Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Dilema Ahok Sebagai Abdi Negara dalam Situasi Kini

24 Maret 2015   22:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:05 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dilema Ahok Sebagai Abdi Negara dalam Situasi Kini. Ditinjau dari Ilmu Politik dan Ilmu Etika atau Principal Moral Kong Hu Cu

Kong Hu Cu sangat menekankan bahwa inti dari ilmu pengetahuan adalah untuk dipraktekan ( the essence of the knowladge is to apply it ).

Mengapa Kong Hu Cu sangat menekankan pada pelaksanaan dari ilmunya? Karena ajaran/ilmu beliau pada pokoknya terdiri dari dua displin ilmu yaitu :

    1. Ilmu politik 政治学(cheng zhe xue)
    2. Ilmu Etika atau Prinsipal Moral伦理学(lun li xue)

Kedua ilmu diatas ini sangat butuh untuk dipraktekan, harus dipraktekkan dalam kehidupan barulah terlihat manfaatnya. Tanpa dipraktekan kita tidak akan tahu apa ilmu yang diajarkannya memang benar atau tidak, selain itu apakah sudah tepat guna atau tidak, ilmu yang demikian ini tanpa dipraktekan tidak akan berguna.

Sedang ilmu politik dimana harus kita dipraktekan? Dalam hal ini tidak lain harus menjadi pejabat negara dan menjadi eksekutif. Demikian pula dengan Ilmu Etika dimana harus dipraktekan? Tiada lain juga harus diaplikasikan dalam masyarakat luas, serta dalam kehidupan sehari-hari.   Untuk mempraktekan Ilmu Politik & Ilmu Etika harus dilakukan dengan bagaimana? Ketika itu tiada lain dengan berusaha menjadi Pejabat/Abdi Negara, karena setelah menjadi Pejabat Negara barulah dapat dilaksanakan gagasan-gagasan politik yang dikehendaki, serta dilaksanakannya ilmu politik yang dianut. Melalui jabatannya dapat memungkinkan mengubah dan menciptakan keadaan sesuai yang dikehendaki, yaitu untuk menegakkan Etika masyarakat yang baik seperti yang di-idam-idamkan.  Sehubungan dengan alasan diatas, maka dapat dimengerti mengapa Kong Hu Cu untuk membuktikan kebenaran ajarannya, menginginkan menjadi Pejabat Pemerintahan atau Abdi Negera, untuk membuktikan bahwa ajarannya adalah tepat guna dan benar

Apakah prinsip Kong Hu Cu untuk menjadi Abdi Negara? Adalah jika negara itu mempunyai kondisi etika perpolitikan yang baik dan berhukum, mempunyai sistim berpolitik yang baik. (天下有道tian xia you dao) . Dikondisi negara yang demikian beliau barulah mau menjadi penjabat/abdi negara ini, dan mempromosikan dan mendorong murid-muridnya untuk menjadi abdi negara di negara tersebut.   Pada negara yang demikianlah kaum intelektual harus tampil untuk menjadi abdi negara dan menyumbangkan ilmunya, tenaganya,  jika kondisinya sebaliknya lebih baik menghindar dan menjadi petapa saja.   Beliau mengatakan : Jika seorang intelektual hidup dinegara yang bersistim politik baik, kondisi politik baik, dan tidak menyumbangkan kemampuannya, serta menjadi miskin adalah sangat memalukan. Tapi jika hidup dinegeri dimana keadaanya kacau, tidak ada keadilan dan kaum intelektual tertekan, tetapi kamu menjadi pejabat negara, serta menjadi kaya, maka benar-benar sangat memalukan.  (天下有道则见 无道则隐 邦有道 贫且贱焉 耻也 邦无道 富且贵焉 耻也《论语 泰伯》tian xia you dao zhe qian, wu dao zhe yin, bang you dao pin jie qian yan , zhe ye, bang wu dao fu jie kue yan zhe ye).

Kong Hu Cu ingin menjadi Pejabat dan Abdi Negara dengan berprinsip, bahwa boleh menjadi pejabat dan menjadi kaya, tetapi haruslah dengan cara yang halal, tidak dengan korupsi atau dengan menyalah gunakan wewenang dan melacurkan jabatannya.

Maka dua prinsip dasar dari Kong Hu Cu untuk menjadi Pejabat Negara adalah :

    • Sistim politik yang baik ( Kondisi berkeadilan sosial ) (天下有道tian xia you dao)
    • Diperoleh atau didapatkan dengan halal.  (取之有道qi zhi you dao)

Beliau memang berkeinginan menjadi pejabat tapi tidak dengan berkolusi dengan pejabat, apa lagi dengan merengek-rengek dan menjilat pejabat untuk mendapatkan jabatan.  Jika memang ingin jabatan maka harus dengan cara yang terhormat dan elegan, anda mengundang maka saya akan menerimanya. Beliau berkata: “Menjadi kaya dan berpangkat tinggi adalah idaman semua orang, tapi jika didapat dengan cara yang tidak halal, kita kaum intelektual dan orang bijak harus menolak, lebih baik  menjadi miskin saja. Memang miskin dan hidup susah, bukan idaman dan yang diinginkan semua orang, tapi jika harus hidup susah dan miskin harus bisa menerimanya, tidak harus dengan cara busuk dan jahat untuk merubah keadaan menjadi kaya. Saya lebih memilih hidup susah dan miskin daripada untuk berbuat busuk dan jahat untuk menjadi kaya dan berpangkat. (富与贵 是人之所欲也 不以其道得之 不处也fu yu gue, shi ren zhi shuo yi ye, bu chu ye) (贫与贱 是人之所恶也 不其道得之 不去也 《论语 里仁》ping yu qian, shi ren zhi shuo erk ye, bu qi dao de zhi, bu qi ye).

Ada moto terkenal dikalangan Tionghoa yang diajarkan Kong Hu Cu : Semua orang ingin menjadi kaya, tapi harus didapat dengan cara halal.    (君子爱财 取之有道 jun zi ai cai, qi zhi you dao)  Inilah salah satu ajaran Kong Hu Cu yang abadi, ajaran ini tidak lengkang ribuan tahun, hingga kini masih dianggap suatu etika yang harus dianut oleh kaum budiman dunia sepanjang masa.

Namun walaupun Kong Hu Cu ada persiapan dan ada akal dalam berpolitik, tapi apakah beliau juga mempunyai strategi? Jelas ada. Menurut Kong Hu Cu dalam berpolitik tidak hanya harus punya persiapan dan akal, tapi harus punya strategi juga. Beliau memang ingin menjadi pejabat negara, namun harus berprinsip. Tapi hanya jabatan yang beliau inginkan, namun nyawa dirinya perlu juga dijaga. Prinsip harus dipertahankan, tapi pisik tidak boleh dirugikan, berkaitan dengan ini beliau mempunyai pendirian : “ Negara yang membahayakan janganlah kita masuki, negara yang kacau janganlah kita tempati “ 危邦不入 乱邦不居《论语 泰伯》(wei bang bu ru, luan bang bu ji).     Negeri Wei kala itu sedang kacau, Kong Hu Cu melihat ini, maka beliau langsung meninggalkannya. Sedang Zi Lu yang tinggal disana akhirnya berkorban. Kekacauan Negeri Wei tidak mungkin dapat diatasi oleh seorang Kong Hu Cu, dan juga bukan Kong Hu Cu yang dapat menentukannya. Suatu sistim perpolitikan yang sudah tidak beres apa yang dapat diperbuatnya. Maka beliau juga pernah berkata : Suatu negara jika politiknya bersih dan jelas sistimnya, dan damai situasinya, maka kita harus berbicara lurus, perbuatan juga harus lurus. Tapi jika sistim dan suasana politiknya gelap dan kacau, maka perbuatan dan perilaku kita harus tetap lurus, namun dalam berbicara harus lebih berhati-hati, jaga kehalusan tutur kata kita, tidak boleh semaunya berkomentar dan berbicara. (邦有道 危言危行 邦无道 危行言孙 《论语 宪问》bang you dao, wei yan wee xing, bang wu dao, wei xing yan sun).

Namun, jika Ahok tidak lantang mengungkapkan ada korupsi yang dia hadapi juga akan menjadi dilemma pada dirinya, dan masyarakat awam tidak pernah tahu dengan jelas adanya korupsi yang  masif selama ini telah terjadi. Mudah-mudahan NKRI ini masih bisa diselamatkan oleh tokoh-tokoh lain yang masih mencintai rakyat dan NKRI ini, terutama dari kalangan muda patriot yang masih ada.

Dilema Memberantas Korupsi Dalam Negara Korup Akut

Zhang Weiying seorang intelektual “New Left” Tiongkok berpendapat bahwa dilema nyata dalam anti korupsi adalah bagaimana menangani korupsi yang telah terjadi secara akut, dimana korupsi itu telah terjadi sejak dari dulu hingga sekarang, anti korupsi tidak akan berhasil jika dilakukan sangat keras. Jika dilakukan tidak keras kemungkinan bisa menurunkan semangat kerja PNS, dan bahkan bisa setengah melumpuhkan kinerja PNS. Dalam keadaan yang ekstrim bisa melumpuhkan sama sekali kegiatan pejabat pemerintah, yang dapat menyebabkan perlawanan dan makar.

Tapi sebagai orang bijak haruslah tetap berkata jujur dan berjiwa besar melaksanakan apa yang telah kita ucapkan. Dalam situasi yang demikian jika kita salah berbicara, maka kita akan menjadi korban dari intrik-intrik, jika ini terjadi benar-benar konyol. Perbuatan-buatan yang tidak menyenangkan pihak lain janganlah dilakukan, kata-kata yang kiranya dapat menimbulkan masalah, baiknya jangan diucapkan. Maka perlu dicamkan bahwa omongan seseorang harus diucapkan sesuai dengan kebenaran, tapi pada kondisi dan situasi dimana akan membahayakan nyawa dan keselamatan kita, maka tidak wajib bagi kita untuk  mengucapkan semua kebenaran apa adanya.

Dalam anti-korupsi kesulitan yang sebenarnya adalah bagaimana menangani korupsi yang sudah lama dilakukan, korupsi dari masa lalu telah terjadi hingga sekarang dan masih tetap terjadi. Jika kita mengambil tindakan dengan tidak membatasi terhadap korupsi masa lalu, anti korupsi tidak mungkin berhasil,  jika tindakannya terlalu keras, mulai dari pejabat pemerintah kemungkinan akan menjadi kendur , jika terjadi pemerintah lumpuh dan pejabat pemerintah negara sebagian semi lumpuh, hingga bisa mengakibatkan pemberontakan. Maka rakyat akan tidak menizinkannya. Apakah Tiongkok bisa mendapatkan jalan keluar dari dua dilema ini? Keduanya tergantung pada kebijaksanaan dan keberanian dari pemimpin negara, juga bagi rakyat biasa tergantung pada kecerdasan dan kesabaran kita.

Beruntung Tiongkok memiliki Wang Qishan (王岐山) pejabat pemberani dalam membarantas korupsi, seorang anggota Kongres ke-18 PKT, Komisi untuk Kedisiplinan dan Inspeksi, Standing Commitee / Komite tetap. Dan memang Kongres ke-18 tindakan anti-korupsi dan pemberantasan korupsi telah menjadi salah satu putusan terpenting dari kebijakan Tiongkok. Dan kini Presiden Xi Jinping yang bernyali besar dan jujur, dan berkomitmen untuk memberantas korupsi berani mengambil tindakan anti korupsi hingga ke kalangan Ring I pemerintahan Tiongkok. Sehingga kemajuan negara dapat terlihat dengan nyata.

Sumber : Sebagian dikutip  dari naskah penulis yang belum diterbitkan :

- Bagaimana Kiranya Peran RRT Dalam Dua Dekade Yang Akan Datang Di Dunia Dan Siapa dan Apa Peran Intelektual Dalam Negerinya ( Pernah di posting di Kompasiana ).

- Kong Hu Cu – Konfusian , Pendukung Dan Pengeritik Pada Zaman Pra Dinasti Qin 551 SM – 221 SM  dan lahirnya Kebudayaan Tionghoa

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun