Pada 15 Oktober 2015, Associated Press (AP) mengutip dari seorang pejabat oposisi Syria yang mempunyai hubungan dekat dengan CIA, setelah dua minggu serangan udara Rusia, Korps Pengawal Revolusi Iran mulai tiba berkelompok ke Syria, saat ini sudah lebih dari 1500 orang jago perang di negara itu.
Media Barat telah menduga kehadiran Soleimani di Syria membuktikan pasukan darat Iran telah tiba di Syria dan ikut bertempur, diperkirakan lima negara : Rusia, Iran, Syria, Lebanon dan Irak mungkin sudah mempersiapkan untuk membentuk koalisi.
Menurut expert untuk masalah Timteng yang diberitakan 14 Oktober itu, Komandan Pasukan Quds dari Korps Garda Revolusi Iran , Qasam Soleimani telah muncul di Syria. Semua pihak tahu tokoh ini sangat istimewa, Korps Garda Revolusi Iran adalah pasukan elit militer Iran, dan Pasukan Quds adalah elit dari korps elit ini, mereka itu benar-benar jago perang.
Pertanyaanya dengan Soleimani berada di Syria, apa langkah selanjutnya Iran? Para ahli Timteng memperkirakan ada dua hal yang patut diamati yang mungkin akan menyebabkan perubahan substansial dalam perang di Syria. Melihat situasi saat ini, perang di Syria sudah mentok tapi belum rusak-rusak amat.
Dengan kata lain, ada kekuatan ekstrimis yang diwakili ISIS dan al-Nusra, serta FSA dan pasukan oposisi moderat yang diakui Barat, dan ada militer Syria dan pasukan pendukung milisi lainnya yang mendukung militer pemerintah Syria.
Tiga pola kekuatan utama ini tidak berubah, tapi skalanya dan arahnya di keseluruhan medan perang berayun ke arah yang menguntungkan pemerintah Syria.
Pada 14 oktober 2015, Alaeddin Borojerdi, ketua Komite Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan Nasional dari Majelis Permusyawarahan Islam Iran, memimpin delegasi Iran mengunjungi Syria, Tapi dia tidak menyebutkan isu Iran, Rusia dan negara-negara lain untuk membentuk koalisi untuk melawan ISIS, melainkan mengatakan bahwa “Rusia, Syria, Iran dan Irak untuk melakukan ofensif bersama untuk melawan terorisme adalah hal yang positif dan sukses, dan serangan dari gabungan internasional yang dipimpin AS melawan terorisme telah gagal.”
Kini banyak pihak yang mengatakan ide menggulingkan pemerintah Bashar al-Assad pada dasarnya lelucon.
( Bersambung ...... )