Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menguak Strategi Militer Nasional Amerika Serikat 2015 (1)

29 Juli 2015   11:16 Diperbarui: 11 Agustus 2015   21:55 2203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun, apakah AS mempunyai kemampuan untuk menghadapi tantangan ini? Berdasarkan laporan, “Heritage Foundation” yang berbasis di AS merilis berita : ‘indeks kekuatan militer  AS  2015’. Menurut laporan ini senjata dan peralatan angkatan bersenjata AS, saat ini tidak mampu menangani dua ‘insiden daerah utama’ yang terjadi pada waktu yang bersamaan. Juga pemotongan anggaran militer sedang dilakukan untuk 10 tahun ke depan. Juga dana Departemen Pertahanan AS akan dipotong lebih dari US$ 1 trilyun. Menurut laporan media AS, personil Angkatan Darat AS akan dikurangi 40.000 orang selama tiga tahun ke depan, dan biaya militer akan dipotong US$ 7,1 milyar.

Perlu diketahui, kekuatan militer AS selalu didukung oleh kekuatan ekonominya. AS merupakan negara dengan pengeluaran militer tertinggi di dunia. Menurut data dari Stockholm International Peace Research Institute, pada 2014, biaya militer AS sebesar US$ 610 milyar—tertinggi di dunia. Bahkan akan yang ke-2 hingga ke-9 jika dibandingkan dengan total pertahanan nasional negara yang berada dalam daftar. Biaya sebesar itu sebenarnya sudah lebih dari cukup untuk pertahanan diri, tetapi jika AS ingin mempertahankan hegemoni global, hal ini jelas tidak cukup. 

Analis melihat AS merasa kurang karena persenjataan AS tumbuh lebih mahal, dan harus menghadapi banyak lawan, jadi memerlukan dukungan ekonomi yang lebih besar, dan kini kekurangan dukungan demikian. Jadi sekarang bagaimana AS harus mampu mempertahankan militernya agar sangat efektif berperang dan dapat dengan cepat dikerahkan ke segala penjuru, sementara pengeluaran pertahanan nasional relatif ketat, ini menjadi tantangan utama bagi AS.

Dalam kenyataannya menunjukkan pada tahun lalu dan tahun sekarang, militer AS dan kebijakan luar negeri AS terlihat telah agak kelelahan.

Pada 10 September 2014, Presiden Obama memberi pidato di TV, dimana ia menggambarkan strategi AS untuk memerangi organisasi ekstrimis IS(ISIS), dengan mengumumkan bahwa AS dan IS berada dalam keadaan perang. Dan itu telah setahun berlalu, kenyataannya IS terus berkembang dan lebih ganas. Karena itu Obama sangat diragukan oleh rakyat AS.

Pada bulan Maret 2014, Krimea (Ukranai) di aneksasi Rusia, dan Ukraina Timur berada dalam keadaan perang. Negara-negara Barat yang dipimpin AS bersatu menjatuhkan sanksi kepada Rusia, dan mendukung militer Ukraina dalam perjuangan mereka melawan milisi di Timur Ukaraina.

Namun, situasi dalam negeri Rusia masih tetap stabil, dan rating Putin dalam negeri bahkan mencapai rekor tertinggi. Dan penyelesaian akhir masalah Ukraina masih terlihat jauh.  

Situasi semacam ini jelas sulit bagi AS untuk menanggungnya, sedangkan dalam pidato pertama kali Obama ketika terpilih menjadi presiden pada 28 Januari 2010, dia mengatakan dalam Kongres bahwa AS tidak akan pernah menjadi nomor dua. Obama berseru : “Saya tidak akan bisa merima AS berada di tempat kedua. AS memiliki ambisi yang tinggi, tetapi tidak memiliki kekuatan untuk mewujudkannya. Ini akibat hasil dari kekuatan nasional AS yang menurun dan kenaikan konstan kekuatan yang sedang tumbuh. Ini suatu yang kompleks, dengan selalu berubahnya dunia. Sama seperti apa yang dikatakan oleh Kastaf Gabungan Martin Damsey dalam laporannya : {Lingkungan keamanan global saat ini yang paling sulit untuk diprediksi dalam 40 tahun saya (Martin Demsey) mengabdi.}”

Ini dapat disimpulkan, laporan strategi militer nasional AS telah berada dalam keadaan yang paling mengkhawatirkan dalam beberapa tahun terakhir ini.

Ketika untuk pertama kali Perang Dingin berakhir, jika kita melihat kembali pada waktu itu, AS sangat mencolok sekali, pada waktu itu sangat jelas dalam laporannya menyebutkan AS memiliki apa yang disebut sebagai kedalaman strategis besar. Yang dimaksud dengan “kedalaman strategis besar” mengacu pada negara-negara yang dianggap musuh AS. Uni Soviet bubar, jadi negara-negara lain secara relatif akan lama untuk menjadi ancaman bagi AS.

Tapi sekarang jelas tidak berpikir seperti itu. AS percaya negara-negara tersebut telah secara bertahap berkembang dan sudah menyusul tidak jauh dari AS. Tidak saja apa itu kemajuan nuklir, maupun teknologi, dan kontrol keamanan global atau regional. bagi AS semua itu secara bertahap menurun serta secara bertahap akan tertingal/hilang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun