Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Intervensi Militer Rusia di Syria Akankah Mengubah Peta Geopolitk Timteng? (2)

22 November 2015   09:47 Diperbarui: 22 November 2015   12:13 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berubahnya Sikap Arab Saudi

Setelah isu ISIS muncul, situasi yang dihadapi Arab Saudi benar-benar berbeda dengan masa lalu. Di masa lalu mereka menghadapi satu musuh di kawasan tersebut yaitu oposisi dari kubu Syah. Tapi kini mereka menghadapi dua musuh, kubu Syiah dan ISIS.

Setelah mengalami jalan buntuh dalam kurun waktu ini, Rusia bertindak, dan secara obyektif bertindak disisi kubu Syiah  dengan menghantam dengan sengit ISIS dan semua faksi oposisi baik yang didukung Arab Saudi. Rusia tidak dengan komprehensif menyerang semua faksi oposisi, tapi juga mendekati oposisi yang menentang Bashar al-Assad  yang telah mengendalikan beberapa kawasan ini.

Dengan melihat perkembangan ini, Arab Saudi terpaksa harus membuat penyesuaian akhir, dengan bersikap setara terhadap Rusia, dan bertindak seperti  Rusia untuk menyelesaikan dulu masalah yang paling penting yaitu ancaman dari ISIS.

Selain dari masalah lingkungan eksternal, hal lain yang telah memaksa Araba Saudi berubah sikap juga ada faktor internal. Pertama, dompet Arab Saudi yang selalu penuh telah menyusut. Arab Saudi sebagai produsen minyak terbesar di dunia. Menurut perkiraan dari IMF agar negara raksasa minyak ini dapat menyeimbangkan anggarannya, maka harga minyak perlu berada pada level US$ 106 per barel.

IMF juga mengatakan, jika harga minyak tetap bertahan pada level US$ 50 per barel, maka cadangan keuangan Arab Saudi yang sangat besar ini akan tidak betahan lebih dari lima tahun. “The Guardian” Inggris melaporkan dari dokumen dalam pemerintah Arab Saudi. Dokumen ini ini instruksi dari Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud kepada Menteri Keuangan, yang diatas sampulnya tertuliskan “Urgent, Top Secret”

Menurut dokumen ini, Arab Saudi meminta semua proyek infrastruktur yang masih dikerjakan untuk dihentikan, semua promosi dan pengangkatan dibekukan, semua pengadaan pemerintah, termasuk pengadaan mobil, mebel dan peralatan dihentikan, biaya perjalanan dikurangi secara besar-besaran, dan semua kontrak sewa sementara dibatalkan.

Mengapa Arab Saudi melakukan penyesuaian ini? Pengamat melihat setelah ISIS melakukan penyerangan untuk menguasai kota-kota bulan Juli lalu, Arab Saudi menjadi cukup aktif dalam pertempuran, termasuk mengirim pesawat pembom dan sebagainya. Tapi dengan harga minyak yang terus menurun, dan harga minyak mentah jatuh di bawah tingkat dimana Aab Saudi telah menganggarkan di tahun yang sebelumnya. Sehingga ekonomi internal Arab Saudi  mendapat tekanan dan terpaksa harus melakukan perampingan. 

Dengan dukungan Rusia terhadap pemerintahan al-Assad telah membuatnya mendapat pijakan mantap dalam batas tertentu, sehingga membuatnya bisa melakukan serangan balik. Dengan situasi demikian memaksa Arab Saudi untuk menyesuaikan strateginya sendiri, dan melihat Rusia dan al-Assad sebagai kekuatan nyata di Syria.

Dalam situasi yang demikian, pertama-tama Arab Saudi berharap untuk memahami apa yang akan menjadi benar-benar bottom line dari kebijakan Rusia. Kedua Arab Saudi tidak ingin dan tidak mau benar-benar bertentangan dengan Rusia di masa depan. Hal ini bisa dilihat dari latar belakang yang terjadi baru-baru ini. Menteri Pertahanan  dan Menteri Keuangan Arab Saudi telah berkunjung ke Rusia, dan Raja Arab Saudi bahkan melakukan pembicaraan pribadi per tilpon dengan Presiden Putin. Ini adalah realisme dalam politik.

Menurut sebuah laporan dari “The Independent” Inggris pada 23 Oktober, sebagai produsen utama minyak dunia, Arab Saudi mungkin terpaksa harus mengalami penggantian kekaisaran kepada generasi kedua dari keluarga kerajaan. Saat ini ada 8 dari 12 pengeran yang mendukung dan memaksa Raja Salman yang berumur 79 tahun untuk digantikan oleh adik dari ayah yang sama Ahmed bin Abdulaziz yang berumur 73 tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun