Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Latar Belakang dan Impak Gelombang Pengungsi Masuk Eropa (2)

25 September 2015   06:51 Diperbarui: 25 September 2015   07:24 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada Pertemuan Para Menlu Eropa, 4 September 2015, Jerman dan Prancis mengajurkan untuk menyiapkan sistim pertahanan di semua anggota Uni Eropa untuk ikut mengambil tanggung jawab bersama. Jerman juga berani mengatakan mereka telah memutuskan untuk menerima 800 ribu pengungsi tahun ini.

Pada hari yang sama PM Inggris, David Cameron mengumumkan bahwa Inggris akan menerima ribuan pengungsi Syria. Sebelum ini Inggris telah menentang anggota Uni Eropa mengalokasikan pengungsi berdasarkan sistem kuota. Tapi Inggris hanya akan menerima pengungsi Syria yang belum mencapai Eropa, bukan yang sudah berada di Eropa.

PM Hungaria, Viktor Orban masih menyuarakan ketidak senangannya untuk menerima pengungsi ini, dengan mengatakan, pengungsi jangan memikirkan cara-cara untuk menggunakan resiko kehidupan anak-anak untuk masuk Eropa. Bahkan mengatakan karena pengungsi ingin pergi ke Jerman, jadi krisis pengungsi adalah masalah Jerman, bukan masalah Eropa. Dia terang-terangan untuk mengingatkan pengungsi untuk tidak pergi ke Eropa.

Viktor Orban mengatakan, “Kita tidak bisa hanya membicarakan prinsip-prinsip umum saja. Semua orang ini adalah korban. Mereka telah dibohongi . Human traficking  atau perdagangan manusia yang membantu mereka melintasi perbatasan, dan telah berbohong kepada  mereka dan bahkan beberapa politisi Eropa juga berbohong kepada mereka. Politisi ini telah memberi kesan kepada mereka bahwa mereka memiliki kesempatan untuk bisa masuk ke bangsa Barat. Sehingga mereka bisa sampai ke perbatasan Hungaria, ternyata mereka menghadapi kenyataan bahwa Jerman dan Austria tidak akan memberi mereka visa.

Jika dilihat dari kenyataan, banyak dari pengungsi keluar dari Turki, dengan melewati Balkan dan kemudian masuk Hungaria, dan kita tahu bahwa Hungaria merupakan sebuah negara Uni Eropa, setelah mereka masuk Hungaria mungkin akan tinggal disana. Namun situasi ekonomi dan sosial negara ini sangat tidak bersedia menerima pengungsi tersebut.

Dan bukan Hungaria saja yang bersikap demkian, negara-negara yang berada di garis depan seperti Yunani, Italia dan Spanyol juga berada dalam situtasi ekonomi yang tidak optimistik.

Dipermukaan sepertinya negara-negara Eropa selalu bersatu, tetapi ada masalah politik internal. Semua negara memiliki kepentingan mereka sendiri, dan itu sangat wajar dan alami. Tetapi dalam hal isu-isu pengungsi, terutama terjadi perbedaan sikap dengan negara-negara garis depan seperti Italia, yang tidak dapat menangani sama sekali.

Selain itu orang-orang ini juga tidak ingin tinggal di Italia, karena Italia juga tidak mau menerimanya, dan tidak ada kesempatan kerja yang baik. Mereka lebih suka melewati Italia menuju jantung Eropa.

Ada perbedaan besar mengenai pengungsi ini dalam Uni Eropa. Dan yang lebih buruk jika tidak ada penyelesaian segera, serta efektif, krisis pengungsi ini bisa berkembang menjadi krisis kemanusiaan setiap saat.

Pada saat dimana sentimen eksklusif dari rakyat setempat beberapa negara juga kemungkinan bisa meletus. Beberapa minggu yang lalu di Jerman Timur beberapa pengunjuk rasa warga sipil setempat mem-protest “invasi” pengungsi ke negara mereka, respon Kanselir Angela Merkel baru-baru ini mengatakan : “ Krisis pengungsi ini mungkin akan lebih melelahkan dari Krisis Utang Yunani yang menjengkelkan dan  mengkhawatirkan seluruh Eropa.”

Beberapa analis dan intelektual Eropa bisa membenarkan pendapat Merkel. Seperti ada pepatah yang mengatakan : “Masalah yang bisa diselesaikan dengan uang bukanlah masalah.” Krisis Utang adalah masalah yang dapat diselesaikan dengan uang. Tapi masalah pengungsi atau krisis imigrasi, karena menyentuh banyak faktor yang komplek, seperti faktor politik, keamanan, budaya dan integrasi sosial, itu bukan masalah yang bisa diselesaikan hanya dengan uang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun