Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Asal Muasal Cerita Hari Ceng Beng清明节(qing ming jie)

6 April 2011   12:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:04 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ada beberapa cerita tentang asal muasal tentang perayaan hari Ceng Beng ini, dan mengapa hingga menjadi tradisi bagi orang Tionghoa untuk membersihkan makam leluhur atau sanak keluarga (nyekar). Tetapi yang dianggap paling kuno dan asli adalah tentang kisah yang terjadi 2500 tahun yang lalu. Ceritas ini diceritakan secara turun menurun, untuk pendidikan moral tentang kesetiaan, pengabdian, balas budi, bhakti kepada orang tua dan semacamnya.

Konon pada “Zaman Peperang Musim Semi & Gugur / 722 SM- 476 SM” & “Zaman Peperangan Negara-negara / 475SM-221SM” (春秋战国时代chun jiu zhan guo shidai). Ada seorang selir dari Adipati Jin Xian’gong 晋献公 yang bernama Liji骊姬 , karena ingin mendudukkan putranya untuk menggantikan kedudukan tahta ayahnya ( aturan pada masa itu yang berhak mewarisi harta dan kedudukan ayah, adalah putra pertama/putra mahkota dari istri resmi pertama ), maka putra mahkota Shen Shen申生 dipaksa untuk minum racun hingga meninggal. Dengan meninggalnya Shen Shen, adiknya Zhonger重耳 yang seharusnya akan menggantikan kedudukan sang kakak kandungnya, untuk menghindari dibunuh oleh ibu tirinya. Lari dari istana dan mengembara bersama puluhan pelayannya yang setia, selama pengembaraan ini mereka mengalami banyak kesengsaraan. Banyak dari pelayannya ini tidak tahan menderita dan meninggalkannya, akhirnya hanya tersisa beberapa orang saja. Salah satunya adalah Jie Zitui介子推.

Suatu hari Zhonger重耳pingsan karena kelaparan tidak ada makanan lagi, Jie Zitui untuk menolong majikannya, memotong sekerat daging pahanya, kemudian dipanggangnya dan disuapkan kepada sang majikan, sehingga sang majikan tertolong. 19 tahun kemudian Zhonger berhasil kembali ketanah airnya, dan berhasil merebut tahta dari saudara tirinya, bahkan menjadi salah satu 5 Negara Super Power pada zaman itu. Dengan gelar Adipati Jin Wengong晋文公. ( kisah pelarian ini akan di posting tersendiri )

Adipati Jin Wengong setelah bertahta dan negaranya menjadi kuat, memberi banyak hadiah-hadiah dan kedudukan enak kepada para pengikut dia yang telah dengan setia mendampingi dia selama pengembaraannya. Hanya ada satu yang terlupakan ialah Jie Zitui介子推, ada seorang abdi dalam yang protest dihadapan Adipati Jin tentang masalah Jie Zitui yang terlupakan tersebut. Mendengar protes tersebut Adipati Jin mendadak sadar dan merasa malu serta menyesal terhadap dirinya, maka mengutus anak buahnya untuk mengundang Jie Zitui ke Istana untuk diberi jabatan dalam pemerintahan. Tapi walaupun beberapa kali utusan datang mengundangnya, namun Jie Zitui tidak pernah mau datang. Maka secara pribadi Adipati Jin datang sendiri untuk coba mengundang Jie Zitui, tapi ketika tiba dirumahnya, pintu tertutup rapat dan rumahnya telah kosong tak seorangpun nampak. Rupanya Jie Zitui tidak mau menemui sang Adipati, dan sebelum rombongan Adipati Jin tiba, dia telah menggendong ibunya yang telah tua renta lari dan bersembunyi di Gunung Mian Shan 绵山 ( kini sebelah tenggara kota Jie Xiushi介休市 di Provinsi Shanxi山西).

Adipati Jin memerintah para prajurit untuk mencari mereka berdua di hutan gunung tersebut, tapi para prajuritnya tidak dapat menemukannya. Akhirnya ada yang mengusulkan agar hutan digunung itu dibakar saja dan menyisahkan beberapa koridor dan bagian tidak dibakar, dengan harapan Jie Zitui mau tidak mau harus menyelamatkan diri kedaerah yang tidak terbakar tersebut, sehingga akhirnya bisa ditemukan. Maka Adipati Jin memerintah prajurit membakar hutan tersebut menurut rencana ini, selama 3 hari 3 malam. Tapi setelah hutan bagian yang dibakar habis dan padam, tetap saja Jie Zitui tidak ditemukan dibagian hutan yang tidak dibakar. Maka Adipati Jin bersama para prajurit dan pengikutnya naik kegunung yang telah habis terbakar untuk mencarinya, benar saja Adipati Jin menemukan Jie Zitui dan Ibu yang telah renta memeluk sebatang pohon Yangliu (willow) besar yang telah hangus, berdua mereka juga sudah mati menjadi arang. Melihat ini Adipati Jin Wengong menangis sedih sekali hingga terseduh-seduh dan merasa sangat menyesal. Ketika dia mengambil jenazah hangus ini, pada sebuah lobang dibatang pohon tersebut Adipati Jin menemukan sehelai kain bekas sobekan lengah baju yang digumpalkan dan disumpalkan pada lobang tersebut. Kain tersebut diambil dan disimpan dalam kantong bajunya, ternyata dalam kain ini ada tulisan darah dari Jie Zitui, yang berupa puisi sebagai pesan akhir Jie Zitui seperti berikut : ( puisi ini sangat poluler dikalangan rakyat Tiongkok )

割肉奉君尽丹心,但愿主公常清明。Gerou feng jun jin dan xin, dan yuan zhu gong chang qingming.

柳下作鬼终不见,强似伴君作谏臣。Liuxia zuo gui zhong bujian, qiangsi ban jun zuo jian chen.

倘若主公心有我,忆我之时常自省。Tangruo zhu gongxin you wo, yi wo zhi shichang zixing.

臣在九泉心无愧,勤政清明复清明。 Chen zai jiuquan xin wukui, qin zheng qingming fu qingming.

Kusembahkan dagingku sebagai kesetiaanku, kuharap baginda sadar selalu.

Dibawah pohon liu ku kan tenang berbaring, ku kan selalu mengabdi pada baginda.

Jika dihati baginda ada saya, ku harap baginda mau selalu berintropeksi.

Dengan nurani dan sungguh-sungguh, kuharap baginda memerintah sebaik-baiknya. (Hamba akan tenang diakhirat, jika baginda memerintah dengan  sebaik-baiknya)

( terjemahan ini mungkin kurang tepat, mohon kritik dan saran )

Yang garis besarnya mempunyai arti, mengharapkan Adipati Jin agar memerintah negara dengan baik, dan menjadikan negara sebagai good governor.

Jie Zitui mengharapkan dengan pengorbanannya, sang baginda selalu akan berlaku adil dan bijaksana.

Kemudian jasad kedua orang ini dirawat dan dikuburkan terpisah didekat pohon yangliu/willow tersebut. Untuk memperingati Jie Zitui介子推, Adipati Jin menitahkan untuk mengganti nama gunung ini menjadi Gunung “Jie Shan介山”, dan mendirikan Kuil di tempat tersebut, sedang hari pertama saat pembakaran hutan tersebut ditetapkan sebagai “Hari Makan Dingin寒食节han shi jie”, dimana pada hari ini semua rakyat tidak diperkenankan untuk menyalakan api untuk masak, jadi pada hari ini rakyat memakan makanan dingin ( maka kini kita kenal masakan dingin direstoran Chinese yang dinamakan sajian dingin 冷盘lengpan dan ini berpengaruh hingga ke Korea & Jepang ).

Ketika kembali ke Istana, Adipati Jin membawa dua batang kayu yangliu/willow hangus yang terbakar tersebut, dan dibuatlah sepasang bakiak (sandal kayu/clogs). Setiap hari Adipati Jin berhela nafas sambil memandangi bakiak ini serta berseru “betapa menyedihkan bawahanku! 悲哉足下bei zai zuxia”

Pada tahun kedua, Adipati Jin memimpin serombongan pejabatnya dengan pakaian berkabung berjalan mendaki gunung ini ke Kuil makam Jie Zitui, untuk mengadakan upacara sembayangan. Namun betapa mengejutkan, pohon Yangliu yang hangus itu ternyata hidup kembali dan tumbuh subur dengan daun yang rimbun. Adipati Jin memandang pohon ini bak melihat sang Jie Zitui, maka dihampirilah pohon ini, dengan sangat hati-hati dipetiklah satu ratingnya dan dibuat lingkaran, dilingkarkan di kepalanya. Halaman dan makam ini setelah disapu bersih barulah mereka pulang. Sedang pohon Yangliu ini dinamai “清明柳qing ming liu”, dan hari ziarah ini ditetapkan sebagai 清明节qing ming jie” ( Hari Ceng Beng 5 April ), dirayakan setiap tahun dengan membersihkan makam leluhur dan sanak keluarga bagi semua rakyat. Dan hari ketiga menjelang Ceng Beng sebagai “Hari Makan Dingin寒食节han shi jie” = Hari Bebas Menyalakan Api. Setelah jalan ribuan tahun hari raya ini sudah menjadi tradisi bagi orang Tionghoa tetap dirayakan hingga kini. Dan pada hari ceng beng disebagian daerah Tiongkok masih menjadi tradisi mengenakan mahkota rating yangliu.

Dikemudian hari Adipati Jin Wengong sering kali mengatongi helai kain tulisan darah Jie Zitui ini, sebagai suatu peringatan bagi dirinya untuk selalu bertindak bijaksana dalam memerintah. Sehingga negaranya menjadi makmur dan rakyat hidup sentosa.

“Hari Makan Dingin寒食节han shi jie” – jatuh pada hari ke 105 dari 22 Desember penanggalan masehi yang jatuh pada garis edar matahari pada titik 23,5 derajat Lintang Selatan

清明节qing ming jie” Hari Ceng Beng - jatuh pada hari ke 108 dari 22 Desember.


Bahan :

-http://baike.baidu.com/view/3148.htm?fr=ala0_1_1#3

-http://baike.baidu.com/view/6385.htm

-http://www.chinadaily.com.cn/dfpd/heilongjiang/2011-03-25/content_2113885.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun