Solusi lain untuk mengatasi tantangan ini adalah menyatukan teknologi dengan promosi literasi. Buku elektronik (e-book) dan platform audio book dapat menjadi alternatif bagi generasi Z untuk kembali menemukan kesenangan dalam membaca. Misalnya, pada aplikasi seperti Scribd atau Gramedia Digital menawarkan koleksi buku yang dapat diakses melalui perangkat digital. Selain itu, perpustakaan digital juga bisa menjadi sarana efektif untuk meningkatkan minat baca generasi muda.
Generasi Z memiliki potensi untuk mencerahkan masa depan bangsa. Namun, karena tumbuh bersama perkembangan teknologi informasi, terdapat tantangan-tantangan baru yang dapat menghambat potensi mereka, yang belum pernah dialami oleh generasi-generasi sebelumnya. Hiburan instan yang mudah diakses oleh Generasi Z, seperti scrolling Tik-tok, instagram, merupakan salah satu penghambat, yang membuat minat baca generasi ini dalam angka yang rendah. Maka dari itu, teknologi informasi harus dimanfaatkan secara bijak untuk meningkatkan literasi dan kemampuan berpikir kritis. Peran orangtua, lingkungan, sekolah, dan pemerintah, sangat penting dalam menciptakan budaya membaca yang kuat.Â
Pada akhirnya, perubahan ini dimulai dari langkah kecil, seperti membiasakan membaca setiap hari, menggali sumber informasi yang kredibel, dan mendiskusikan ide-ide baru. Dengan demikian, Generasi Z tidak hanya akan menjadi pengguna teknologi yang pasif tetapi juga individu yang dapat memimpin bangsa ke arah yang lebih baik dengan daya pikir yang kritis, inovatif, kreatif, dan memiliki wawasan yang luas. Masa depan bangsa Indonesia ada di tangan mereka, dan dengan upaya bersama, harapan dan impian terhadap generasi ini dapat diwujudkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI