Mohon tunggu...
Mas Nuz
Mas Nuz Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Bloger

Suka maka, suka jalan, suka nulis, suka bercengkerama, suka keluarga. __::Twitter: @nuzululpunya __::IG: @nuzulularifin __::FB: nuzulul.arifin __::email: zulfahkomunika@gmail.com __::www.nuzulul.com::

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mudik Itu Menambah Adik

31 Juli 2015   00:42 Diperbarui: 12 Agustus 2015   04:09 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 
Apaan sih? Masak mudik menambah adik?

Pertama baca judul pasti senewen. Pikirnya ini guyon atau cari sensasi. Ah, ngapain juga cari sensasi. Wong memang seperti itulah kenyataan yang terjadi.

Mudik Idul Fitri bersama istri dan anak saya tercinta ke rumah mertua di Gresik tahun ini begitu berkesan. Bukan karena banyak suguhan di rumah. Saudara jauh pun bisa bersua. Ditambah anak kami yang dompetnya bertambah tebal. Sebaliknya dompet kami berdua yang bertambah tipis. Bukan itu, Saudara. 

Silaturrahim sebagai representasi mudik Idul Fitri  kali ini memiliki nilai yang lebih dan lebih. Bukan karena hampir dua minggu sekali kami mudik. Sebab dua anak kami menimba ilmu di sebuah pesantren di ujung Kab. Gresik, Sidayu. Bukan itu, Saudara. Tapi karena keluarga mertua kami punya hajatan 'LAMARAN'.

Lamaran, pinangan atau khitbah tentu menjadi sebuah peristiwa yang membahagiakan. Satu langkah awal untuk menuju jenjang pernikahan telah dilalui. Kali ini yang dipinang adalah adik ipar saya yang ke-5. Adik ipar saya itu perempuan lho. Istri saya adalah anak pertama dari 10 bersaudara. Wauw...

Alhamdulillah, KB di keluarga saya dan istri saya termasuk sukses. KB bukan keluarga berencana lho, tapi keluarga besar. He...he...he... Saya 5 bersaudara, sementara istri saya 10 bersaudara. Dari pihak istri saya saja jika berkumpul, rumah mertua yang mungil seolah mau roboh. Bila ditotal, semua anak, menantu dan cucu mertua berjumlah 36 orang. Ahaaiii...

Lanjut ke cerita pinangan. Terus terang, keluarga kami pun hampir tak ada persiapan untuk acara tersebut. Sebab pinangan di hari ke-6 Syawal itu cukup mendadak. Pemberitahuan dari keluarga calon suami adik ipar saya baru disampaikan hari ke-5 sore. Sssstt...ada apa ini kok mendadak hayooo?

Ternyata, usut punya usut. Adik ipar saya ternyata pernah menantang si calon suaminya tersebut. Katanya, jika memang benar-benar serius, berani tidak melamar di hari ke-6 bulan Syawal ini. Ternyata tantangan itu cukup manjur juga. Adik ipar saya pun cukup kaget. Sebab dari kasak-kusuk ibu mertua, pikirnya bukan yang itu. Namun ada lelaki lain yang berasal dari daerah Lamongan.

Lahir, rezeki, jodoh dan mati, hanya Allah Ta'ala yang tahu. Rupanya ungkapan itu cukup tepat penggambarannya. Lucunya, saat ibu mertua tanya kepada adik ipar saya, "Kamu senang dan cinta betul tidak?"

Meluncurlah jawaban lugu dari mulut mungilnya, "Aduh, piye ya, Bu? Saya juga baru ngerti kalau dia suka saya ya bulan Ramadan kemarin. Pas acara buka puasa di kampus?"

Hi...hi...hi... Sekonyong-konyong jawaban lugu tersebut membuat kami tertawa. Baru Ramadan kemarin, pikir saya. 

"Tapi baguslah. Berarti itu menunjukkan lelaki yang bertanggung-jawab. Bukan lelaki memble yang maunya aserehe saja," tukas saya kepada ibu mertua dan adik ipar saya. Sementara istri tercinta, saya lihat hanya senyum-senyum kecil serta manggut-manggut. Tanda lega dan ungkapan kesyukuran jelasnya.

Nah, begitulah asbabun nuzul mengapa kok khitbahnya begitu mendadak. Gegara ditantang, sang lelaki calon suami adik ipar saya itupun menjadi garang. Garang untuk segera melamar maksudnya lho. Luar biasa. Demikian saya angkat jempol (termasuk 2 jempol kaki). Salut. 

"Kamu hebat, Bro!" gumamku dalam hati.

Demikianlah cerita berjalan dengan mulus. Tepat pukul 9 teng, keluarga calon suami adik ipar saya datang. Tanpa proses yang bertele-tele, paman ipar saya langsung menerima dan menanyakan maksud serta tujuan. Kemudian sebaliknya, dari keluarga calon yang berasal dari Kota Gresik itu menyampaikan hal ihwal kedatangan mereka. Setelah menanyakan ke masing-masing yang berkepentingan (adik ipar saya dan calon), maka paman saya menerima pinangan tersebut. Alhamdulillah.

Sebagaimana sebagian adat di Jawa. Biasanya setelah proses lamaran ke pihak calon istri, pihak keluarga calon istri akan memberikan jawaban. Tentu saja pemberian jawaban itu lewat kunjungan balik keluarga. Namun hal tersebut tidak biasa dilakukan di keluarga kami, yang memang masih 'bau-bau' keturunan Arab. Hal ini disampaikan paman kepada keluarga calon.

Ternyata...deal! Keluarga calon mempelai laki-laki itu pun sefaham dengan dengan keluarga kami. Maka setelah diadakan diskusi kecil, disepaktilah acara akad nikah akan dilangsungkan pada awal bulan Maulud. Jika menurut kalender Masehi, sekitar pertengahan Desember tahun 2015 ini. Sementara untuk masalah resepsinya, akan diatur di kemudian hari.

Begitulah cerita mudik Idul Fitri kali ini yang membuat keluarga kecil, eh...besar kami berbunga-bunga. Silaturrahim jalan, jalan-jalan jalan, nambah keluarga atau nambah adik untuk saya dan istri pun jalan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun