Mohon tunggu...
makayla aluna ⊹ ࣪ ˖
makayla aluna ⊹ ࣪ ˖ Mohon Tunggu... Freelancer - global prestasi senior high student 🏫

16┋ISFP┋art music enthu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tarian Singa dan Toleransi: Jejak Budaya di Desa Buntu

3 April 2024   08:11 Diperbarui: 4 April 2024   13:03 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada Minggu malam, tanggal 3 Maret 2024, kami siswa siswi kelas X SMA Global Prestasi School melakukan perjalan ke Desa Buntu, Wonosobo dalam rangka mengikuti local immersion. Kegiatan ini diadakan untuk mengajarkan sifat mandiri, menghargai dan melatih siswa untuk hidup secara sederhana. Menuju Desa Buntu, perjalanan kami tempuh selama 8 jam melewati jalur darat. Selama di Desa Buntu, kami semua tinggal bersama orang tua asuh selama 4 hari dan mengikuti serangkaian kegiatan bersama para warga. 

Warga Desa Buntu adalah masyarakat yang sangat terbuka dengan pendatang baru. Sesampainya kami di sana, kami langsung diajak warga setempat untuk mengikuti pawai. Para warga sangat antusias menantikan rombongan pawai untuk melintas di depan rumah mereka. Pawai ini dilakukan dalam rangka menyambut bulan Ramadhan sekaligus syukuran santri yang khatam quran. Walaupun bisa dibilang pawai ini dilakukan untuk merayakan tradisi keagamaan, pihak-pihak lain juga ikut meramaikan jalanan Desa Buntu secara meriah. Satu hal yang menarik perhatian penulis adalah keiikutsertaan grup barongsai dalam pawai ini. Kesenian yang berasal dari negeri tirai bambu ini umumnya dapat ditemukan di acara yang identik dengam budaya  negara asalnya, seperti perayaan imlek. Namun uniknya tarian ini penulis temukan di pawai yang  berlatar belakang budaya islam. Selain ditampilkan oleh orang dewasa, barongsai di Desa Buntu juga ditampilkan oleh anak-anak sekolah dasar laki-laki saat kami mengunungi Sekolah Dasar Negeri 1 Buntu. Walaupun masih belia, mereka berhasil menampilkan tarian itu dengan lincah. 

Dari observasi penulis, barongsai merupakan salah satu kesenian yang cukup dilestarikan oleh warga Desa Buntu walaupun bukan budaya asli mereka. Komunitasnya juga aktif dan dikenal baik masyarakat. Buktinya tarian ini ditampilkan di acara pesta rakyat seperti pawai dan juga dipelajari di sekolah oleh anak-anak sekolah dasar. Berdasarkan wawancara singkat bersama Ibu Murni, penduduk Desa Buntu sekaligus ibu asuh penulis, barongsai sudah lama eksis di desa ini. Dikatan bahwa kesenian ini dibawa dari Tionghoa bertahun-tahun yang lalu oleh umat Buddha yang bermigrasi ke tanah jawa tepatnya di Desa  Buntu, Wonosobo. 

Berkembangnya kesenian Tionghoa di Desa Buntu ini bisa terjadi karena adanya difusi budaya. Seorang antropolog, W.A Haviland, menyatakan bahwa difusi adalah penyebaran kebiasaan atau adat istiadat dari kebudayaan satu ke kebudayaan lainnya. Difusi budaya dapat terjadi melalui berbagai cara, seperti penganutan, pembelajaran, dan interaksi sosial antar masyarakat. Kesediaan mereka untuk mempelajari kesenian ini menunjukan rasa toleransi yang tinggi dan sifat terbuka kepada pendatang. Hal ini memperkuat citra Desa Buntu sebagai tempat yang ramah dan inklusif bagi siapa pun yang berkunjung ke sana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun