Tak terasa, pelaksanaan penyembelihan hewan kurban tinggal beberapa hari lagi. Ini yang tadi pagi sempat membuat saya galau. Betapa tidak. Seminggu yang lalu saat saya bernegosiasi masalah harga kambing kurban, harga masih dipatok di harga 2,1 jutaan rupiah. Tadi pagi ketika saya datang untuk membeli tunai, harga sudah menjadi 2,5 juta rupiah.
“Itu juga sudah harga dua hari yang lalu, Mas,” ujar Cak Pingi, peternak kambing di kampung sebelah.
Wah, gila ini, gumam saya. Masak gak sampai seminggu harga langsung meroket. Tapi saya pikir, memang ini kan hari rayanya para peternak, pengepul, serta penjual hewan kurban. Kalau tidak momen seperti ini, tentu harga akan normal kembali. Saya pun jadi teringat nasehat seorang advisor bank syariah yang saya temui kapan hari.
“Bagaimanapun harga kambing tak akan jauh dari standar harga dinar, Pak. Di zaman Rasulullah sampai zaman sekarang, harga kambing kurban tak akan jauh dari nilai satu (1) dinar. Bapak tidak percaya?” Mbak-mbak itu pun mencoba meyakinkan saya.
“Percaya sih, Mbak. Tapi seringkali kita melalaikannya. Sebagaimana saya pernah mengalami. Oleh karena itu, mulai tahun kemarin, saya mencoba untuk memulai ‘menabung’ emas. Meski masih dengan cara mencicil,” jawab saya.
Benar juga. Kita asumsikan bahwa 1 dinar = 4,25 gram emas 22 karat. Harga 1 gram emas 22 karat saat ini berkisar pada 570 ribu rupiah. Maka hitungan kasar untuk 1 dinar sama dengan 2,422 juta rupiah. Harga yang hampir sama untuk satu ekor kambing jantan layak kurban. Luar biasa bukan?
Apa Hubungan Kambing Kurban dengan Generasi Emas?
Nah, harga kambing kurban membuat pikiran saya tergelitik. Ada satu pelajaran berharga yang bisa kita petik dari peristiwa kurban tersebut. Secara spiritual jelas bahwa kita menyadarkan diri kita untuk menjadi manusia yang berbagi rezeki. Namun dalam hal pendidikan sosial, peristiwa tersebut menyadarkan kita bahwa tak ada suatu keberhasilan yang diperoleh dengan mudah.
Sebagaimana pepatah Jawa yang sudah sangat terkenal, jer basuki mawa bea. Tidak kebahagiaan/kesuksesan yang diperoleh dengan gratis. Pasti ada proses panjang untuk menempuh jalan yang terjal dan penuh liku. Pun tumbuhnya keringanan hati untuk berkurban/berbagi.
Meskipun banyak orang yang ‘berharta’, tapi tak semua orang kaya tersebut mau berbagi. Sebab dia mungkin berpikir bahwa apa yang diperolehnya adalah dengan cara kerja keras. Sudah jamak dia untuk menikmati hasil kerja kerasnya itu. Sementara jika dia memberi orang lain, akan membuat orang tersebut akan bermalas-malasan. Berharap selalu untuk menerima sedekah dari orang lain tanpa mau bekerja keras seperti dirinya.
Ternyata memang tak mudah untuk menumbuhkan kesadaran untuk berbagi bukan? Padahal kita tahu bahwa manusia terbaik adalah mereka yang mampu memberikan manfaat bagi orang lain. Baik itu kepada dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, agama, serta bangsa dan negaranya. Itulah generasi emas yang semua orang akan mendambakan bisa diwujudkan untuk dirinya maupun keluarga (keturunannya).
Bayangkan saja. Di tahun 2011 yang lalu, keluarga saya berkurban kambing dengan harga 1,75 juta rupiah. Saat itu, Upah Minimum Kabupaten (UMK) Mojokerto sebesar Rp 1.050.000,- Bandingkan dengan saat ini. Ketika harus membeli kambing kurban dengan ukuran yang hampir sama dengan harga 2,5 juta rupiah. Sementara UMK Mojokerto sebesar Rp 3.030.000,-
Memang terlihat seperti akan lebih mudah membeli kambing kurban di tahun ini. Padahal tidak sepenuhnya benar. Inflasi sebesar 3,2% hingga 4,42% di 2016 tentu akan mempengaruhi pada harga barang di pasar juga. Nilai uang kadang tak sebanding dengan harga barang yang ada.
Tapi hal itu akan berubah jika menghitung perbandingan harga kambing kurban dengan perbandingan dinar. Di tahun 2011 harga emas berkisar di 400 ribuan, maka 1 dinar senilai dengan 1,7 juta rupiah. Di tahun ini harga emas (22 karat) berkisar di harga 590 ribuan, maka 1 dinar setara dengan 2,5 juta. Harga yang sama untuk seekor kambing kurban di tahun 2011 dan 2016 dengan menggunakan dinar.
Oleh karena itu, Denstra Rhama dari Divisi Marketing PT Antam menyampaikan bahwa investasi terbaik dan paling aman adalah logam mulia (emas). Sebagaimana disampaikan di depan puluhan Kompasianer dan pengunjung Investor Summit and Capital Market Expo 2016 pada acara Nangkring Kompasiana dan PT Antam di Convention Hall Grand City Mall Surabaya (18-20/8) yang lalu. Hal ini sangat pas bagi mereka yang memiliki tipikal investasi progresif.
Investasi emas yang nilai relatif stabil sepanjang masa, akan memberikan rasa aman terhadap segala bentuk perubahan tatanan sosial, politik, maupun ekonomi. Inflasi, devaluasi, bahkan chaos tidak lagi menjadi menjadi momok. Kapastian yang diperoleh dengan harga emas, memberi gambaran kepastian biaya yang harus disiapkan untuk pendidikan anak.
Emas Antam Menjamin Mutu Emas Anda
Sebagai salah satu BUMN andalan pemerintah. PT Antam (Aneka Tambang) terus menerus melakukan inovasi untuk menunjukkan progres positif kinerja perusahaan. Jika dulu dikenal hanya menangani industri hulu saja, kini lebih percaya diri untuk menampilkan inovasi di industri hilir. Ini sebagai konsekuensi logis dari sahamnya yang ditawarkan ke publik. Bahkan pada tahun 2002 status sahamnya menjadi ASX Listing dari status sebelumnya foreign exempt entity di Australia. Hal tersebut semata-mata dilakukan untuk menjamin rasa aman dan nyaman dari pemegang sahamnya.
Inovasi sektor hilir yang bersentuhan langsung dengan pembeli inilah yang saya baru tahu. Saya pikir, emas batangan 5 gram yang sudah saya beli secara mencicil dari perusahaan BUMN lain itu PT. Antam hanya membuatnya saja. Sementara untuk penjualan atau distribusi ke konsumen ditangani oleh perusahaan BUMN mitra lainnya. Ternyata saya salah besar.
Justru saat ini PT Antam tengah gencar-gencarnya untuk mengenalkan berbagai varian produk emas batangannya ke masyarakat. Baik melalui cara konvensional dengan menjual langsung, atau melalui daring. Karena animo masyarakat yang cukup tinggi, sampai-sampai konsumen harus rela mengantre untuk dapat memperoleh emas batangan (fisik).
Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa, sebagian masyarakat sudah mulai berpikir realistis. Pilihan untuk menjadi investor klasik (tabungan dan deposito), investor agresif (saham dan trading), serta investor progresif (lahan dan properti) penuh dengan resiko. Investor klasik akan dibayangi ancaman inflasi maupun defaluasi. Sementara investor agresif yang spekulatif akan mudah naik, tapi akan cepat juga jatuh. Bagi investor progresif tentu saja harus memiliki modal yang besar untuk usahanya.
Maka tepat sekali jika PT Antam mengusung semboyan ‘Prioriting Sustainability, Strengthening Future Business’ (mengutamakan keberlanjutan, memperkuat bisnis) untuk usaha bisnisnya. Semboyan yang sebenarnya juga pas bagi kita yang menginginkan kenyamanan dan keamanan dalam investasi. Keberlanjutan modal finansial bagi pendidikan anak lewat investasi emas. Begitu juga untuk memperlancar usaha bisnisnya. Salah satu pilihan simpanan/cadangan yang sewaktu-waktu bisa digunakan dengan nilai yang dapat mengikuti zamannya.
Diversifikasi produk logam mulia PT Antam antara lain:
- Memproduksi emas batangan (smallbar) mulai berat 1 gram hingga 500 gram,
- Memproduksi emas batangan eksklusif dengan mengambil batik sebagai gambar wajahnya. Untuk emas batangan batik ini hanya tersedia dalam ukuran 10 dan 20 gram saja. Emas model ini sangat cocok digunakan sebagai mas kawin atau hadiah spesial,
- Ke depannya, akan menambahkan varian model liontin atau model lain sesuai permintaan pasar.
- Konvensional. Konsumen dapat membeli emas langsung melalui Butik Emas yang kini sudah ada di beberapa kota besar,
- Daring (dalam jaringan/online). Konsumen juga dapat secara daring membeli emas batangan melalui BRANKAS (Berencana Aman Kelola Emas). Pembelian lewat dunia maya ini memiliki banyak keuntungan dibandingkan dengan pembelian secara konvensional. Ini sebagai alternatif bagi mereka yang sibuk dan tak mau berisiko untuk menyimpan emas sendiri di rumah.
Banyak keuntungan yang kita peroleh jika membeli emas di PT. Antam. Selain kita dapat kepastian kandungan emasnya, manfaat lainnya bisa langsung kita cek di website PT Antam di sini.
Semua fasilitas yang disediakan oleh PT Antam sekaligus menjadi sarana edukasi bagi masyarakat. Bahwa untuk membangun karakter yang baik suatu bangsa, maka harus dilakukan oleh generasi emas. Generasi anak bangsa yang mampu untuk memberikan manfaat bagi siapa saja. Generasi yang bukan hanya menjadi 'aral' bagi pembangunan bangsa. Generasi emas hanya bisa terwujud jika sebagai (calon) orangtua dapat berpikir realistis dan progresif. Investasi emas menjadi pilihan yang kini tak bisa dikesampingkan begitu saja.
Langkah kecil yang sudah saya mulai. Lalu kapan Anda mulai?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H