Kodak, sebuah nama yang cukup melekat bagi kita, adalah merk yang terkenal dalam bidang fotografi selama lebih dari 100 tahun. Pada tahun 2012 lalu, Kodak tidak lagi memproduksi kamera. Ini sungguh mengejutkan karena Kodak termasuk nama yang terdepan untuk merk kamera. Malah, Kodak adalah pembuat kamera digital yang paling pertama kali [sumber: PetaPixel].
Banyak yang bisa kita pelajari dari kesalahan Kodak. Kita bisa baca dari banyak sumber, seperti ini salah satunya di Mashable (dalam bahasa Inggris). Yang ingin saya sorot adalah kita harus berubah agar terus tetap eksis. Ini berlaku dalam banyak bidang. Ingat, Kodak sudah ada sebelum zaman digital.
Sekarang, siapa yang masih kenal dengan roll film? Film negatif? Menyebutnya saja kesannya sudah negatif. Hehehe.. Film negatif. Film negatif perlu waktu untuk dicuci-cetak. Bandingkan dengan kamera digital sekarang: tinggal jepret, cabut SD card atau langsung dibuka di komputer tukang foto, minta tukang filem cetak fotonya. Singkat. Ringkas.
Kesalahan Kodak adalah terlalu percaya diri (PeDe) dengan nama mereka sebagai yang terdepan dalam bidang kamera. Dan, mereka membayar mahal untuk itu.
Nama Nokia juga cukup terdepan dalam bidang telepon genggam. Bisa dipastikan, setiap dari kita paling tidak pernah memiliki telepon genggam merk ini dulu. Kesalahan Nokia adalah terlalu PeDe dengan nama mereka sebagai yang terdepan dalam bidang telepon genggam dengan OS Symbian.
Tidak ada yang salah dengan Symbian. Hanya saja, dengan berjalannya waktu, Android sudah mulai mendunia. Dan, di saat-saat terakhir, barulah Nokia menggunakan Android dengan produk Nokia X. Hanya saja, sudah terlalu terlambat untuk Nokia. Bahkan, di negeri asalnya, Finlandia, pabrik Nokia ditutup [sumber: Bloomberg]
Sempat menggurita di Indonesia, Blackberry (dahulu RIM) juga sempat mengalami kemunduran. Namun, perusahaan ini sampai sekarang belum mati. Dan mereka masih menggeliat dan mereka cukup cerdas untuk mengikuti perkembangan zaman dengan mulai memungkinkan perangkat-perangkat baru mereka untuk bisa diinstal dengan aplikasi Android.
Kita masih belum lihat perusahaan ini mati. Menurut saya, strategi untuk mengadopsi Android oleh Blackberry cukup membantu di tengah megap-megapnya perusahaan ini dengan produk-produknya yang kurang begitu diminati dunia.
Jadi, pelajaran yang bisa diambil dari semua perusahaan ternama di atas, yang cukup memimpin di masa-masa keemasan mereka, adalah bahwa kita harus mampu beradaptasi dengan perubahan. Adalah wajar, dan sifat dasar manusia bahwa kita tidak suka dengan perubahan. Tapi, untuk tetap terus eksis, terutama dalam bidang bisnis, maka kita harus mampu membaca trend teknologi dan beradaptasi terhadap perubahan untuk tetap mengambil keuntungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H