Mohon tunggu...
M Akbar
M Akbar Mohon Tunggu... Administrasi - Pendidikan guru sekolah dasar

Bola

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori emosional intelligence dari Daniel goleman

20 Januari 2025   21:15 Diperbarui: 20 Januari 2025   21:15 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Teori Emotional Intelligence dari Daniel Goleman

Emotional Intelligence (EI) atau kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali, memahami, dan mengelola emosi diri sendiri serta memahami dan memengaruhi emosi orang lain. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Peter Salovey dan John Mayer pada tahun 1990, tetapi menjadi populer setelah Daniel Goleman mengembangkan dan mempublikasikan teorinya dalam buku Emotional Intelligence pada tahun 1995. Goleman menegaskan bahwa kecerdasan emosional sama pentingnya, bahkan lebih penting, dibandingkan dengan kecerdasan intelektual (IQ) dalam menentukan kesuksesan seseorang.

Lima Komponen Kecerdasan Emosional Menurut Goleman

Goleman membagi kecerdasan emosional ke dalam lima komponen utama:

1. Kesadaran Diri (Self-Awareness)

Kesadaran diri adalah kemampuan untuk mengenali dan memahami emosi yang dirasakan. Orang dengan kesadaran diri yang tinggi mampu mengidentifikasi apa yang mereka rasakan, bagaimana perasaan tersebut memengaruhi pikiran dan tindakan mereka, serta bagaimana dampaknya terhadap orang lain. Mereka juga memiliki kepercayaan diri yang kuat dan pemahaman yang jelas tentang kelebihan serta kelemahan mereka.

2. Pengendalian Diri (Self-Regulation)

Pengendalian diri adalah kemampuan untuk mengelola emosi secara efektif, terutama dalam situasi yang menantang. Ini mencakup kemampuan untuk tetap tenang di bawah tekanan, menghindari perilaku impulsif, dan beradaptasi dengan perubahan. Pengendalian diri membantu seseorang tetap fokus dan rasional, sehingga mampu mengambil keputusan yang bijaksana.

3. Motivasi (Motivation)

Motivasi dalam konteks EI adalah dorongan internal untuk mencapai tujuan yang tidak hanya didasarkan pada imbalan eksternal, tetapi juga pada kepuasan pribadi. Orang dengan kecerdasan emosional tinggi cenderung memiliki semangat, optimisme, dan daya juang yang tinggi untuk mengatasi tantangan.

4. Empati (Empathy)

Empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan emosi orang lain. Ini melibatkan kepekaan terhadap kebutuhan dan perspektif orang lain. Empati sangat penting untuk membangun hubungan yang baik, terutama dalam konteks kepemimpinan dan kerja sama tim. Dengan empati, seseorang dapat memberikan respons yang lebih tepat terhadap situasi sosial.

5. Keterampilan Sosial (Social Skills)

Keterampilan sosial mencakup kemampuan untuk membangun dan memelihara hubungan yang sehat dengan orang lain. Hal ini meliputi kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi, memecahkan konflik, dan memimpin dengan baik. Orang dengan keterampilan sosial yang baik cenderung menjadi pemimpin yang efektif dan dapat memengaruhi serta menginspirasi orang lain.

Pentingnya Emotional Intelligence dalam Kehidupan

Goleman menekankan bahwa kecerdasan emosional memainkan peran besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk:

Karier: Orang dengan EI tinggi cenderung menjadi pemimpin yang sukses karena mereka mampu mengelola tim secara efektif, mengatasi konflik, dan membangun hubungan yang produktif.

Hubungan Pribadi: EI membantu seseorang memahami pasangan, teman, atau anggota keluarga mereka dengan lebih baik, menciptakan hubungan yang harmonis.

Kesehatan Mental: Pengendalian emosi yang baik dapat membantu mengurangi stres, kecemasan, dan depresi.

Pengambilan Keputusan: EI membantu seseorang tetap tenang dan rasional dalam situasi sulit, sehingga keputusan yang diambil lebih bijaksana.

Pengaruh Daniel Goleman terhadap Studi Emotional Intelligence

Kontribusi Goleman terhadap studi EI sangat signifikan karena ia berhasil membawa konsep ini ke perhatian masyarakat luas. Ia juga mengintegrasikan EI dengan dunia kerja, pendidikan, dan kepemimpinan. Menurut Goleman, orang dengan kecerdasan emosional tinggi lebih mungkin untuk berhasil dibandingkan mereka yang hanya mengandalkan IQ.

Melalui bukunya, Goleman menginspirasi banyak individu dan organisasi untuk mengadopsi pendekatan berbasis EI dalam pengembangan diri dan pengelolaan sumber daya manusia. Hingga kini, kecerdasan emosional tetap menjadi topik yang relevan dalam diskusi tentang kesuksesan pribadi maupun profesional.

Kesimpulan

Teori kecerdasan emosional dari Daniel Goleman memberikan waw

asan mendalam tentang bagaimana emosi memengaruhi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun