Seorang komandan militer Syria mengatakan, pihak militer telah merebut kembali banyak desa di pinggiran utara Hama, dan berhasil mengeksekusi banyak teroris, serta menghancurkan banyak kendaraan bersenjata.
Juga pada 15 Oktober, menurut seorang informan dari militer Syria, pemimpin organisasi teroris “Ahrar ash-sham” Abu Bakr al-Shishani tewas dalam serangan udara Rusia di Homs. Juga pada hari yang sama Juru bicara Kemenhan Rusia, Igor Konashenkov mengumumkan bahawa militan ISIS di Syria mulai mundur akibat serangan udara Rusia yang dilakukan bersama militer Syria.
Menurut ahli tentang masalah Rusia mengatakan, target tembak Rusia sangat tepat, ini sangat berbeda dari yang dilakukan AS, dikarenakan target atau sasaran tembak AS sangat tidak jelas, dimana akan menyasar ISIS sementara itu juga mencoba untuk melemahkan pemerintahan Bsahar al-Assad, jika ISIS dihantam dengan keras sekali, maka akan menguntungkan posisi pemerintahan al-Assad.
Jadi bagi AS ada pikiran dualisme yang sangat bertentangan, maka dari itu mengapa AS tidak mendapat hasil nyata. Dan itulah sebabnya sudah setahun lebih AS membombadir ISIS tapi masih belum effektif. Dan ini bisa dilihat masyarakat internasional dengan jelas. Ini menjadi faktor pertama.
Faktor kedua, operasi militer Rusia sudah berkoordinasi dengan secara lokal, sehingga memiliki informasi intelijen militer Syria yang diberikan oleh pemerintah Syria dan mekanisme koordinasi informasi dari kerjasama empat negara, yang terdiri dari Syria, Irak, Iran dan Rusia sendiri. Terutama dari Irak dan Syria yang terlibat langsung, sehingga informasinya lebih akurat dan cukup, maka hal ini yang menyebabkan serangan udaranya lebih tepat.
Para ahli dan analis milter banyak yang setuju dengan dua faktor diatas merupakan faktor utama, mengapa operasi militer Rusia begitu efektif dilakukan dalam rentang waktu singkat.
Antara AS dan Rusia sama-sama melakukan operasi kontra-terorisme, tetapi efektivitas Rusia dan AS sangat kontras dapat dilihat. Hal ini menyebabkan beberapa negara yang awalnya kurang yakin dengan Rusia, kini mulai coba mendekat pada Rusia.
Gelombang pertama pertempuran Rusia di Syria telah cukup banyak berhasil dengan biaya lebih rendah. Dengan kejadian tersebut, beberapa perubahan baru telah muncul dan ISIS mulai mundur. Militer pemerintahan Syria bisa merebut kembali Aleppo dan Hama. Ketika mereka merebut Hama relatif tanpa pertemuran. Mengapa?
Karena sekarang, baik itu FSA (Free Syrian Army/Tentara Pembebasan Syria), Front Pembebasan Islam atau al-Nusra atau ISIS, mereka menghadapi serangan offensif Rusia yang dasyat, dan mereka harus mulai menyesuaikan strategi mereka sendiri untuk menghindari tatap muka (face to face) dengan keganasan serangan Rusia.
Dan kita bisa melihat Rusia sebelum mengambil bagian dalam pertempuran telah melakukan banyak dealt. Pada saat yang sama juga telah melakukan kebijakan diplomasi kepada pihak terkait di kawasan tersebut dan pemahaman tentang situasi Syria sendiri.