Dunia lagi "demam" sepak bola. Tua-muda, besar-kecil, kaya-miskin, larut dalam eforia perhelatan sejagat ini. Eforia ini bahkan membuat sebagian orang tak tanggung-tanggung menghabiskan waktu untuk nonton bersama keluarga, kenalan dan rekan. Juga tak kalah penting adalah betapa banyak duit yang dikeluarkan demi kebersamaan.
Dalam kebersamaan itu, seorang rekan menanyakan kepada saya bagaimana kita bisa memaknai sepak bola secara filosofis?
Untuk menjawabnya, saya akan mulai dengan mengangkat data empiris melalui analisis Luke Bornn, Vice President of Strategy and Analytics for the Sacramento Kings, and Javier Fernandez, Data Scientist at FC Barcelona, dalam penelitian yang dipresentasikan di MIT Sloan Sports Analytics Conference (Boston).
Kemudian, saya akan mengangkat dua konsep utama yang menjadi pokok perhatian dalam analisis tersebut untuk permenungan filsafat.
Hasil Penelitian
Dalam penelitian tersebut, Bornn dan Fernandez mengungkapkan bahwa sepak bola pada hakikatnya adalah sebuah permainan yang menekankan pentingnya "ruang" (space) dan "gerak" (movement). Menurut mereka, "Soccer is fundamentally a game of space and movement..."Â
Dengan 2 konsep itu, setiap pemain menciptakan "ruang" bagi dirinya sendiri dan bagi rekan lain, namun pada saat yang sama menciptakan nilai yang lebih tinggi dengan "bergerak" ke ruang dan lokasi lawan.
"We can see at every instant the location of each player and the ball, and from this deduce how players' movements create space for themselves and others. We can also see whether they do that actively, by running into open spaces, or passively, by staying in high-value locations while the play shifts away." (https://fivethirtyeight.com/features/messi-walks-better-than-most-players-run/)
Pernyataan ini mengungkapkan kepada kita 2 Â konsep penting dalam filsafat.
PERTAMA, konsep ruang. Pergerakan para pemain menciptakan "ruang" bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Ruang adalah tempat tinggal, rumah bagi para pemain. Mereka menempati ruang demi mempertahankan eksistensi dirinya sendiri, eksistensi tim bahkan negaranya. Entah berada di sisi kiri atau kanan, ruang adalah lokasi yang membuat para pemain melihat diri mereka berharga bagi orang lain.
Kemampuan mempertahankan ruang yang ditempati untuk tidak dimasuki oleh orang lain adalah perjuangan yang tiada hentinya selama babak pertandingan berlangsung. Ruang, dengan demikian, adalah perwujudan cara berada setiap pemain untuk mempertahankan jati dirinya sebagai individu, sebagai tim, sebagai negara, sebagai manusia.