"Terus...?" Saya potong penjelasan beliau.
"Terus, ya gitu. Gakpapa."
"Gakpapa?" Saya melongoh keheranan.
"Gakpapa. Kan memang di kantor gak ada SOP melayani keluarga pimpinan untuk plesiran. Ya gakpapa dong?" Kata beliau mantap.
"Gak takut diancam atau diintimidasi untuk dipindah atau gimana gitu?" Lanjut saya.
"Nggak lah Mas. Semua kan ada prosedurnya. Seandainya toh, saya dimutasi bahkan sampai di non-jobkan sekalian, saya pasrah. Saya punya Gusti Allah," jawabnya datar.
[caption caption="Nebeng makan sampai embuh pokoknya. (dok. pribadi)"]
Huiidih...seandainya semua pejabat di negeri ini bisa seperti sohib saya tersebut, betapa indahnya negeri ini.Â
Eiiitsss...balik kepada kasus mbak artis itu. Mantan artis maksud saya. Jika dubes itu setegas dan punya prinsip seperti sohib saya tersebut, pastilah kasus model mbak mantan artis itu gak akan terjadi. Terus para pejabat lain tentu akan keder juga kalau mau dibantu jalan-jalan.
Saya tanya pada Anda. Siapa sih yang gak mau kalau jalan-jalannya diberi fasilitas oleh pihak lain? Kalau saya yang kere ini model nunutnya cukuplah dengan dibonceng motor buntut. Terus kalau ada rezeki, sekalian ditawari nginap di rumah penduduk. Plus rezeki lain, sekalian diservis makan, so pasti cihuy dan uhuy banget kan?
[caption caption="Nebeng muter-muter di Bali, pulang dapat uang saku. (dok. pribadi)"]