lainnya yaitu Kebijakan Keamananan dan Kebijakan Luar Negeri Biasa, serta pilar lain yaitu Kerjasama Polisi dan Peradilan, dan kerjasama dari pemerintah domestik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun