Aku mempunyai suatu alasan kuat, kenapa aku harus khawatir dengan pacarku ini. Setiap kali kami bertengkar hebat. Dia selalu mengancam akan bunuh diri. Oleh karena itu, setiap dia bilang, "Aku nggak mau ketemu kamu lagi, ini terakhir kalinya kamu ketemu aku!." Aku rela melakukan apa saja untuk memastikan semuanya baik-baik saja. Aku sayang dia.
Aku tau keluh kesahnya selama ini. Aku tau.. Di luar dari asal keluarganya yang amat berkecukupan, aku tau bahwa dia tidak bahagia. Naluri seorang laki-laki adalah berusaha melindungi seseorang yang paling disayanginya. Itu pun yang akan aku lakukan saat aku menjadi ayah untuk keluargaku kelak.
---
Dalam hubungan tidak sehat itu aku selalu yang paling banyak melakukan pengorbanan, bahkan kuliahku pun terkatung-katung. Menginginat kuliahku di jurusan Geologi yang dipenuhi oleh field trip dan eskursi setiap mata kuliahnya. Maka aku harus bisa me-maintain antara waktu kuliah dengan waktu bersama pacar. Yang sejujurnya, pacar lah yang selalu aku dahulukan.
---
Jam 4 sore aku sampai di Yogyakarta. Aku mencoba menghubunginya. Aku mencoba SMS bahkan telepon, tetapi tetap tidak pernah ada balasan..
Dalam situasi seperti ini aku tidak mau berfikir buruk, aku akan tetap berusaha berfikir positif.
Aku segera mengambil bus dari ring road menuju Gejayan tempat dia tinggal sekarang. Saat itu aku terpaksa tidak makan, dan minum untuk menghemat pengeluaran. Aku putuskan untuk segera pergi ke kosannya di sekitar kampus UGM, Karang Gayam.
---
Sesampainya aku di sana. Aku mengetuk pintu kamarnya. Alangkah terkejutnya aku saat membuka pintu!. Tangan dan kakinya penuh dengan goresan benda tumpul dan kulit putih halusnya sekarang terlapisi oleh sisa-sisa tanah basah yang mulai mengeras mengering menutup luka di tangannya.
Dia menggores-goreskan tangannya dengan garpu, lalu menutupi lukanya dengan tanah basah agar mempercepat infeksi. Shock?!. Aku merasa bersama dengan dia.