Mohon tunggu...
Mas Nuz
Mas Nuz Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Bloger

Suka maka, suka jalan, suka nulis, suka bercengkerama, suka keluarga. __::Twitter: @nuzululpunya __::IG: @nuzulularifin __::FB: nuzulul.arifin __::email: zulfahkomunika@gmail.com __::www.nuzulul.com::

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Bali Oh Bali [Bagian II]

7 November 2015   21:11 Diperbarui: 13 November 2015   09:23 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ceritanya melanjutkan yang bagian I nih. Masih seputar perjalanan nyampai Pulau Dewata, Bali. Masih seru juga insyaAllah. Apalagi kalau bukan cerita tentang hotel dan Ubud yang menjadi tujuan perjalanan saya kali ini. Ah, langsung lanjut saja deh.

Kemarin ada yang tanya. Bus berangkat jam 10.00 (sesuai jadwal), kok jam 09.10 sudah berangkat sih? Alasan sang mandor adalah, bus sudah full. Lha, sudah full kurang satu penumpang kok ya langsung tancep gas saja. Begitu saya bantah pernyataan sang mandor. Apalagi tanpa ada pemberitahuan/panggilan dari petugas siar kepada saya. Jadi, demikianlah cerita mengapa saya kok sampai kepancal.

Efek penutupan Bandara Ngurah Rai akibat erupsi Gunung Barujari Lombok Utara (3/11), NTB imbasnya juga ke saya juga nih. Sementara di Ngurah Rai sendiri sangatlah crowded. Bayangkan saja, sampai tanggal 5 November pagi saja sudah ada 692 penerbangan domestik dan internasional yang dibatalkan (Radar Bali, 5/11). Berapa puluh ribu penumpang yang harus mengatur jadwal perjalanannya kembali seperti saya.

[Ini mandor yang saya komplen karena saya kepancal. Besok jangan diulang ya, Pak.]

Bus Jawa Indah yang full tadi ternyata 'ketiban rezeki' penutupan Ngurah rai lho. Ternyata hampir sebagian besar penumpang yang naik bus Damri dari Juanda tadi naik Jawa Indah jurusan Denpasar. Makanya, jam 09.00 pun sudah penuh. 09.10 langsung cabut dengan ninggalin saya. Nah, ini yang namanya ada berkah di balik musibah. You know? Hihihi....

Singkat cerita, bus dengan pelan tapi pasti (asli yang ini memang jalannya tidak kencang) merayapi jalurnya. Jam 14.00 berhenti di sebuah rumah makan di daerah Besuki. Sekitar 2 km. sebelum Pantai Pasir Putih Situbondo. Setelah tunaikan salat Zuhur dan Ashar (jamak qasar) di musala, saya pun mengambil jatah makan siang saya. Nah, yang cukup menggelitik saya, saat istirahat dan makan siang itu, tak ada kawan seperjalanan yang menginjakkan kaki di musala. Ah, sudahlah....

Hampir 40 menit bus berhenti untuk 'saima' (salat, sitirahat, dan makan). Kemudian setalah semua siap, berangkatlah menuju Pelabuhan Ketapang. Perjalanan sangat lancar. Karena setelah makan siang, laju bus agak kencang juga. Tapi ada satu yang membuat sebel banget. Bau asap rokok. Usut diusut, ternyata sopir dan kernet mulutnya mirip lokomotif. Merokok di dalam bus AC sodara. Duh.

Pukul 17.35 Wib, bus sudah sampai di Pelabuhan Ketapang. Cuma sekaitar 5 menit bus menunggu. Masuk ke kapal ferri, 15 menit kemudian sudah berangkat. Maghrib pun tiba. Salat Maghrib dan Isya kembali saya jamak. Sayang, seharusnya musala yang bisa dipakai, ternyata sudah 'dihuni' para penumpang yang pada tiduran. Saat saya minta tolong untuk meminta tempat, mereka jawab dengan permintaan maaf karena tidak ada tempat lagi. Gila nggak? Seharusnya petugas kapal memperhatikan ini juga sih.

Sekitar 30 menit perjalanan, sampai juga di Pelabuhan Gilimanuk. Alhamdulillah, Bali pun kuinjak tanahnya (lagi). Lalu kami pun segera menyiapkan cek KTP. Nah, untuk urusan ini sepertinya cukup saklek lho. Petugas hanya mau menerima pengecekan KTP atau Paspor. Untuk mengambil foto di atas pun sebenarnya petugas sempat sewot. Tapi namanya juga Kompasianer, bisalah disiasati. 

"Saya dari Surabaya. Dari travel blogger Kompasianer, Bapak. Lagi ada kegiatan eksplorasi Ubud dari Kementrian Pariwisata. Maaf ya, Bapak," demikian dengan wajah penuh penyesalan (cie...cie...) saya berujar pada Bapak ****iasa.

"Lain kali, pakai izin dulu ya, Mas. Nanti biar nggak ada apa-apa," logat Bali yang khas pun meluncur.

"Siap, Bapak!" Mantap saya menyahut. Sambil saya lirik, mulut bapak tersebut yang sedikit masih agak gimana gitu.

Lanjut...

Perjalanan ke Terminal Ubud berlangsung dengan mulus tanpa kendala apapun. Jam 22.20 Wib sampailah kami dengan selamat. Sesuai rencana, saya pun 'sedikit' ada janjian dengan gojekers. Hanya 5 menit saya menunggu. Mas Jeffri, arek Jember asli itupun langsung menyila saya untuk nangkring. Legian, begitulah saya akan menginap di sebuah hotel di kawasan tersebut.

Sempat nyasar, karena gugel mep yang menjadi petunjuk ternyata menyasarkan kami. Rumah yang gedenya seistana, di gugel mep malah terbaca ada jalan berbelok. Wah, yang menyurvei kayaknya pas lagi pas nggak mood mungkin. Untunglah, saya masih ingat ada gang kecil (seukuran) mobil yang berada di sebelahnya. Pas. Feeling saya cukup tepat. Hotel yang menjadi tujuan saya pun sedah di depan mata. Beneyasa Beach Inn II, demikian nama hotelnya.

 

Fasilitas hotel melati 4 tersebut cukuplah lumayan. Cukup dengan membayar 200 ribu-an, sebuah kamar ber-AC siap menyambut. Satu lagi yang saya suka, ada kolam renang yang tersedia di dalamnya. Cukup lumayan untuk menyegarkan badan di pagi hari tentunya. Eh, cerita hotel itu akan saya tulis di bagian lain (juga) ya. Ada sesuatu yang cukup menarik pokoknya. Trus, katanya menginap di Hotel Courtyard by Marriott Seminyak. Kok malah menginap di hotel yang lain?

Dan, cukuplah cerita Bali Oh Bali untuk episode kali ini. Bagian ke-3 masih ada kok. Tapi setelah yang satu ini dulu ya.... (bersambung)

.

__________________________

[NB: Foto keleksi pribadi.]

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun