Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Intervensi Militer Rusia Di Syria Akankah Mengubah Peta Geopolitk Timteng? (3)

22 November 2015   12:00 Diperbarui: 22 November 2015   16:13 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dilemma Keterlibatan Langsung Rusia Di Irak

Setelah pemerintahan Sddam Hussein digulingkan, AS membantu Irak membangun sistem demokrasi dan memberi Irak dana yang luar biasa besar dan bantuan peralatan. AS setelah menarik pasukannya dari Irak masih menyisakan personnel militer sebanyak 3.500 orang.

Namun kedua negara ini tidak dalam satu sekutu yang kuat. Pada tahun 2014, sebuah terbitan Irak “Tommorrow Times” pernah mempublikasikan sebuah artikel yang mengklaim AS seharus yang paling utama bertanggung jawab atas kekacauan Irak, karena AS yang telah mengganggu sistem asli, tetapi kemudian tidak berhasil mengatur dengan sistem yang baru, sehingga menyebabkan kekecauan Irak hari ini.

Banyak komentator dan analis percaya setelah AS melancarkan perang untuk menggulingkan pemerintah Saddam Hussein, setelah itu tidak benar-benar memandang Irak sebagai sekutunya di Timteng.

Selain itu, menurut “Sputnik” Russia, ketika Irak sedang digerogoti oleh ISIS tahun lalu, dengan pertimbangan keamanan, AS menunda pengiriman jet tempur F-16 ke Irak sampai Juli tahun ini, pada saat pengiriman pertama 4 pesawat dari total pesanan yang 36. Saat itu Rusia, buru-buru menawarkan jet tempur Su-25 yang akan digunakan oleh militer Irak untuk mengempur Tikrit dan daerah lainnya.

Menteri Pertahan Irak membuat penyataan pada bulan Januari tahun ini, menyatakan “Pengiriman Su-25 ini telah selesai dalam rangka masyarakat internasional mendukung Irak dalam memerangi terorisme. Dengan kontak antara pemerintah Rusia dan Irak, spesialis penerbangan militer Rusia dengan cepat dan segera telah menyediakan jet-jet tempur ini.”

Dalam pernyataan itu, Rusia juga menyiapkan dua Mil Mi-24TOS-Mi-28 “Havoc” Helikopter Tempur dan Mil Mi-24, sistem peluncur roket TOS-1A dan sistem pertahanan udara Pantsir.

Menlu Rusia Sergey Lacrov mengatakan, Rusia akan terus memberi bantuan kepada pemerintah Irak. Selain itu Rusia sedang mempertimbangkan memberi Irak bantuan teknis militer langsung.

Pemimpin Organisasi Badr Syiah, Hadi Amiri mengatakan : “Dunia sedang bergerak karena Rusia telah bergabung dalam perjuangan melawan ISIS.”

Namun banyak analis yang masih berpendapat,  masih terlalu dini untuk membicarakan lebih mendalam untuk kerjasama Irak dan Rusia.

Hubungan permainan strategis antara AS dan Rusia di Timteng, yang masih harus dipertimbangkan oleh Irak sebagai sekutu AS. Seorang pejabat senior AS mengatakan pada 20 Oktober, para pemimpin Irak telah menerima permintaan AS dan berjanji untuk tidak mengundang Rusia untuk melakukan serangan udara terhadap ISIS di Irak.

Seorang analis Irak, Hasim mengatakan : “Saya percaya setidaknya pada tahap ini, kemungkinannya sangat rendah bahwa Rusia akan melancarakan serangan udara di Irak, kecuali dalam  situasi yang sangat jelas  mengancam, karena Irak masih tidak ingin kehilangan dukungan AS. Jika AS setuju Rusia untuk melancarkan serangan udara di Irak, maka tentu saja akan setuju.”

Selain itu, dengan adanya tujuan Rusia dengan menggunakan kekuatan untuk melakukan diskusi dengan cepat-cepat, untuk mendorong majunya perundingan politik perdamaian di Syria.  Maka jika masalahnya akan menjadi rumit mungkin tidak akan menjadi pilihan bagi Rusia.

Bahkan jika Irak ingin mengundang Rusia untuk melakukan serangan udara di Irak, pertama-tama, Rusia harus mempertimbangkan apakah memang mau atau tidak memperluas operasi seranganan udara dari Syria ke Irak. Hal kedua, apakah memang berkemapuan atau tidak untuk memperluas serangan udara dari Syria ke Irak. Maka yang perlu diamati lebih dekat pada potensi perubahan siatuasi. Banyak pengamat dan analis yang cendrung berpendapat itu tidak mungkin bagi Rusia untuk memperluas serangan ke Irak.

Kini Rusia telah maju melakukan operasi militer di Syria, dan telah memperkuat posisi militer al-Assad. Dalam Pertemuan Para Menlu negara-negara yang berkaitan dengan masalah Syria pada 30 Oktober, semua setuju untuk memperbaharui proses politik Syria, namun gagal mencapai konsensus apakah al-Assad harus tetap berkuasa atau lengser.

Negara-negara Eropa, AS dan Turki awalnya bersikeras bahwa al-Assad harus mundur, tapi dihadapkan dengan realitas pertempuran, sikap mereka menjadi lebih kendor, dan mereka sepakat bahwa al-Assad akan boleh terus memerintah untuk masa transisi enam bulan sebelum mengundurkan diri. Sebaliknya Rusia dan Iran selalu mendukung pemerintahan al-Assad.

Alasan Rusia Pendukung Kuat Bashar al-Assad Syria

Presiden Rusia Vladimir Putin selalu menjadi pendukung yang paling penting dari Presiden al-Assad. Dan dalam 40 tahun terakhir ini, Rusia dan Syria telah mempertahankan kemitraan yang erat.

Pelabuhan Tartus di Syria merupakan satu-satunya pangkalan AL Rusia yang ada di Timteng. Dalam beberapa tahun terakhir, Rusia telah menggunakan hak vetonya di PBB untuk mencegah beberapa resolusi PBB yang mengencam Syria, dan terus memasok senjata kepada pemerintah Syria. Selama tahun-tahun terkahir ini, setelah militer Syria mengalami beberapa kali kekalahan pertempuran dengan pasukan oposisi dan ISIS, Putin memutuskan untuk intervensi.

Pada bulan September tahun ini, skuadron besar jet tempur, helikopter bersenjata, tank, sistem pertahanan udara, dan ratusan perwira laut dan tentara tiba di pangkalan militer di kota pelabuhan Latakia, Syria.

Setelah pemerintahan al-Assad di perkuat, Rusia kini mulai bergeser untuk lebih menuju penyelesaikan melalui resolusi politik, dan situasi Timteng tidak akan pernah ada satu kekuatan utama yang bisa menguasai semua seperti apa yang banyak dibicarakan para analis. Dalam resolusi politik di masa depan bagaimanapun tetap akan ada tempat untuk al-Assad dan Rusia.

Dan Iran juga merupakan sekutu dekat Presiden al-Assad, Iran dan Syria keduanya negaranya diperintah oleh faksi Syiah. Setiap tahun, Iran memberi bantuan keuangan kepada pemerintah Syria miliyaran USD dan juga mengirim konsultan militer, senjata yang dijual murah, dan memberi kredit keuangan.

Iran pernah mengusulkan rencana penyelesaian dengan transisi damai Syria, tapi tidak mengambil bagian dalam pembicaraan multitateral yang dipimpin PBB untuk masalah Syria.

Kini banyak pihak yang mengatakan bahwa ide untuk menggulingkan pemerintahan Bashar al-Assad pada dasarnya hanya lelucon.

Alasannya karena pemerintahan Bashar al-Assad yang telah mampu bertahan sekian lama ini berkat dukunganan militer Rusia, tetapi hal utama dan sangat penting karena mendapat dukungan dari militer Iran. Setelah penrjanjian niklir Iran ditandatangani, Iran pada dasarnya tidak harus khawatir tentang konsekuensi lagi. Dan sejak itu bersama dengan sekutunya Rusia bergabung dalam perjuangan dengan kekuatan militer untuk melindungi legalitas pemerintah al-Assad di Syria yang membuatnya berkembang lebih kuat.

Menurut informasi yang diungkapkan oleh Departemen Keamanan Israel, Iran telah mengirim Korps Pengawal Revolusi Iran untuk “berinteraksi” dengan operasi militer Putin dan memberi dukungan bersama untuk pemerintah al-Assad.

Pengamat mengatakan Iran telah intervensi dalam situasi Syria sedikitnya sudah selama dua tahun. Sekutu Iran, Hizbullah juga telah intervensi di Syria sudah dua tahun. Dukungan mereka sudah sangat tegas, dengan mengirim pasukan, senjata dan dana, serta komadan Iran sebagai penasehat. Mereka selama ini juga telah kehilangan setidaknya 1.000 tentara dalam pertempuran dimana Hizbullah telah ikut mengambil bagian didalamnya. Berkat gabungan Trilateral yang terdari dari pemerintah Syiah  al-Assad, Iran dan Hizbullah  yang memungkinkan pemerintahan al-Assad bisa bertahan hingga hari ini.

Beberapa media berkomentar, ini sebenarnya adalah pembagian kerja antara Rusia, Iran dan Syria, dimana militer Syria dan Korps Pengawal Revolusi Iran bertanggung jawab atas pertempuran darat, sementara Rusia bertanggung jawab untuk pertempuran udara.

Analis percaya ada distribusi kerjasama yang intim antara Rusia, Iran dan Hizbullah, yang berarti Rusia lebih bertanggung jawab dengan serangan udara, sementara Korps Garda Revolusi Iran dan Hizbullah berkoordinasi dengan militer Syria di darat untuk menyelesaikan taktis dan strategis misi mereka.

Wakil Menlu Iran Untuk Masalah Arab dan Afrika, Hossein Amir-Abdollahian mengatakan, Iran telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari proses politik di Syria. Tidak ada yang bisa mengatur persyaratan bagi Iran. Tanpa partisipasi Iran, dan tanpa mempertimbangkan pendapat dari rakyat Syria, tidak akan ada resolusi politik.

Terlepas dari apakah AS, negara-negara Barat lainnya dan beberapa negara Teluk mau mengakui atau tidak, pemerintahan Bashar al-Assad masih merupakan kekuatan yang paling utama dalam melawan ISIS dan oraganisasi-organisasi ekstrimis lainnya. Dan Iran merupakan kekuatan asing penting yang telah membantu pemerintah Syria dapat bertahan lebih dari empat tahun dalam konflik bersenjata dan berjuang melawan organisasi-organsiasi ekstrimis.

Dalam pertempuran melawan organisasi ekstrimis di Syria dan Irak, pasukan Iran juga memainkan peran besar.

Iran makin mendpat poin, dalam mempertahankan situasi di Syria dan telah memainkan peran penting, dalam mencegah ISIS untuk berkembang di Irak utara, juga Iran telah memainkan peran yang sangat menentukan, jauh lebih besar dari peran AS.

Rusia telah menggunakan metode yang kuat untuk memperoleh suara lebih besar dalam masalah Syria. Iran dan Syria juga berperan untuk lebih erat menyatu dengan Rusia. Tapi apakah dengan demikian aliansi baru Rusia di Timteng sudah terbentuk?

Rusia telah bertindak, dan betindak dengan sangat kuat sekali, sehingga semua kekuatan yang terkait di kawasan ini telah bergabung dalam melawan ISIS. Dan pada titik ini aliansi anti-ISIS perlu dibangun kembali.

Siapa yang akan memimpin bangunan ini? Tidak lain adalah intervensi Rusia yang mendorong bangunan ini. Rusia yang memimpin bangunan ini sudah dapat dibayangkan. AS dan negara-negara Arab tidak percaya. Aliansi anti-ISIS baru memang belum terbentuk, tapi proses ke arah itu sedang terbentuk.

Tindakan Rusia ini telah memaksa AS untuk mempertimbangkan kembali strateginya di Timteng. Pada 25 Oktober, Dephan AS mengumumkan penyesuaian strategi baru untuk melawan ISIS dan mengatakan bahwa jika perlu AS akan melakukan operasi darat sepihak terhadap target ISIS.

Analis melihat bahwa ini menunjukkan AS akan mengadakan selamat tinggal pada kebijakan “tidak mengirim pasukan darat” yang diumumkan sebelumnya. Tapi apakah bisa AS benar-benar melakasanakan operasi lebih aktif untuk melawan ISIS dan memenangkan kepercayaan dari Irak dan sekutunya di Timteng?

( Bersambung ...... )

Sumber : Media TV dan Tulisan Dalam dan Luar Negeri.

http://www.ibtimes.com/russia-plane-crash-update-metrojet-flight-9268-investigation-enters-final-stage-putin-2186183

http://news.detik.com/internasional/3073547/2-karyawan-bandara-mesir-diduga-kuat-memuat-bom-ke-pesawat-metrojet

https://www.nahimunkar.com/alawi-suriah-sebuah-sekte-syiah-rahasia-yang-berkuasa/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun