Syria merupakan sekutu strategis penting Rusia, serta menjadi portal/pintu dan penjaganya, serta menjadi pusat pijakan kakinya di timur laut Mediterania. Kota pelabuhan Tartus di perbatasan Rusia telah menjadi satu-satunya pangkalan militer di Timur Tengah yang ditinggalkan oleh Uni Soviet, dan hanya satu-satunya pangkalan AL luar negeri Rusia yang tersisa sekarang.
Â
Selama Perang Dingin, Rusia telah kehilangan di wilayah Mediterania dan Timur Tengah, sementara AS menang. Syria hanya memperoleh setengah-hasil dan pijakan bagi Rusia di Timur Laut Mediterania dan Timteng setelah bubarnya Uni Soviet.
Atau dapat juga dikatakan bahwa dalam Perang Dingin kemenangan mutlak pada AS, maka kini saatnya pertaruhan nyawa untuk kepentingan Rusia di daerah ini dan sekitarnya. Bagi Rusia ini menjadi satu-satunya tempat yang tersisa di wilayah ini yang masih memiliki pengaruh tertentu, dan ini harus dilestarikan pijakannya di sekitar Mediterania.
Maka dari itu, Rusia akan mempertahankan tempat ini mati-matian, dan tidak akan berhenti tanpa perduli berapa biayanya untuk mempertahankannya. Mempertahankan Tartus akan seperti mempertahankan Semenanjung Kremia. Kepentingannya hampir sama.
Nilai geostrategis yang mengharuskan mempererat kelahiran aliansi militer. Selama bertahun-tahun , Rusia telah melatih sekitar 35.000 perwira dan prajurit militer Syria. Hingga 2011, ketika perang sipil Syria pecah, kontrak pembelian senjata antara Rusia dan Syria telah mencapai US$ 4 milyar. Dalam hubungan ini yang terpenting, pemerintah al-Assad hingga kini terus bekerja keras.
Hubungan yang paling dalam antara Rusia dan Syria adalah dalam kerjasama militer. Rusia telah memiliki pangkalan militer di Syria untuk waktu yang lama, dan selalu menjalin hubungan kerjasama yang fantastis dengan permerintah Basahar al-Assad.
Dengan kata lain, alasan Rusia mampu membangun pangkalan militer di Syria dan tetap dipertahankan terutama karena selalu didukung pemerintah Bashar al-Assad. Selain itu selama bertahun-tahun, peralatan Syria, terutama peralatan militer canggih telah di-import dari Rusia. Juga karena telah mengalami berbagai sanksi dari Barat untuk waktu yang lama, sehingga semua peralatan militernya di-impor dari Rusia. Karena itulah Rusia mampu dengan cepat dan mudah memobilisasi pasukan Syria.
Selain kerjasama militer yang telah menjadi fokus, ada juga yang mungkin jarang diketahui ada hubungan pertalian yang medalam antara Rusia dan Syria. Sehingga dikatakan darah lebih kental daripada air.
Selama Perang Dingin, puluhan ribu anak muda yang paling berbakat Syria belajar di Rusia, dan belajar bagaimana menggunakan persenjataan dan peralatan Rusia, serta semua jenis studi akademis. Mereka juga menikah dengan 30.000an perempuan Rusia. Jadi ada 30.000 keluarga dan darah campuran Rusia dan Syria, dan lebih dari 100.000 keturunan, dan akan lebih banyak lagi di masa depan.
Mereka itu menjadi satu etnis baru, sehingga secara emosional kedua bangsa ini susah untuk dipisahkan. Jika Putin membantu Syria akan mendapat banyak keuntungan dari dukungan di Rusia. Lain lagi jika dia membantu negara-negara lain yang lebih jauh, orang mungkin mengira bahwa ia menempelkan hidungnya hanya untuk bisnis. Sebab jika ia mengelola Syria sepertinya ia mengelola kerabat sendiri.