Jin Canrong memberi gambaran tentang hubungan Sino-Rusia seperti berikut ini : Dengan atau tanpa adanya fluktuasi harga minyak, Tiongkok akan tetap bekerja keras untuk mempertahankan hubungan baik dengan Rusia.
Canrong selalu mengatakan bahwa hubungan Sino-Rusia tidak di arahkan pada pihak ketiga. Ini benar-benar untuk memenuhi kebutuhan kedua negara. Mengapa Canrong mengatakan demikian? Karena jika hubungan Sino-Rusia buruk, seluruh perbatasan utara dan barat laut Tiongkok mungkin akan tidak stabil lagi. Tiongkok dan Rusia berbagi perbatasan sepanjang 4.000 km. Jadi kesepakatan diatas bukan untuk tujuan-tujuan lain, semua ini untuk memastikan bahwa Tiongkok akan mememiliki perbatasan yang stabil di utara dan barat laut, sehingga mengharuskan Tiongkok untuk menjaga hubungan baik dengan Rusia.
Namun dengan adanya krisis di Ukraina dan penurunan harga minyak, Rusia memiliki lebih banyak alasan untuk bekerjasama dengan Tiongkok, dan sikap Tiongkok terlihat sangat stabil, selalu bersedia untuk bekerjasama dan untuk kemanfaatan keuntungan kedua negara.
Han Xiaoping melihat bahwa meskipun pada awalnya kesepakatan energi utama ini didasarkan pada kebutuhan kedua negara tersebut. Selama proses negosiasi yang panjang ini, dunia luar juga memperkirakan jauh hari bahwa hal itu akan memiliki pengaruh besar pada situasi internasional di masa depan.
Pada tanggal 25 Pebruari 2010, Harian “Kommersant”(Komersial) Rusia, menerbitkan sebuah judul artikel “Rusia dan Arab Bentrok di Perbatasan Tiongkok” dalam artikel ini dituliskan bahwa Rusia yakin pipa minyak ke Timur Siberia-Samudra Pasifik dapat menangkap pasar minyak Asia, terutama Tiongkok dari negara-negara Teluk, karena Tiongkok merupakan pembeli minyak terbesar dari Timteng.
Setelah beberapa tahun saat Rusia yang putus asa mencari terobosan karena anjloknya harga minyak, kini dengan cepat diselesaikan kesepakatan energi dengan Tiongkok, sehingga pertarungan yang sebelumnya ruwet ini telah menjadi lebih rumit dan membingunkan.
Han Xiaoping mengatakan : Rusia telah ditekan untuk menuju Timur, setelah banyak gas alam memasuki pasar Tiongkok, secara tidak sadar akan membentuk struktur baru. Isu ini yang tidak disadari oleh pakar politik internasional untuk dipertimbangkan. Bahkan ahli Amerika sekalipun tidak menganggap isu ini penting, bahwa itu berarti dua raksasa akan ditautkan/dihubungkan. Ketika itu terjadi, ketika kepenting kedua menjadi terkait. Maka akan sulit dihadapi AS dan Arab Saudi.
Jin Canrong memberi pendapatnya, Karena masalah harga minyak, Rusia lebih bersedia bekerjasama dari sebelumnya. Dan menanda-tangani kesepakatan besar dalam setahun di tahun 2014. Hal ini akan sangat membantu perekonomian Rusia dan juga sangat baik untuk Tiongkok. Karena Tiongkok akan mendapat pasokan energi yang stabil, ini adalah situasi win-win yang saling menguntungkan. Tapi karena harga minyak sedang jatuh, situasi akan menjadi lebih halus. Hal ini dapat menjadi tantangan bagi hubungan Sino-Rusia.
Di Inggris ada lagi argumen dikalangan masyarakat umum, bahwa jika harga minyak dibawah US$ 50 per barrel, ekonomi Rusia mungkin akan menjadi masalah besar.
Pada bulan Oktober 2013 US Energy Administration merilis laporan yang menunjukkan bahwa setiap hari Tiongkok mengimpor minyak pada bulan Setember 2013 sebanyak 6,3 juta barrels, sedang total impor AS di tahun yang sama sebanyak 6,24 juta barrel. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa Tiongkokk telah menggantikan AS sebagai pengimpor minyak terbesar di dunia.
Evaluasi publik dengan data ini, adalah apa yang menyebabkan AS berada pada posisi ini ? Ada yang memperkirakan karena revolusi shale oil AS. Setahun kemudian (2014) dan pada hari ini karena harga minyak dunia turun dan energi baru berusaha untuk bertahan hidup, para pemangku kepentingan yang hampir mempertaruhkan segalanya untuk masa depan mereka sendiri, bisa dikatakan bahwa minyak telah memasuki “usia pembeli” (buyer’s age), tapi bagi Tiongkok secara alami mengalami manfaat yang signifikan.
Berdasarkan kode dialektik kuno Tionghoa, peluang dan tantangan selalu berada pada dua sisi mata uang yang sama. Kerugian dan bencana selalu datang berpasangan. Perang harga minyak yang berjalan terlalu jauh pada akhirnya akan tidak ada yang akan menjadi pemenang. Dalam hal ini “lomba lari” untuk bertahan hidup, dimana hidup tergantung pada keseimbangan mencari kemungkinan hidup bersama dan yang saling menguntungkan yang mungkin bisa memberi jalan “peserta lomba” untuk betahan hidup.
Tapi bagaimana bagi Indonesia yang hingga kini masih sibuk dengan masalah politik yang saling gontok-gontokan antara politisi, eksekutif dan legislatif yang masih bermain intrik-intrikan, apakah masih ada waktu dan perhatian dengan situasi dunia minyak ini? Yang seharusnya bisa diambil manfaat bagi keuntungan bangsa dan rakyat Indonesia untuk masa kini dan masa depan ? ( Habis )
Sumber : Media TV dan Tulisan Dalam dan Luar Negeri.
-http://www.bloomberg.com/news/2015-01-15/oil-advances-as-opec-forecasts-slower-growth-in-u-s-supply.html
-http://www.opec.org/opec_web/en/
-https://groups.yahoo.com/neo/groups/Migas_Indonesia/conversations/messages/46456
-http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/01/16/081808826/OPEC.Tingkatkan.Produksi.Harga.Minyak.Dunia.Kembali.Melorot?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Khlwp
-http://www.liveleak.com/view?i=60e_1275280267
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H